Pangkalpinang (ANTARA) - Menyambut Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ke-43 ASEAN yang diselenggarakan di Jakarta pada 5-7 September 2023, Menteri Luar Negeri RI Retno Lestari Priansari Marsudi menyampaikan bahwa terdapat empat ruh utama kepemimpinan Indonesia dalam KTT ASEAN kali ini.

Pertama adalah pentingnya meletakkan visi jangka panjang kawasan. Dalam pandangan Indonesia, visi jangka panjang kawasan perlu dilakukan dan krusial karena akan memastikan keberlanjutan dan panduan untuk masa depan ASEAN.

Kedua adalah memperkuat ketahanan negara- negara anggota ASEAN dalam menghadapi tantangan zaman.

Ketiga adalah mendorong ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi. Dalam kaitan ini, Indonesia menyoroti penguatan ketahanan pangan di kawasan sebagai salah satu elemen pentingnya yang sesuai dengan tema Indonesia dalam kepemimpinan ASEAN, yaitu "ASEAN Matters: Epicentrum of Growth.”

Keempat adalah menjadikan Indo-Pasifik sebagai kawasan aman dan damai. Untuk mencapai tujuan ini, Indonesia akan memimpin negara-negara anggota mempromosikan ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP) kepada mitra-mitra ASEAN saat KTT nanti.

Pernyataan Menlu Retno LP Marsudi mengenai ruh kepemimpinan Indonesia di ASEAN merupakan cerminan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Tatkala Menlu Retno LP Marsudi menyatakan mengenai pentingnya meletakkan visi jangka panjang kawasan dan memperkuat ketahanan ASEAN, pernyataan tersebut bukan saja untuk memastikan keberlanjutan dan panduan untuk masa depan ASEAN, melainkan juga menyerukan gotong royong atau kolaborasi dalam paradigma multilateralisme jangka panjang.

ASEAN yang berdiri sejak 8 Agustus 1967 dan bisa eksis hingga saat ini karena dilandasi semangat kerja sama kawasan dan sikap  saling menghargai kedaulatan negara masing-masing.

Bahwa kerja sama ASEAN merupakan bentuk nasionalisme yang tulus negara-negara di kawasan Asia Tenggara melakukan yang terbaik untuk bangsa di jangka panjang, bukan terpancing emosi sesaat. Bahwa kerja sama yang dilakukan pun bukan hanya melibatkan negara-negara anggota ASEAN, melainkan juga dengan negara mitra ASEAN.

Oleh karena itu, sejatinya ruh kepemimpinan pertama dan kedua ini merupakan upaya untuk menghidupkan kembali nilai musyawarah, dialog, dan gotong royong dalam tindak diplomasi Indonesia di dunia internasional. Nilai-nilai yang menjadi pandangan hidup Bangsa Indonesia dan telah diperkenalkan oleh Presiden Soekarno atau Bung Karno pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (SMU PBB) di New York, 30 September 1960, dengan judul “To Build the World A New” (Membangun Dunia Baru).

Dalam pidatonya, Bung Karno menyampaikan bahwa dunia harus dibangun kembali sejalan dengan bangkitnya kemerdekaan di negara Asia-Afrika, sebagai perlawanan terhadap kolonialisme dan imperialisme. Bung Karno mengajak untuk membangun dunia kembali berdasarkan pada Pancasila dan menawarkan Pancasila sebagai ideologi internasional.

Bung Karno juga menyampaikan argumentasi kenapa setiap negara perlu mengadopsi Pancasila sebagai ideologi kenegaraannya. Bung Karno menunjukkan bahwa nilai-nilai Pancasila tidak hanya bersifat nasional keindonesiaan, tetapi universal dan internasional. Ketuhanan Yang Maha Esa adalah nilai universal, kemanusiaan universal, nasionalisme universal, demokrasi universal, dan keadilan sosial juga universal. Bahkan, khusus nasionalisme, Bung Karno menjelaskan bahwa nasionalisme dianut oleh semua negara modern.

Begitu pun dengan pernyataan mengenai ruh kepemimpinan ketiga yaitu mendorong ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, pada dasarnya hal tersebut sejalan dengan sila kemanusiaan dan keadilan sosial, di mana bergeraknya perekonomian di kawasan disebabkan oleh rangsangan ekonomi dan sosial. Pusat pertumbuhan ekonomi yang diinginkan di ASEAN dimaksudkan untuk mewujudkan pemerataan sosial dan penciptaan perekonomian yang tangguh serta adanya keseimbangan antaranya perencanaan di setiap negara ASEAN untuk menjamin keadilan sosial.

Adapun terkait ruh kepemimpinan ke empat untuk menjadikan Indo-Pasifik sebagai kawasan aman dan damai, tidak terlepas dari paradigma saling menguntungkan (win win) berdasarkan konsep internasionalisme yang berakar dari nasionalisme. Seperti dikatakan Bung Karno dalam pidato lahirnya Pancasila di Sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK) tanggal 1 Juni 1945 "Internasionalisme tidak dapat subur jika tidak berakar dalam bumi nasionalisme, sebaliknya, nasionalisme tidak subur jika tidak hidup dalam taman sari internasionalisme".

Oleh karena itu, ASEAN harus saling mendengar untuk bisa berkompromi mempertimbangkan pandangan yang berbeda. ASEAN dinavigasi dengan arsitektur kawasan yang inklusif, yang merupakan nilai inti bagi ASEAN untuk menjadi kompas ASEAN dalam berlayar ke depan. Oleh karena itu, melalui ASEAN Outlook on Indo-Pacific, ASEAN akan mengarahkan semua negara untuk saling percaya melalui kerja sama yang konkret.

Pada akhirnya, diterimanya keempat ruh kepemimpinan Indonesia di ASEAN sekali lagi membuktikan bahwa kepemimpinan Indonesia diterima, bukan hanya di kawasan Asia Tenggara, tetapi juga semua negara yang ada di dunia.

Seperti dikatakan oleh Presiden Joko Widodo dalam peringatan Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2023 di Jakarta bahwa "Ideologi Pancasila membuat kepemimpinan Indonesia diterima dan diakui dunia. Presidensi G20 yang telah sukses dilaksanakan, keketuaan ASEAN tahun ini, merupakan bukti nyata bahwa Pancasila bukan hanya utama untuk Indonesia, tetapi juga sangat relevan untuk dunia”.

 


Aris Heru Utomo saat ini menjabat Direktur Pengkajian Materi Pembinaan Ideologi Pancasila Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP)







 

 

Pewarta : Aris Heru Utomo *)
Editor : Andilala
Copyright © ANTARA 2024