Palu (ANTARA) - Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (DTPH) Provinsi Sulawesi Tengah menyiapkan brigade alat dan mesin pertanian (Alsintan) untuk menangani lahan pertanian yang terdampak El Nino di Kecamatan Palasa, Kabupaten Parigi Moutong.
"Kami menerima laporan sekitar 13 hektare lahan pertanian komoditas bawang merah milik kelompok tani (Poktan) Harapan Indah Desa Ogoansam Kecamatan Palasa di landa kekeringan, sehingga kami secepatnya mengerahkan alsintan sebagai langkah intervensi," kata Kepala Dinas TPH Sulteng Nelson Metubun ditemui di Palu, Jumat.
Ia menjelaskan, langkah awal dilakukan selain mengerahkan brigade alsintan berupa mesin pompa air, pihaknya juga mengerahkan petugas pengendali organisme pengganggu tanaman (POPT) bertugas di wilayah setempat guna melakukan peninjauan lapangan.
Selain itu juga, POPT diminta berkoordinasi dengan unit pelaksana teknis (UPT) di wilayah Parigi Moutong supaya penanganannya lebih masif.
"Kami belum bisa memastikan berapa pompa yang dibutuhkan, sehingga kami mengerahkan POPT melakukan peninjauan lapangan untuk mengetahui berapa jumlah kebutuhan teknis," ujarnya.
Ia mengemukakan, tanaman hortikultura memiliki tingkat kerentanan tinggi terhadap dampak kekeringan, salah satunya komoditas bawang merah.
Dari dampak El Nino menimpa pertanian bawang merah milik Poktan Harapan Indah, termasuk diantaranya yakni bawang varietas Palasa atau varietas unggulan kabupaten itu.
"Kami telah menyampaikan surat edaran Nomor: 520/8909-V//DIS TPH perihal antisipasi musim kemarau 2023 dan El Nino lemah ke-13 kabupaten/kota sebagai upaya antisipasi dini," ujarnya.
Diprediksi, El Nino terjadi pada pertengahan 2023 dengan dampak ditimbulkan yakni kekeringan namun menurut BMKG, cuaca di Sulteng sulit diprediksi karena tidak memiliki kejelasan antara musim kemarau dan musim hujan.
Sehingga, dinyatakan sebagai daerah unik karena tidak masuk dalam wilayah zona musim atau non zom, oleh karena itu BMKG mengkategorikan kondisi cuaca di provinsi ini adalah kemarau basah.
"Kasus yang terjadi di Palasa secepatnya kami tangani, supaya tidak berdampak luas terhadap lahan pertanian lainnya. Tentu dampak ini sangat menanggung produksi dan produktivitas pertanian," ucap Nelson.
Ia menambahkan, produksi bawang merah Sulteng sejak Januari Hingga Juli 2023 mencapai 1.642 ton dengan kebutuhan konsumsi masyarakat 3.478 ton, atau mengalami defisit sekitar 1.835 ton.
"Meski terjadi El Nino, kami tetap optimistis produksi bawang merah oleh petani lokal dapat memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat per tahun, meski pemerintah mendatangkan dari luar daerah paling tidak, hasil produksi daerah bisa mendominasi pasar," demikian Nelson.
"Kami menerima laporan sekitar 13 hektare lahan pertanian komoditas bawang merah milik kelompok tani (Poktan) Harapan Indah Desa Ogoansam Kecamatan Palasa di landa kekeringan, sehingga kami secepatnya mengerahkan alsintan sebagai langkah intervensi," kata Kepala Dinas TPH Sulteng Nelson Metubun ditemui di Palu, Jumat.
Ia menjelaskan, langkah awal dilakukan selain mengerahkan brigade alsintan berupa mesin pompa air, pihaknya juga mengerahkan petugas pengendali organisme pengganggu tanaman (POPT) bertugas di wilayah setempat guna melakukan peninjauan lapangan.
Selain itu juga, POPT diminta berkoordinasi dengan unit pelaksana teknis (UPT) di wilayah Parigi Moutong supaya penanganannya lebih masif.
"Kami belum bisa memastikan berapa pompa yang dibutuhkan, sehingga kami mengerahkan POPT melakukan peninjauan lapangan untuk mengetahui berapa jumlah kebutuhan teknis," ujarnya.
Ia mengemukakan, tanaman hortikultura memiliki tingkat kerentanan tinggi terhadap dampak kekeringan, salah satunya komoditas bawang merah.
Dari dampak El Nino menimpa pertanian bawang merah milik Poktan Harapan Indah, termasuk diantaranya yakni bawang varietas Palasa atau varietas unggulan kabupaten itu.
"Kami telah menyampaikan surat edaran Nomor: 520/8909-V//DIS TPH perihal antisipasi musim kemarau 2023 dan El Nino lemah ke-13 kabupaten/kota sebagai upaya antisipasi dini," ujarnya.
Diprediksi, El Nino terjadi pada pertengahan 2023 dengan dampak ditimbulkan yakni kekeringan namun menurut BMKG, cuaca di Sulteng sulit diprediksi karena tidak memiliki kejelasan antara musim kemarau dan musim hujan.
Sehingga, dinyatakan sebagai daerah unik karena tidak masuk dalam wilayah zona musim atau non zom, oleh karena itu BMKG mengkategorikan kondisi cuaca di provinsi ini adalah kemarau basah.
"Kasus yang terjadi di Palasa secepatnya kami tangani, supaya tidak berdampak luas terhadap lahan pertanian lainnya. Tentu dampak ini sangat menanggung produksi dan produktivitas pertanian," ucap Nelson.
Ia menambahkan, produksi bawang merah Sulteng sejak Januari Hingga Juli 2023 mencapai 1.642 ton dengan kebutuhan konsumsi masyarakat 3.478 ton, atau mengalami defisit sekitar 1.835 ton.
"Meski terjadi El Nino, kami tetap optimistis produksi bawang merah oleh petani lokal dapat memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat per tahun, meski pemerintah mendatangkan dari luar daerah paling tidak, hasil produksi daerah bisa mendominasi pasar," demikian Nelson.