Surabaya (ANTARA) -
Selain itu, salah satu industri hilir yang cukup besar yang ada di Jatim adalah Smelter Freeport yang ada di Gresik.
"Bagian Timur Indonesia yang berpusat di Jatim memiliki potensi SDA sangat besar. Sehingga pengembangan hilirisasi jauh lebih banyak dan lebih baik di banding wilayah barat, sehingga kami memberikan informasi kepada mereka, kami butuh penguatan SDM industri hilir, karena harapan pemerintah seperti itu," ujarnya.
Sejauh ini, pihaknya memiliki komitmen yang kuat dalam meningkatkan kualitas SDM dalam negeri menjadi tenaga kerja yang unggul dan berdaya saing.
"Kualitas SDM masih kurang dikarenakan ketidaksesuaian dengan kebutuhan di bidang industri. Karena saat ini Jatim sedang gencar-gencarnya menggarap industri hilir, maka itu harus ditangkap dengan sesegera mungkin menyiapkan SDM hilir yang berkompeten, unggul dan berdaya saing melalui pelatihan, sertifikasi, dan pendidikan vokasi, khususnya untuk program digital science. Dan ini linier dengan program WSU," ucap Adek, sapaan akrabnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan Internasional & Promosi Luar Negeri Kadin Jatim Tommy Kaihatu menambahkan bahwa pihaknya menyambut baik keinginan WSU untuk bekerjasama mengembangkan SDM dalam negeri, apalagi universitas ini adalah salah satu universitas yang cukup ternama.
"Karena kita sama-sama membutuhkan link and match antara dunia usaha dan dunia industri dengan dunia pendidikan. Dan Jatim adalah hub Indonesia Timur, sehingga Kadin Jatim ingin mengembangkan SDM dalam upaya hilirisasi SDA," ucap Tommy.
Terlebih, lanjutnya, saat ini hilirisasi di Jatim cukup bagus, sudah mencapai 30 persen.
"Hal itu membutuhkan SDM. Ketika hilirisasi berjalan, maka proses bahan mentah menjadi turunan akan membuka banyak industri yang membutuhkan banyak tenaga terampil," ucapnya.
Dalam pelaksanaannya, WSU dan Kadin Jatim akan membuat roadmap sistem pendidikan dengan menggabungkan kurikulum WSU dengan kebutuhan dunia industri, khususnya industri hilir.
Pihaknya juga mengusulkan agar WSU membuat semacam kursus singkat yang bisa ditempuh selama enam bulan hingga satu tahun serta membuka konsultasi industri.
"Intinya menjadi konsultan riset untuk industri, industri tersebut membutuhkan tenaga kerja seperti apa, kebutuhan industri seperti apa, tentang development produk atau riset development pasar. Itu juga bisa dilakukan karena riset biasanya yang melakukan adalah universitas," ujarnya.
Oleh karena itu, dirinya berharap, jika kerjasama tersebut telah berjalan, maka Australia akan memiliki ketertarikan lebih untuk menanamkan investasi di Jatim.
"Kerjasama ini kan bisa berlanjut untuk menarik mereka berinvestasi di sini. Kalau mereka sudah mendidik, maka pasti mereka lebih mudah tertarik berinvestasi," tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, Vice Chancellor and Provost Western Sydney University Indonesia Prof. Amir Mahmood mengatakan alasan pihaknya memilih Kota Surabaya dikarenakan posisinya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia dengan jumlah populasi yang sangat besar.
"Western Sydney University sangat tertarik berkolaborasi dengan Kadin Jawa Timur, terutama dalam bidang Pendidikan dan pengembangan SDM kedepannya agar lebih berkualitas dan dapat menyesuaikan sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan di dunia industri," ucapnya.
Selain itu, pihaknya juga ingin memunculkan perubahan di kedua aspek yakni pendidikan dan industri dan usaha.
"Western Sydney University Indonesia sudah memiliki lima program yang sudah disetujui dan rencananya akan mulai berjalan pada September 2024, salah satu program yang dijalankan nantinya adalah program khusus di masa liburan untuk siswa SMA atau sederajat yang ingin mengenal dunia industri lebih dalam," ujarnya.
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur mengajak Western Sidney University (WSU) yang akan membuka cabang di kota Surabaya serius melakukan penguatan Sumber Daya Manusia (SDM) industri hilir.
Ketua Kadin Jatim Adik Dwi Putranto dalam keterangannya di Surabaya, Rabu, mengatakan langkah tersebut dilakukan mengingat Jawa Timur adalah provinsi penyambung Indonesia Timur yang memiliki beragam Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah.Selain itu, salah satu industri hilir yang cukup besar yang ada di Jatim adalah Smelter Freeport yang ada di Gresik.
"Bagian Timur Indonesia yang berpusat di Jatim memiliki potensi SDA sangat besar. Sehingga pengembangan hilirisasi jauh lebih banyak dan lebih baik di banding wilayah barat, sehingga kami memberikan informasi kepada mereka, kami butuh penguatan SDM industri hilir, karena harapan pemerintah seperti itu," ujarnya.
Sejauh ini, pihaknya memiliki komitmen yang kuat dalam meningkatkan kualitas SDM dalam negeri menjadi tenaga kerja yang unggul dan berdaya saing.
"Kualitas SDM masih kurang dikarenakan ketidaksesuaian dengan kebutuhan di bidang industri. Karena saat ini Jatim sedang gencar-gencarnya menggarap industri hilir, maka itu harus ditangkap dengan sesegera mungkin menyiapkan SDM hilir yang berkompeten, unggul dan berdaya saing melalui pelatihan, sertifikasi, dan pendidikan vokasi, khususnya untuk program digital science. Dan ini linier dengan program WSU," ucap Adek, sapaan akrabnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan Internasional & Promosi Luar Negeri Kadin Jatim Tommy Kaihatu menambahkan bahwa pihaknya menyambut baik keinginan WSU untuk bekerjasama mengembangkan SDM dalam negeri, apalagi universitas ini adalah salah satu universitas yang cukup ternama.
"Karena kita sama-sama membutuhkan link and match antara dunia usaha dan dunia industri dengan dunia pendidikan. Dan Jatim adalah hub Indonesia Timur, sehingga Kadin Jatim ingin mengembangkan SDM dalam upaya hilirisasi SDA," ucap Tommy.
Terlebih, lanjutnya, saat ini hilirisasi di Jatim cukup bagus, sudah mencapai 30 persen.
"Hal itu membutuhkan SDM. Ketika hilirisasi berjalan, maka proses bahan mentah menjadi turunan akan membuka banyak industri yang membutuhkan banyak tenaga terampil," ucapnya.
Dalam pelaksanaannya, WSU dan Kadin Jatim akan membuat roadmap sistem pendidikan dengan menggabungkan kurikulum WSU dengan kebutuhan dunia industri, khususnya industri hilir.
Pihaknya juga mengusulkan agar WSU membuat semacam kursus singkat yang bisa ditempuh selama enam bulan hingga satu tahun serta membuka konsultasi industri.
"Intinya menjadi konsultan riset untuk industri, industri tersebut membutuhkan tenaga kerja seperti apa, kebutuhan industri seperti apa, tentang development produk atau riset development pasar. Itu juga bisa dilakukan karena riset biasanya yang melakukan adalah universitas," ujarnya.
Oleh karena itu, dirinya berharap, jika kerjasama tersebut telah berjalan, maka Australia akan memiliki ketertarikan lebih untuk menanamkan investasi di Jatim.
"Kerjasama ini kan bisa berlanjut untuk menarik mereka berinvestasi di sini. Kalau mereka sudah mendidik, maka pasti mereka lebih mudah tertarik berinvestasi," tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, Vice Chancellor and Provost Western Sydney University Indonesia Prof. Amir Mahmood mengatakan alasan pihaknya memilih Kota Surabaya dikarenakan posisinya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia dengan jumlah populasi yang sangat besar.
"Western Sydney University sangat tertarik berkolaborasi dengan Kadin Jawa Timur, terutama dalam bidang Pendidikan dan pengembangan SDM kedepannya agar lebih berkualitas dan dapat menyesuaikan sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan di dunia industri," ucapnya.
Selain itu, pihaknya juga ingin memunculkan perubahan di kedua aspek yakni pendidikan dan industri dan usaha.
"Western Sydney University Indonesia sudah memiliki lima program yang sudah disetujui dan rencananya akan mulai berjalan pada September 2024, salah satu program yang dijalankan nantinya adalah program khusus di masa liburan untuk siswa SMA atau sederajat yang ingin mengenal dunia industri lebih dalam," ujarnya.