Sigi, Sulawesi Tengah (ANTARA) - Wakil Bupati Sigi Samuel Yansen Pongi menghimbau warga di daerah itu agar memperkuat silaturahim antar umat beragama, dalam rangka meningkatkan persatuan dan kesatuan dalam bingkai keberagamaan dan keragaman.
"Masyarakat Kabupaten Sigi agar tetap hidup berdampingan dan bergandengan tangan secara bersama-sama dalam keberagaman dan dalam beragama, beradat dan berbudaya serta saling mendukung satu sama lain dan bergotong royong untuk mencapai tujuan bersama," ujar Samuel Yansen Pongi, di Sigi, Sabtu.
Samuel Pongi menghadiri Perayaan Paskah yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Sigi di Gereja GPID Jemaat Kalvari, Desa Simoro, Kecamatan Gumbasa.
"Selamat merayakan Paskah tahun 2023 kepada segenap umat Kristiani di Kabupaten Sigi, melalui perayaan Paskah yang dilaksanakan setiap tahun, kiranya tidak hanya menjadi kegiatan seremoni keagamaan semata, tetapi sebagai momentum untuk memperbaharui kualitas hidup pribadi maupun secara bersama," ujarnya.
Dalam perayaan tersebut, Samuel meminta umat beragama agar tetap bergotong royong tanpa melihat latar belakang agama, suku, budaya, bahasa.
"Agar kita dapat mencapai tujuan bersama, utamanya menyangkut kedamaian dan pembangunan daerah," ujarnya.
Samuel mengatakan di bulan Ramadhan ini terdapat dua momentum penting terkait dengan hari - hari besar keagamaan yaitu perayaan Paskah bagi non-muslim khususnya Kristiani dan di bulan ini juga umat muslim melaksanakan puasa Ramadhan merayakan Idul Fitri 1444 Hijriah tahun 2023.
"Maka sebagai umat beragama dan sesama manusia momentum yang baik ini agar dimanfaatkan untuk memperkuat silaturahim," imbuhnya.
Ia menyatakan perbedaan agama, suku, bahasa dan sebagainya tidak perlu dipertentangkan atau diperdebatkan dalam kehidupan sosial keagamaan.
Sebab, perbedaan yang ada merupakan satu keniscayaan atas kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Maka, sebagai ciptaan Tuhan harus bersyukur dan ikhlas menerima perbedaan yang ada.
Ia mengatakan Pemkab Sigi memiliki program Sigi Religi yang di dalamnya termasuk penguatan moderasi beragama.
"Melalui pendekatan moderasi beragama, pemerintah berupaya membangun sikap dan pemikiran umat beragama yang moderat," kata dia.
Moderasi beragama bukanlah moderasi agama. Sebab, moderasi beragama berada pada tataran sosiologis yang dalam wilayah praktek keberagamaan di kehidupan sosial kemasyarakatan dan menjalin hubungan sosial dengan orang lain.
Sementara pada tataran teologis, setiap orang berhak dan bahkan seharusnya meyakini kebenaran agamanya, tetapi pada saat yang sama dalam tataran sosiologis harus memahami bahwa orang lain juga memiliki keyakinan terhadap ajaran agama mereka.
"Masyarakat Kabupaten Sigi agar tetap hidup berdampingan dan bergandengan tangan secara bersama-sama dalam keberagaman dan dalam beragama, beradat dan berbudaya serta saling mendukung satu sama lain dan bergotong royong untuk mencapai tujuan bersama," ujar Samuel Yansen Pongi, di Sigi, Sabtu.
Samuel Pongi menghadiri Perayaan Paskah yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Sigi di Gereja GPID Jemaat Kalvari, Desa Simoro, Kecamatan Gumbasa.
"Selamat merayakan Paskah tahun 2023 kepada segenap umat Kristiani di Kabupaten Sigi, melalui perayaan Paskah yang dilaksanakan setiap tahun, kiranya tidak hanya menjadi kegiatan seremoni keagamaan semata, tetapi sebagai momentum untuk memperbaharui kualitas hidup pribadi maupun secara bersama," ujarnya.
Dalam perayaan tersebut, Samuel meminta umat beragama agar tetap bergotong royong tanpa melihat latar belakang agama, suku, budaya, bahasa.
"Agar kita dapat mencapai tujuan bersama, utamanya menyangkut kedamaian dan pembangunan daerah," ujarnya.
Samuel mengatakan di bulan Ramadhan ini terdapat dua momentum penting terkait dengan hari - hari besar keagamaan yaitu perayaan Paskah bagi non-muslim khususnya Kristiani dan di bulan ini juga umat muslim melaksanakan puasa Ramadhan merayakan Idul Fitri 1444 Hijriah tahun 2023.
"Maka sebagai umat beragama dan sesama manusia momentum yang baik ini agar dimanfaatkan untuk memperkuat silaturahim," imbuhnya.
Ia menyatakan perbedaan agama, suku, bahasa dan sebagainya tidak perlu dipertentangkan atau diperdebatkan dalam kehidupan sosial keagamaan.
Sebab, perbedaan yang ada merupakan satu keniscayaan atas kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Maka, sebagai ciptaan Tuhan harus bersyukur dan ikhlas menerima perbedaan yang ada.
Ia mengatakan Pemkab Sigi memiliki program Sigi Religi yang di dalamnya termasuk penguatan moderasi beragama.
"Melalui pendekatan moderasi beragama, pemerintah berupaya membangun sikap dan pemikiran umat beragama yang moderat," kata dia.
Moderasi beragama bukanlah moderasi agama. Sebab, moderasi beragama berada pada tataran sosiologis yang dalam wilayah praktek keberagamaan di kehidupan sosial kemasyarakatan dan menjalin hubungan sosial dengan orang lain.
Sementara pada tataran teologis, setiap orang berhak dan bahkan seharusnya meyakini kebenaran agamanya, tetapi pada saat yang sama dalam tataran sosiologis harus memahami bahwa orang lain juga memiliki keyakinan terhadap ajaran agama mereka.