BMKG catat 2.702 kali gempa di Sulteng selama 2024

id BMKG, gempa, kegempaan, bencana alam, Sulteng, gempa palu

BMKG catat 2.702 kali gempa di Sulteng selama 2024

Dok- Koordinator Data dan Informasi BMKG Stasiun Geofisika Palu Nurhayati Pimpilemba menunjukkan peta pseismisitas gempa bumi di Sulteng, Sabtu (30/12/2023). (ANTARA/Rangga Musabar)

Palu (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat sebanyak 2.702 kali gempa mengguncang wilayah Sulawesi Tengah selama 2024 dengan rata-rata magnitudo 2,0-6,0.

"Ada sekitar 46 gempa yang signifikan atau merusak," kata Koordinator Data dan Informasi (Datin) BMKG Stasiun Geofisika Palu Nurhayati Pimlilemba di Palu, Kamis.

Ia mengemukakan, ribuan gempa terjadi sepanjang 12 bulan terakhir masih didominasi oleh aktivitas sesar Palu Koro, salah satu sesar aktif di Sulteng yang menimbulkan bencana dahsyat gempa magnitudo 7,4 pada 2018 lalu.

"Kebanyakan sesar Palu Koro ada juga sesar Matano, dan gempa beberapa waktu lalu akibat subduksi Laut Sulawesi di bagian Utara," ujarnya.

Sementara intensitas guncangan paling banyak terjadi pada Oktober dengan jumlah 301 kali gempa, tercatat pada Bulan Januari 222 kali gempa, Februari 145 kali gempa, Maret 170 kali gempa, April 163 kali gempa, Mei 247 kali gempa, bulan Juni 223 kali gempa, Juli 228 kali gempa, Agustus 193 kali gempa, September 298 kali gempa, November 274 kali gempa dan bulan Desember 236 kali gempa.

Gempa juga hampir terjadi di seluruh kabupaten/kota yang ada di Sulteng, sebab banyak sesar lokal pada masing-masing segmen.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut Sulawesi Tengah salah satu daerah rawan bencana, itu benar karena provinsi ini memiliki banyak sesar-sesar lokal yang kapan saja bisa menimbulkan guncangan," tutur Nurhayati.

Menurutnya hidup di daerah rawan bencana harus memiliki pengetahuan tentang bencana alam melalui melalui penguatan mitigasi, karena dengan cara seperti itu dapat menekan jumlah korban jiwa.

BMKG Stasiun Geofisika Palu juga mengimbau seluruh masyarakat Sulteng tidak mempercayai informasi tentang kegempaan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

"BMKG memiliki otoritas merilis pemberitahuan kegempaan, oleh sebab itu masyarakat harus cerdas menangkap dan mengelola informasi bencana, khususnya kegempaan. Informasi resmi kegempaan hanya dikeluarkan BMKG," kata dia.