Jakarta (ANTARA) - Sutradara Rob Marshall membagikan ceritanya dalam penciptaan dunia bawah laut untuk film live-action "The Little Mermaid" hingga akhirnya bisa menghasilkan tampilan yang sangat fotorealistik.
Dalam keterangan pers Disney+ Hotstar yang diterima di Jakarta, Kamis, Marshall mengatakan selaku sutradara, dia senantiasa menekankan kepada tim sejak awal produksi mengenai gambaran daratan yang realistis dan lautan yang penuh dengan fantasi untuk "The Little Mermaid".
Hal itu penting, imbuh dia, mengingat nantinya film akan mampu menampilkan kontras antara dua dunia dengan baik. Dunia daratan terlihat nyata dan akrab, sedangkan dunia laut "The Little Mermaid" penuh dengan hal-hal magis seperti kehadiran putri duyung, kepiting yang bernyanyi, dan burung berbicara.
"Oleh karena itu, kami membangun dunia bawah laut dengan teknologi digital dan di atas air, selayaknya film periode klasik," kata Marshall.
Konsep musikal yang diusung oleh "The Little Mermaid" juga memberikan tantangan saat produksi.
"Dan karena ini juga film musikal, dalam banyak hal kami merasa seperti menyiapkan tiga film berbeda sekaligus," ujar Marshall.
Para pemeran "The Little Mermaid" harus berlatih adegan selayaknya produksi film musikal. Marshall menggunakan waktu latihan adegan untuk melakukan penempatan posisi kamera yang tepat pada saat produksi dimulai.
Banyak adegan yang diambil dengan menggunakan teknologi digital. Meski begitu, pembuat film tetap ingin menggunakan lokasi asli di Eropa untuk menampilkan emosi yang tepat dalam beberapa adegan seperti saat Ariel menyelamatkan Pangeran Eric.
"The Little Mermaid" versi live-action menghadirkan kembali lagu-lagu ikonik dari film animasinya seperti "Part of Your World", "Under the Sea", "Poor Unfortunate Souls", dan "Kiss the Girl".
Komposer Alan Menken, yang pernah terlibat dalam produksi versi animasinya, kembali berkolaborasi dalam proyek live-action kali ini. Dia pun menghadirkan tiga original soundtrack baru bersama dengan Lin-Manuel Miranda dengan judul "Wild Unchartered Waters", "For the First Time", dan "The Scuttlebutt".
Film yang sedang tayang di bioskop-bioskop Indonesia sejak Kamis (24/5) itu mengikuti petualangan putri duyung bernama Ariel (diperankan oleh Halle Bailey) dengan latar tahun 1830-an di sebuah pulau di Karibia.
Ariel, yang merupakan putri bungsu Raja Triton (diperankan oleh Javier Bardem), bertekad untuk mengunjungi permukaan laut dan akhirnya jatuh cinta pada Pangeran Eric (diperankan oleh Jonah Hauer-King).
Ariel memutuskan untuk membuat perjanjian dengan Ursula (diperankan oleh Melissa McCarthy), penyihir laut yang jahat, demi mewujudkan keinginannya untuk memiliki kesempatan hidup di daratan. Akan tetapi, perjanjian itu justru menempatkan hidupnya dan kerajaan ayahnya dalam bahaya.
Dalam keterangan pers Disney+ Hotstar yang diterima di Jakarta, Kamis, Marshall mengatakan selaku sutradara, dia senantiasa menekankan kepada tim sejak awal produksi mengenai gambaran daratan yang realistis dan lautan yang penuh dengan fantasi untuk "The Little Mermaid".
Hal itu penting, imbuh dia, mengingat nantinya film akan mampu menampilkan kontras antara dua dunia dengan baik. Dunia daratan terlihat nyata dan akrab, sedangkan dunia laut "The Little Mermaid" penuh dengan hal-hal magis seperti kehadiran putri duyung, kepiting yang bernyanyi, dan burung berbicara.
"Oleh karena itu, kami membangun dunia bawah laut dengan teknologi digital dan di atas air, selayaknya film periode klasik," kata Marshall.
Konsep musikal yang diusung oleh "The Little Mermaid" juga memberikan tantangan saat produksi.
"Dan karena ini juga film musikal, dalam banyak hal kami merasa seperti menyiapkan tiga film berbeda sekaligus," ujar Marshall.
Para pemeran "The Little Mermaid" harus berlatih adegan selayaknya produksi film musikal. Marshall menggunakan waktu latihan adegan untuk melakukan penempatan posisi kamera yang tepat pada saat produksi dimulai.
Banyak adegan yang diambil dengan menggunakan teknologi digital. Meski begitu, pembuat film tetap ingin menggunakan lokasi asli di Eropa untuk menampilkan emosi yang tepat dalam beberapa adegan seperti saat Ariel menyelamatkan Pangeran Eric.
"The Little Mermaid" versi live-action menghadirkan kembali lagu-lagu ikonik dari film animasinya seperti "Part of Your World", "Under the Sea", "Poor Unfortunate Souls", dan "Kiss the Girl".
Komposer Alan Menken, yang pernah terlibat dalam produksi versi animasinya, kembali berkolaborasi dalam proyek live-action kali ini. Dia pun menghadirkan tiga original soundtrack baru bersama dengan Lin-Manuel Miranda dengan judul "Wild Unchartered Waters", "For the First Time", dan "The Scuttlebutt".
Film yang sedang tayang di bioskop-bioskop Indonesia sejak Kamis (24/5) itu mengikuti petualangan putri duyung bernama Ariel (diperankan oleh Halle Bailey) dengan latar tahun 1830-an di sebuah pulau di Karibia.
Ariel, yang merupakan putri bungsu Raja Triton (diperankan oleh Javier Bardem), bertekad untuk mengunjungi permukaan laut dan akhirnya jatuh cinta pada Pangeran Eric (diperankan oleh Jonah Hauer-King).
Ariel memutuskan untuk membuat perjanjian dengan Ursula (diperankan oleh Melissa McCarthy), penyihir laut yang jahat, demi mewujudkan keinginannya untuk memiliki kesempatan hidup di daratan. Akan tetapi, perjanjian itu justru menempatkan hidupnya dan kerajaan ayahnya dalam bahaya.