Kolonodale, Sulteng (ANTARA) - Setelah sukses menggaet pelaku usaha di Kecamatan Petasia khususnya di kota Kolonodale untuk masuk ke pasar digital, kini Kadin Morut melebarkan sayapnya ke Kecamatan Petasia Timur.

Hal itu ditandai dengan dilaksanakannya sosialisasi penggunaan aplikasi Mitra Bukalapak, QRIS, serta launching Draiv Morut wilayah Petasia Timur yang berlangsung di Desa Bunta, Jumat sore (10/11/2023).

Sosialisasi tersebut dibuka oleh Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, Perindustrian dan Perdagangan Daerah Kabupaten Morowali Utara, Yanismal Botuale.

Selain dari Kadin Morut, pemateri terdiri dari Mitra Bukalapak dan dari Bank Sulteng. Sosialisasi tersebut diikuti pelaku usaha di Desa Bunta dan sekitarnya yakni pemilik warung, kios dan UMKM lainnya.

Mengawali paparannya, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kabupaten Morowali Utara, Ince M Arief Ibrahim , membeberkan bagaimana beratnya pada awal memperkenalkan pasar digital kepada pelaku usaha di Kecamatan Petasia khususnya di Kolonodale.

"Pertama kali kami (Kadin Morut) berkeliling di sepuluh kecamatan se Kabupaten Morowali Utara untuk menjelaskan ke pelaku usaha segera beradaptasi ke era digitalisasi," jelas Arief Ibrahim.

Awalnya cukup berat, pengusaha yang tertarik hanya segelintir orang. Namun Arief dan kawan-kawan tidak menyerah. Mereka terus bergerak untuk meyakinkan pemilik warung, kios, pengecer, dan UMKM lainnya untuk bertransformasi ke pasar digital.

Terobosan itu akhirnya membuahkan hasil. Saat ini tercatat di wilayah Kolonodale sudah ada 9.513 orang yang  menggunakan aplikasi Draiv (aplikasi jasa pengantaran).

Selain itu, mitra kuliner 286 dan total orderan yang terus bertambah.

Perputaran uang bagi para pelaku usaha ini berkisar antara Rp 500 juta sampai dengan Rp 1 miliar.bini baru di wilayah Kecamatan Petasia.

"Saya mau sampaikan begini, kalau di Kolonodale saja bisa seperti itu, kenapa di Desa Bunta tidak bisa," ujarnya.

Ketua Kadin Morut itu menjelaskan, pada tahap awal ini sosialisasi pasar digital di Petasia Timur ini fokus pada tiga desa utama yakni Bunta, Tompira dan Bungintimbe.

Ketiga desa ini belakangan ini mengalami pertumbuhan pesat baik pertumbuhan ekonomi maupun bertambahnya penduduk seiring dengan berkembangnya industri pertambangan PT. GNI dan beberapa perusahaan lainnya di Morut.

Menurut Arief, dengan berkembangnya industri tersebut seharusnya diimbangi dengan gagasan dan program agar masyarakat dan pelaku usaha juga meraih keuntungan.

"Salah satunya adalah mendorong pengusaha tradisional masuk ke era yang namanya digitalisasi," tambahnya.

Sebelumnya, Kepala Desa Bunta, Cristol Lolo, menyatakan sangat mendukung upaya Jadin Morut bersama Mitra Bukalapak, Bank Sulteng, dan Draiv, masuk di desa ini.

Ia menyebut, Desa Bunta merupakan mulut industri yang berdampak pada tumbuhnya perekonomian lokal. 

Tenaga kerja di industri pertambangan yang tinggal di Bunta saat ini mencapai sekita 10 ribu orang. Ini semua menjadi pasar potensial pelaku usaha jika mau masuk ke pasar digital. 

 

Pewarta : -
Editor : Andriy Karantiti
Copyright © ANTARA 2024