Batam (ANTARA) -
Para nelayan di Pulau Pecong, Kecamatan Pulau Belakangpadang, Kota Batam, Kepulauan Riau, menjual ikan dingkis hingga ke Singapura, menjelang Tahun Baru Imlek 2575 Kongzili/2024 Masehi.
Camat Belakang Padang Yudi Admajianto di Batam, Jumat mengatakan Pelabuhan Pulau Belakangpadang menjadi tempat terakhir pengecekan dalam proses ekspor ikan dingkis dari Batam menuju Singapura, dengan melibatkan pihak Imigrasi, Bea Cukai, Karantina Ikan di wilayah setempat.
"Jadi memang selain musim dingkis itu biasanya bermacam ikan, tetapi saat musim dingkis ini itu biasanya yang diekspor rata-rata dingkis," ujar Yudi.
Ia menyebutkan rata-rata setiap hari kapal pengangkut membawa ikan dingkis mencapai 5 ton untuk diekspor ke Singapura.
"Terkhusus di musim dingkis, semua kapal isinya ikan dingkis untuk ke Singapura," kata dia.
Tidak hanya di Pulau Pecong, nelayan ikan dingkis di Pulau Kasu dan Pulau Pemping juga menghasilkan hal serupa.
Menurut Yudi, setiap perayaan Imlek perairan di Pulau Belakangpadang merupakan salah satu sentra terbaik penghasil ikan dingkis.
"Hampir semua orang memasang kelong di tiga pulau tadi. Ini bisa dibilang rezeki tahunan bagi warga, bisa dibilang tradisi panen ikan dingkis," kata dia.
Setiap nelayan bisa menjual ikan dingkis dengan harga Rp300 ribu hingga Rp400 ribu per kg saat menjelang tahun baru China.
Nelayan ikan dingkis di Pulau Pecong, Toyib menyebutkan ikan dingkis di perairan Belakangpadang hanya bertelur setahun sekali saat menjelang perayaan Imlek, sehingga pada momen itu ikan tersebut memiliki harga jual yang cukup tinggi dari biasanya.
"Saat ini harganya sudah mencapai hingga Rp300 ribu per kilogram. Saya pernah meraup hingga Rp38 juta menjelang momen Imlek untuk ikan dingkis saja. Sedangkan di hari biasa rata-rata Rp25 ribu sampai Rp45 ribu per kilogram," ujar Toyib.
Ia mengatakan dalam sehari, kelong miliknya bisa menghasilkan 5 kg ikan dingkis yang kemudian dibeli oleh pengepul untuk dijual kembali ke daerah-daerah di Kota Batam bahkan ke Singapura.
"Kalau hari biasa tidak banyak yang cari ikan ini, jadi harganya beda jauh dibandingkan saat momen Imlek seperti sekarang," kata dia.
Para nelayan di Pulau Pecong, Kecamatan Pulau Belakangpadang, Kota Batam, Kepulauan Riau, menjual ikan dingkis hingga ke Singapura, menjelang Tahun Baru Imlek 2575 Kongzili/2024 Masehi.
Camat Belakang Padang Yudi Admajianto di Batam, Jumat mengatakan Pelabuhan Pulau Belakangpadang menjadi tempat terakhir pengecekan dalam proses ekspor ikan dingkis dari Batam menuju Singapura, dengan melibatkan pihak Imigrasi, Bea Cukai, Karantina Ikan di wilayah setempat.
"Jadi memang selain musim dingkis itu biasanya bermacam ikan, tetapi saat musim dingkis ini itu biasanya yang diekspor rata-rata dingkis," ujar Yudi.
Ia menyebutkan rata-rata setiap hari kapal pengangkut membawa ikan dingkis mencapai 5 ton untuk diekspor ke Singapura.
"Terkhusus di musim dingkis, semua kapal isinya ikan dingkis untuk ke Singapura," kata dia.
Tidak hanya di Pulau Pecong, nelayan ikan dingkis di Pulau Kasu dan Pulau Pemping juga menghasilkan hal serupa.
Menurut Yudi, setiap perayaan Imlek perairan di Pulau Belakangpadang merupakan salah satu sentra terbaik penghasil ikan dingkis.
"Hampir semua orang memasang kelong di tiga pulau tadi. Ini bisa dibilang rezeki tahunan bagi warga, bisa dibilang tradisi panen ikan dingkis," kata dia.
Setiap nelayan bisa menjual ikan dingkis dengan harga Rp300 ribu hingga Rp400 ribu per kg saat menjelang tahun baru China.
Nelayan ikan dingkis di Pulau Pecong, Toyib menyebutkan ikan dingkis di perairan Belakangpadang hanya bertelur setahun sekali saat menjelang perayaan Imlek, sehingga pada momen itu ikan tersebut memiliki harga jual yang cukup tinggi dari biasanya.
"Saat ini harganya sudah mencapai hingga Rp300 ribu per kilogram. Saya pernah meraup hingga Rp38 juta menjelang momen Imlek untuk ikan dingkis saja. Sedangkan di hari biasa rata-rata Rp25 ribu sampai Rp45 ribu per kilogram," ujar Toyib.
Ia mengatakan dalam sehari, kelong miliknya bisa menghasilkan 5 kg ikan dingkis yang kemudian dibeli oleh pengepul untuk dijual kembali ke daerah-daerah di Kota Batam bahkan ke Singapura.
"Kalau hari biasa tidak banyak yang cari ikan ini, jadi harganya beda jauh dibandingkan saat momen Imlek seperti sekarang," kata dia.