Palu, (antarasulteng.com) - Wakil Gubernur Sulawesi Tengah H. Soedarto berharap pelibatan masyarakat secara aktif bersama aparat Polri dan TNI dalam merehabilitasi lahan yang rusak akibat penambangan emas secara ilegal di Dongi-dongi, Kabupaten Poso.
Saat meninjau lokasi eks penambangan ilegal di dalam kawasan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) itu, Sabtu, Soedarto menerima laporan bahwa Balai Besar TNLL akan segera merehabilitasi kawasan itu dengan menanam sekitar 17.000 pohon bernilai ekonomi ekonomis tinggi seperti palapi.
Rehabilitasi lahan yang rusak mencapai sekitar 16 hektare, kata seorang pejabat BB TNLL saat menerima kunjungan Wagub yang didamping sejumlah pejabat daerah seperti Asisten Perekonomian dan Pembangunan Bunga Elim Somba, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Muh. Muhlis, Kadis Energi dan Sumber Daya Mineral Bambang Soenaryo, Kadis PU Bina Marga Syaifullah Djafar, Kepala Badan Lingkungan Hidup Abd. Rahim dan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Bartholomeus Tandigala.
Dua hari sebelumnya yakni Kamis (1/9), sebanyak 1.100 personel Polda Sulteng dan TNI, Polisi Kehutanan dan polisi Pamong Praja menggelar penertiban di lokasi penambangan tersebut untuk mengusir sekitar 10.000-an penambang ilegal.
Namun lokasi itu telah kosong sebelum aparat melakukan upaya penegakan hukum, karena beberapa hari sebelumnya, pihak-pihak terkait aktif melakukan upaya persuasif yang meminta penambang ilegal meninggalkan lokasi itu sebelum operasi penegakkan hukum dilakukan.
Wagub Sulteng Soedarto menerima laporan bahwa saat ini masih sekitar 120 personel polisi siaga di lokasi tersebut untuk mencegah kembalinya para penambang liar.
Kendaraan berat seperti buldoser dan excavator milik Dinas PU Sulteng juga telah dikerahkan untuk menutup lubang-lubang penggalian material mengandung emas agar pelaku penambangan liar tidak kembali lagi menggali kawasan itu.
Terkait rencana rehabilitasi lahan, Wagub berharap pihak BB TNLL melibatkan anggota TNI, Polri dan warga Dongi-dongi dalam proses rehabilitasi untuk bersama-sama melakukan penanaman guna membangun kesadaran bersama mengenai arti pentingnya pemulihkan kawasan lindung tersebut.
"Masyarakat dan TNI-Polri lah nanti yang sama-sama menanam," pintanya.
Dalam kunjungan tersebut, salah seorang tokoh masyarakat Dongi-dongi mengonfirmasi kepada Wagub mengenai informasi bahwa setelah penertiban penambang ilegal, ada sebuah perusahaan yang akan masuk untuk mengeksploitasi emas di kawasan itu.
Wagub Sudarto dengan tegas membantah isu tersebut dan menyebutkan bahwa informasi itu adalah kebohongan yang menyesatkan warga dan membuat keresahan bahkan kemarahan rakyat.
"Saya minta masyarakat Dongi-dongi tidak mudah percaya dan terprovokasi dengan isu tersebut. Dongi-dongi ini adalah kawasan taman nasional, cagar biosfer dunia, jadi harus kita amankan kelestariannya. Jadi, ngak benar informasi itu, jangan percaya dan mari kita jaga bersam kawasan ini," ujar Soedarto.
Kapolda Sulteng Brigjen Polisi Rudy Sufahriadi sudah mengultimatum warga agar tidak kembali masuk ke Dongi-dongi untuk menambang.
"Kalau masih ada yang ditemukan menambang, kita tangkap dan proses hukum," katanya tegas usai operasi penertiban di Dongi-dongi Kamis (1/9) petang.
Saat meninjau lokasi eks penambangan ilegal di dalam kawasan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) itu, Sabtu, Soedarto menerima laporan bahwa Balai Besar TNLL akan segera merehabilitasi kawasan itu dengan menanam sekitar 17.000 pohon bernilai ekonomi ekonomis tinggi seperti palapi.
Rehabilitasi lahan yang rusak mencapai sekitar 16 hektare, kata seorang pejabat BB TNLL saat menerima kunjungan Wagub yang didamping sejumlah pejabat daerah seperti Asisten Perekonomian dan Pembangunan Bunga Elim Somba, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Muh. Muhlis, Kadis Energi dan Sumber Daya Mineral Bambang Soenaryo, Kadis PU Bina Marga Syaifullah Djafar, Kepala Badan Lingkungan Hidup Abd. Rahim dan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Bartholomeus Tandigala.
Dua hari sebelumnya yakni Kamis (1/9), sebanyak 1.100 personel Polda Sulteng dan TNI, Polisi Kehutanan dan polisi Pamong Praja menggelar penertiban di lokasi penambangan tersebut untuk mengusir sekitar 10.000-an penambang ilegal.
Namun lokasi itu telah kosong sebelum aparat melakukan upaya penegakan hukum, karena beberapa hari sebelumnya, pihak-pihak terkait aktif melakukan upaya persuasif yang meminta penambang ilegal meninggalkan lokasi itu sebelum operasi penegakkan hukum dilakukan.
Wagub Sulteng Soedarto menerima laporan bahwa saat ini masih sekitar 120 personel polisi siaga di lokasi tersebut untuk mencegah kembalinya para penambang liar.
Kendaraan berat seperti buldoser dan excavator milik Dinas PU Sulteng juga telah dikerahkan untuk menutup lubang-lubang penggalian material mengandung emas agar pelaku penambangan liar tidak kembali lagi menggali kawasan itu.
Terkait rencana rehabilitasi lahan, Wagub berharap pihak BB TNLL melibatkan anggota TNI, Polri dan warga Dongi-dongi dalam proses rehabilitasi untuk bersama-sama melakukan penanaman guna membangun kesadaran bersama mengenai arti pentingnya pemulihkan kawasan lindung tersebut.
"Masyarakat dan TNI-Polri lah nanti yang sama-sama menanam," pintanya.
Dalam kunjungan tersebut, salah seorang tokoh masyarakat Dongi-dongi mengonfirmasi kepada Wagub mengenai informasi bahwa setelah penertiban penambang ilegal, ada sebuah perusahaan yang akan masuk untuk mengeksploitasi emas di kawasan itu.
Wagub Sudarto dengan tegas membantah isu tersebut dan menyebutkan bahwa informasi itu adalah kebohongan yang menyesatkan warga dan membuat keresahan bahkan kemarahan rakyat.
"Saya minta masyarakat Dongi-dongi tidak mudah percaya dan terprovokasi dengan isu tersebut. Dongi-dongi ini adalah kawasan taman nasional, cagar biosfer dunia, jadi harus kita amankan kelestariannya. Jadi, ngak benar informasi itu, jangan percaya dan mari kita jaga bersam kawasan ini," ujar Soedarto.
Kapolda Sulteng Brigjen Polisi Rudy Sufahriadi sudah mengultimatum warga agar tidak kembali masuk ke Dongi-dongi untuk menambang.
"Kalau masih ada yang ditemukan menambang, kita tangkap dan proses hukum," katanya tegas usai operasi penertiban di Dongi-dongi Kamis (1/9) petang.