Palu (ANTARA) -
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat kurang lebih 424 kali kejadian gempa tektonik di Provinsi Sulawesi Tengah kurun waktu tiga bulan terakhir atau sejak Januari hingga Maret 2023.
"Frekuensi gempa kali ini meningkat dibandingkan periode yang sama pada tahun 2022 yakni sekitar 167 kali guncangan," kata Hendrik Leopatty, pengamat Meteorologi dan Geofisika (PMG) muda BMKG stasiun Geofisika Palu, Selasa.
Ia memaparkan, dari 424 kali guncangan, sekitar 236 kali gempa lokal dengan radius 200 kilometer dari Kota Palu, lalu 15 kali gempa signifikan yang guncangannya dirasakan dipermukaan oleh masyarakat.
Menurut BMKG, intensitas seismik paling sering terjadi pada bulan Februari yakni 196 kali guncangan, disusul pada Maret 149 kali guncangan, dan Januari 78 kali guncangan.
Kemudian, frekuensi gempa berdasarkan tingkat kedalaman terjadi 164 kali guncangan pada Februari, 133 kali pada Maret dan 53 kali guncangan, pada Januari dengan tingkat kedalaman kurang dari 60 kilometer atau kategori gempa dangkal.
"Sedangkan gempa dengan kategori menengah atau di atas 60 kilometer terjadi sebanyak 73 kali guncangan dan gempa kategori dalam atau di atas 300 kilometer terjadi dua kali," tuturnya.
Dipaparkannya, frekuensi gempa berdasarkan jarak dari ibu kota Sulteng atau di bawah jarak 200 kilometer terjadi 112 kali pada Februari, kemudian 93 kali pada Maret dan 31 kali di bulan Januari, begitu pun gempa dengan jarak 200 kilometer dari Kota Palu sebanyak 83 kali guncangan pada Februari 56 kali guncangan, dan pada Maret 47 kali.
"Umumnya gempa yang terjadi di Sulteng adalah gempa gempa dangkal dengan kedalaman 0-60 kilometer di bawah permukaan tanah," ucapnya.
Meski banyak terjadi gempa dangkal, katanya, dampak gari guncangan itu tidak ada dampak kerusakan di timbulkan, yang mana parameter tertinggi gempa magnitudo 5.
Ia menambahkan, BMKG juga mencatat, tahun lalu sekitar 1.442 kali guncangan di provinsi ini, baik gempa dangkal maupun gempa dalam.
"Terdapat 24 alat khusus pendeteksi gempa terpasang di sejumlah daerah di Sulteng guna memudahkan BMKG melakukan pemantauan aktivitas seismik, termasuk alat khusus pendeteksi tsunami," ujar Hendrik.