Sigi, Sulawesi Tengah (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Sulawesi Tengah (Sulteng) memetakan pengembangan situs megalit sebagai potensi cagar budaya dalam upaya meningkatkan kunjungan wisata budaya di wilayah itu.
 
"Riset terkait pencanangan Sulawesi Tengah menjadi seribu megalit melibatkan Tim Ahli Cagar Budaya (TACB), akademisi Universitas Islam Negeri Datokarama Palu dan Universitas Muhammadiyah," kata Kepala Bidang (Kabid) Riset, Inovasi, dan Teknologi Daerah Hasim R di Palu, Sabtu.
 
Dia mengemukakan sudah beberapa kali dilakukan penelitian yakni Nicolaus Adriani dan Albertus Cristiaan Kruyt pada tahun 1898 silam untuk mencari tahu situs-situs cagar budaya berupa megalit di Sulawesi Tengah.
 
Menurut Hasim dengan adanya pengembangan situs budaya megalit dapat meningkatkan potensi pariwisata masuk ke Sulawesi Tengah baik dari kunjungan lokal maupun nasional hingga internasional.
 
"Megalit merupakan budaya yang umumnya diwujudkan dalam bentuk megalit yang pembuatannya dimaksudkan sebagai lambang atau sarana pemujaan terhadap nenek moyang pada zaman dahulu," ucapnya.
 
Sementara Peneliti riset megalit Haliadi Sadi menuturkan bahwa cagar budaya adalah warisan yang bersifat kebendaan yakni benda, bangunan, struktur, situs dan kawasan cagar budaya didarat maupun diair yang perlu di lestarikan keberadaannya.
 
"Pentingnya menjaga dan melestarikan cagar budaya sebagai nilai penting sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama dan kebudayaan melalui proses penetapan ini, karena semua ini berdasarkan Undang-undang Cagar Budaya nomor 11 tahun 2010," kata Haliadi menjelaskan.
 
Hasil riset sebelumnya empat lembah di Sulawesi Tengah yang terdapat situs megalit yakni Lembah Behoa, Lembah Bada, Lembah Napu dan Lembah Palu serta Lindu.
 
"Dari empat lembah di Sulteng hanya situs Pokekea sudah ditetapkan sebagai cagar budaya Nasional dan untuk di Lembah Behoa ditemukan 31 pemukiman megalit serta tujuh pemukiman kuna dengan luasan itu mencapai 350 hektare," ujarnya.
 
Oleh karena itu, Haliadi menegaskan sejarah Sulawesi Tengah merupakan sejarah kontinuitas sejak dua abad sebelum masehi hingga sekarang.
 
"Situs megalit di Sulawesi Tengah yang sudah ditemukan yakni situs Tadulako, Pada Hadoa, Ntowera, Pokekea, Wineki, Halu Tawe dan Pada Lalu, kemudian untuk situs Pokekea berfungsi untuk situs pemukiman, penguburan dan pemujaan," tuturnya.
 
Berdasarkan data Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Sulteng, kunjungan ke Sulawesi Tengah pada tahun 2023 mencapai 8 ribu lebih wisatawan mancanegara dan 5 juta lebih wisatawan Nusantara.
 


 

Pewarta : Moh Salam
Editor : Andilala
Copyright © ANTARA 2024