Donggala (antarasulteng.com) - Gubernur Sulawesi Tengah Drs H Longki Danggola, MSi di Donggala, Selasa, melakukan panen perdana ikan bandeng budidaya sistem keramba jaring tancap (KJT) di perairan laut, hasil inovasi teknologi yang dilakukan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan setempat DR H Hasanuddin Atjo, MP.
Ada dua KJT yang dikembangkan di Dermaga Pelabuhan Perikanan Donggala tersebut masing-masing berukuran 8x16x2 meter.
"Karena itu, teknologi budidaya KJT untuk perairan pantai ini memiliki peluang yang besar untuk dikembangkan secara masif di Sulawesi Tengah untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, percepatan pertumbuhan ekonomi dan penguatan ketahanan pangan," ujarnya.
Ia menyebutkan bila dalam lima tahun mendatang, Sulteng bisa mengembangkan 1.000 hektare KJT di seluruh kabupaten yang memiliki pantai, maka Sulawesi Tengah dapat menghasilkan 210.000 ton bandeng tiap siklus panen atau 410.000 ton untuk dua siklun panen dalam setahun.
Apresiasi tinggi
Ada dua KJT yang dikembangkan di Dermaga Pelabuhan Perikanan Donggala tersebut masing-masing berukuran 8x16x2 meter.
Hasil panen dari salah satu KJT berukuran 8x16 meter tercatat 2,7 ton yang bila dikonversi kedalam satu hektare berarti produktivitas teknologi budidaya ini mencapai 210 ton perhektare untuk satu siklus panen.
Kepala Dinas KP Sulteng Hasanuddin Atjo yang menggagas teknologi ini menyebutkan bahwa dengan masa budidaya selama lima bulan, KJT ini menghasilkan ikan dengan bobot antara 700 sampai 1.000 gram perekor.
Kelebihan teknologi keramba jaring tancap (KJT) dibanding keramba jaring apung (KJA) yakni yang banyak diterapkan petambak adalah investasinya lebih murah sehingga mudah diterapkan secara masih oleh masyarakat pesisir pantai.
Kelebihan lain adalah rasa dagingnya lebih gurih dan tidak berasa lumpur atau tanah seperti bandeng dari tambak, kandungan asam lemak omega-3 lebih tinggi dan sisik lebih mengkilap.
Kepala Dinas KP Sulteng Hasanuddin Atjo yang menggagas teknologi ini menyebutkan bahwa dengan masa budidaya selama lima bulan, KJT ini menghasilkan ikan dengan bobot antara 700 sampai 1.000 gram perekor.
Kelebihan teknologi keramba jaring tancap (KJT) dibanding keramba jaring apung (KJA) yakni yang banyak diterapkan petambak adalah investasinya lebih murah sehingga mudah diterapkan secara masih oleh masyarakat pesisir pantai.
Kelebihan lain adalah rasa dagingnya lebih gurih dan tidak berasa lumpur atau tanah seperti bandeng dari tambak, kandungan asam lemak omega-3 lebih tinggi dan sisik lebih mengkilap.
Dasi aspek budidaya, KJT lebih efisien dalam penggunaan lahan dan pakan buatan dibanding tambak konvensional, mudah dipantau dan tidak membutuhkan pengelolaan air seperti tambak, mudah dalam panen baik secara selektif maupun total serta skala usaha bisa disesuaikan dengan kemampuan modal dan bahan-bahan yang tersedia.
"Karena itu, teknologi budidaya KJT untuk perairan pantai ini memiliki peluang yang besar untuk dikembangkan secara masif di Sulawesi Tengah untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, percepatan pertumbuhan ekonomi dan penguatan ketahanan pangan," ujarnya.
Ia menyebutkan bila dalam lima tahun mendatang, Sulteng bisa mengembangkan 1.000 hektare KJT di seluruh kabupaten yang memiliki pantai, maka Sulawesi Tengah dapat menghasilkan 210.000 ton bandeng tiap siklus panen atau 410.000 ton untuk dua siklun panen dalam setahun.
Apresiasi tinggi
Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola memberikan apresiasi yang tinggi kepada Kepala Dinas KP Sulteng yang berhasil melakukan inovasi teknologi tersebut dan berharap teknologi budidaya ini bisa segera direplikasi di daerah-daerah pantai lainnya di Sulteng.
Secara khusus gubernur juga memuji inovasi ini karena uji coba teknologi tersebut dilakukan di bawah kolong dermaga pelabuhan perikanan Donggala. Ini membuktikan bahwa pengelolana pelabuhan ini sangat ramah lingkungan sehingga ikan bandeng pun bisa tumbuh dan berkembang sangat cepat di kawasan dermaga yang selalu dipenuhi kapal ikan itu, katanya.
Menurut dia, pegelolaan sumber daya maritim yang ramah lingkungan memiliki kontribusi besar terhadap ketahanan pangan nasional, dan untuk skala Sulteng, pada 2020 nanti, provinsi ini membutuhkan sekitar 240.000 ton ikan konsumsi, sebanyak 106.000 ton bersumber dari ikan budidaya.
"Untuk memenuhi kebutuhan ikan budidaya tersebut, hanya dibutuhkan 160 ha keramba tancap," ujarnya.
Gubernur menilai teknologi KJT ini akan memberikan efek berganda bagi perekonomian daerah karena pengembangan secara masif teknologi ini memutuhkan kehadiran sejumlah industri penunjang seperti benih, peralatan dan mesin, pakan, dan pengolahan.
Tantangan ke depan untuk mengembangkan teknologi ini adalah pembiayaan dan akses permodalan, infrastruktur serta sinergitas hulu-hilir, katanya.
Panen perdana teknologi KJT hasil inovasi DR Ir Hasanuddin Atjo, MP ini mendapat perhatian pemimpin perbankan dan pengusaha. Acara ini antara lain dihadiri Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulteng, Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sulteng, sejumlah pemimpin bank pelaksana di Kota Palu dan Donggala, pengusaha perikanan, pejabat eseloan II dari Kementerian Kelautan dan Perikanan serta beberapa pejabat dinas KP provinsi dari beberapa daerah di Indonesia.
Secara khusus gubernur juga memuji inovasi ini karena uji coba teknologi tersebut dilakukan di bawah kolong dermaga pelabuhan perikanan Donggala. Ini membuktikan bahwa pengelolana pelabuhan ini sangat ramah lingkungan sehingga ikan bandeng pun bisa tumbuh dan berkembang sangat cepat di kawasan dermaga yang selalu dipenuhi kapal ikan itu, katanya.
Menurut dia, pegelolaan sumber daya maritim yang ramah lingkungan memiliki kontribusi besar terhadap ketahanan pangan nasional, dan untuk skala Sulteng, pada 2020 nanti, provinsi ini membutuhkan sekitar 240.000 ton ikan konsumsi, sebanyak 106.000 ton bersumber dari ikan budidaya.
"Untuk memenuhi kebutuhan ikan budidaya tersebut, hanya dibutuhkan 160 ha keramba tancap," ujarnya.
Gubernur menilai teknologi KJT ini akan memberikan efek berganda bagi perekonomian daerah karena pengembangan secara masif teknologi ini memutuhkan kehadiran sejumlah industri penunjang seperti benih, peralatan dan mesin, pakan, dan pengolahan.
Tantangan ke depan untuk mengembangkan teknologi ini adalah pembiayaan dan akses permodalan, infrastruktur serta sinergitas hulu-hilir, katanya.
Panen perdana teknologi KJT hasil inovasi DR Ir Hasanuddin Atjo, MP ini mendapat perhatian pemimpin perbankan dan pengusaha. Acara ini antara lain dihadiri Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulteng, Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sulteng, sejumlah pemimpin bank pelaksana di Kota Palu dan Donggala, pengusaha perikanan, pejabat eseloan II dari Kementerian Kelautan dan Perikanan serta beberapa pejabat dinas KP provinsi dari beberapa daerah di Indonesia.