Makassar (ANTARA) - Seorang siswa kelas IX Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 29 Kota Makassar, Sulawesi Selatan bernama Andi Nisfatul Aira berhasil mengolah limbah sampah plastik menjadi Ecobrik atau menjadikan sampah plastik bekas menjadi produk ramah lingkungan.
"Saya belajar membuat Ecobik di usia 10 tahun. Prosesnya cukup panjang dan ikut Training of Trainer Ecobrick Online selama lima pekan. Semua sesi diikuti dan tugas serta praktikum saya kerjakan, ada juga orang lebih tua dari saya ikut, sampai akhirnya saya berhasil," kata perempuan muda ini disapa akrab Aira di Makassar, Sulawesi Selatan, Ahad.
Dalam sesi pelatihan tersebut, Aira diperkenalkan tentang plastik, biosfer dan Ccobrick. Berbekal dari situ, kata Aira, keterampilan dan ilmu yang diterima selanjutnya terus diasah meski harus bersabar dengan beberapa kegagalan, tapi akhirnya bisa berhasil.
"Dari polusi bisa jadi solusi mengurangi konsumsi kita terhadap penggunaan plastik. Kita mesti menggunakan bahan-bahan secara organik yang mudah terurai," tutur aktivis lingkungan cilik ini menekankan.
Ia menjelaskan, pembuatan Ecobrik tersebut sederhana, yaitu botol plastik yang penuh berisi segala jenis plastik bekas sudah bersih harus dalam keadaan kering, lalu di kepak menggunakan stik dari bambu dimasukkan dalam botol hingga mencapai kepadatan tertentu.
Fungsinya, bila botol dengan kepadatan tertentu itu bisa sebagai balok bangunan yang dapat digunakan berulang-ulang. Dan penggunaan Ecobrick terbaik adalah, kata Aira, dapat membangun ruang hijau komunitas.
Salah satu Produk Ecobrik yan ditampilkan menjadi meja. ANTARA/HO-Dokumentasi instagram makassar_ecobrik
"Ecobrick yang telah saya buat sebanyak mungkin itu dikumpulkan bersama material lokal yaitu, tanah lempung, pasir, jerami untuk membangun area hijau yang cantik dan memperkaya biosfer," kata Duta Zero Waste di MIWF Benteng Rotterdam pada tahun 2019 itu.
Pengalaman dan kecintaan Aira di bidang lingkungan hidup, semuanya tidak lepas dari peran kedua orangtuanya, yaitu Yusran ayahnya sebagai aktivis lingkungan sekaligus jurnalis bersama ibunya Indrawati yang mendukung.
Aira bahkan dipercaya tampil sebagai narasumber pada sejumlah even environment kegiatan pelatihan lingkungan hidup, seperti Speaker Maritime Leadership Camp 2021 by The Floating School, Speaker Maritime Leadership Camp 2022.
Selanjutnya, Peacetval Peace With Nature di FIP UNM 2023 dan berbagai kelas pelatihan di tingkat organisasi lingkungan hidup maupun kampus di Sulsel.
Aira pun menitip pesan haru kepada orang yang sedang berlibur natal hingga pesta pergantian tahun 2024 bersama keluarganya agar tidak menyisakan limbah baik itu sisa makanan maupun plastik.
Trainer Global Ecobrick Alliance (GEA) termuda di dunia meminta dan berharap kepada masyarakat luas untuk tetap bijak dalam menggunakan plastik dan menjaga kualitas lingkungan hidup, kapan dan dimana pun berada.
"Bijak dan berdamai dengan plastik, adalah pilihan sejuta manfaat untuk bumi yang lebih tenang. Karena salah satu tujuan gerakan Ecobrick, adalah menghindarkan plastik bekas dari teknologi daur ulang dan segala jenisnya," kata Aira menegaskan.
Baca juga: Siswa SMP DKI berprestasi pimpin upacara HUT RI di Jambore Nasional
"Saya belajar membuat Ecobik di usia 10 tahun. Prosesnya cukup panjang dan ikut Training of Trainer Ecobrick Online selama lima pekan. Semua sesi diikuti dan tugas serta praktikum saya kerjakan, ada juga orang lebih tua dari saya ikut, sampai akhirnya saya berhasil," kata perempuan muda ini disapa akrab Aira di Makassar, Sulawesi Selatan, Ahad.
Dalam sesi pelatihan tersebut, Aira diperkenalkan tentang plastik, biosfer dan Ccobrick. Berbekal dari situ, kata Aira, keterampilan dan ilmu yang diterima selanjutnya terus diasah meski harus bersabar dengan beberapa kegagalan, tapi akhirnya bisa berhasil.
"Dari polusi bisa jadi solusi mengurangi konsumsi kita terhadap penggunaan plastik. Kita mesti menggunakan bahan-bahan secara organik yang mudah terurai," tutur aktivis lingkungan cilik ini menekankan.
Ia menjelaskan, pembuatan Ecobrik tersebut sederhana, yaitu botol plastik yang penuh berisi segala jenis plastik bekas sudah bersih harus dalam keadaan kering, lalu di kepak menggunakan stik dari bambu dimasukkan dalam botol hingga mencapai kepadatan tertentu.
Fungsinya, bila botol dengan kepadatan tertentu itu bisa sebagai balok bangunan yang dapat digunakan berulang-ulang. Dan penggunaan Ecobrick terbaik adalah, kata Aira, dapat membangun ruang hijau komunitas.
"Ecobrick yang telah saya buat sebanyak mungkin itu dikumpulkan bersama material lokal yaitu, tanah lempung, pasir, jerami untuk membangun area hijau yang cantik dan memperkaya biosfer," kata Duta Zero Waste di MIWF Benteng Rotterdam pada tahun 2019 itu.
Pengalaman dan kecintaan Aira di bidang lingkungan hidup, semuanya tidak lepas dari peran kedua orangtuanya, yaitu Yusran ayahnya sebagai aktivis lingkungan sekaligus jurnalis bersama ibunya Indrawati yang mendukung.
Aira bahkan dipercaya tampil sebagai narasumber pada sejumlah even environment kegiatan pelatihan lingkungan hidup, seperti Speaker Maritime Leadership Camp 2021 by The Floating School, Speaker Maritime Leadership Camp 2022.
Selanjutnya, Peacetval Peace With Nature di FIP UNM 2023 dan berbagai kelas pelatihan di tingkat organisasi lingkungan hidup maupun kampus di Sulsel.
Aira pun menitip pesan haru kepada orang yang sedang berlibur natal hingga pesta pergantian tahun 2024 bersama keluarganya agar tidak menyisakan limbah baik itu sisa makanan maupun plastik.
Trainer Global Ecobrick Alliance (GEA) termuda di dunia meminta dan berharap kepada masyarakat luas untuk tetap bijak dalam menggunakan plastik dan menjaga kualitas lingkungan hidup, kapan dan dimana pun berada.
"Bijak dan berdamai dengan plastik, adalah pilihan sejuta manfaat untuk bumi yang lebih tenang. Karena salah satu tujuan gerakan Ecobrick, adalah menghindarkan plastik bekas dari teknologi daur ulang dan segala jenisnya," kata Aira menegaskan.
Baca juga: Siswa SMP DKI berprestasi pimpin upacara HUT RI di Jambore Nasional