Jakarta (ANTARA) - Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin mengatakan Idul Fitri 1444 Hijriah memberikan makna bagi Muslimat karena bersamaan dengan Hari Kartini.
"Idul fitri kali ini bermakna bagi Muslimat karena juga memperingati Hari Kartini," kata Din Syamsuddin seusai Shalat Idul Fitri yang diadakan di lapangan parkir Jakarta International Equestrian Park, Jakarta, Jumat.
Din mengatakan Raden Ajeng Kartini (R.A. Kartini) berjasa besar terutama dalam pembebasan dan penegak keadilan bagi kaum perempuan Indonesia.
Gerakan yang dilakukan oleh Kartini sebenarnya sesuai dalam ajaran Islam karena mengangkat marwah perempuan, tegasnya.
Hari Kartini diperingati setiap tanggal 21 April yang bertepatan dengan Idul Fitri 1444 Hijriah menurut Muhammadiyah.
"Kartini itu merupakan Muslimah, namun banyak foto yang tersebar tidak berhijab," kata mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) itu.
Din mengungkapkan ada fakta bahwa R.A. Kartini juga merupakan seorang santriwati yang berguru pada Kiai Sholeh Darat.
Kiai Sholeh Darat adalah seorang ulama besar di daerah Semarang, Jawa Tengah yang merupakan guru dari K.H. Hasyim Asyhari dan K.H. Ahmad Dahlan.
"Idul fitri kali ini bermakna bagi Muslimat karena juga memperingati Hari Kartini," kata Din Syamsuddin seusai Shalat Idul Fitri yang diadakan di lapangan parkir Jakarta International Equestrian Park, Jakarta, Jumat.
Din mengatakan Raden Ajeng Kartini (R.A. Kartini) berjasa besar terutama dalam pembebasan dan penegak keadilan bagi kaum perempuan Indonesia.
Gerakan yang dilakukan oleh Kartini sebenarnya sesuai dalam ajaran Islam karena mengangkat marwah perempuan, tegasnya.
Hari Kartini diperingati setiap tanggal 21 April yang bertepatan dengan Idul Fitri 1444 Hijriah menurut Muhammadiyah.
"Kartini itu merupakan Muslimah, namun banyak foto yang tersebar tidak berhijab," kata mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) itu.
Din mengungkapkan ada fakta bahwa R.A. Kartini juga merupakan seorang santriwati yang berguru pada Kiai Sholeh Darat.
Kiai Sholeh Darat adalah seorang ulama besar di daerah Semarang, Jawa Tengah yang merupakan guru dari K.H. Hasyim Asyhari dan K.H. Ahmad Dahlan.