Jakarta (ANTARA) - Asosiasi Konsumen Vape Indonesia (Akvindo) mengklaim produk tembakau alternatif tidak diperuntukkan bagi seseorang yang ingin mulai merokok melainkan dapat membantu perokok dewasa beralih dari kebiasaan merokok.
"Produk tembakau alternatif menerapkan pendekatan untuk mengurangi risiko kesehatan akibat konsumsi tembakau," kata Ketua Akvindo, Paido Siahaan, dalam keterangan di Jakarta, Senin.
Paido memandang potensi itu dapat dimanfaatkan oleh pemerintah dalam menekan angka prevalensi merokok di Indonesia.
Dia berharap pemerintah tak hanya memberikan edukasi komprehensif ke masyarakat, tetapi juga mendukung agar produk tembakau alternatif dapat diakses oleh perokok dewasa secara aman dan bertanggung jawab.
Ia menjelaskan. riset Queen Mary University of London menunjukkan produk tembakau alternatif, seperti rokok elektronik atau vape dan produk tembakau yang dipanaskan bukan pintu masuk untuk memulai kebiasaan merokok.
Hal itu merujuk kepada riset bertajuk effects of reduced-risk nicotine-delivery products on smoking prevalence and cigarette sales: an observational study yang terbit pada September 2023.
Para peneliti juga mencatat tidak ada tanda-tanda bahwa pemanfaatan produk tembakau alternatif mendorong perilaku merokok.
"Riset itu mengurangi kekhawatiran bahwa akses terhadap produk tembakau alternatif mendorong perilaku merokok. Tidak ada tanda-tandanya," katanya mengutip pernyataan Direktur Unit Penelitian Kesehatan dan Gaya Hidup Queen Mary University of London, Peter Hajek.
Peter mengatakan produk tembakau alternatif tidak memulai kebiasaan merokok. Menurutnya, tingkat perokok malah turun signifikan dan lebih cepat.
Riset yang dipublikasikan di jurnal Public Health Research tersebut membandingkan tingkat merokok dan penggunaan produk tembakau alternatif antara tahun 2004 dan 2019 di negara-negara termasuk Inggris, Amerika Serikat, dan Australia.
Tingkat merokok turun lebih cepat di Inggris dan Amerika Serikat berkat pemanfaatan produk tembakau alternatif dibandingkan di Australia, di mana produk tersebut dikontrol dengan ketat.
Direktur Kelompok Penelitian Tembakau dan Alkohol University College London, Lion Shahab, mengatakan analisis komprehensif dalam riset tersebut memberikan jaminan bahwa negara-negara yang telah mengadopsi sikap lebih progresif pada produk tembakau alternatif tidak melihat dampak buruk terhadap tingkat merokok.
"Produk tembakau alternatif merupakan salah satu opsi untuk beralih dari kebiasaan merokok. Maka, penting untuk mengoptimalkan inovasi teknologi yang diterapkan pada produk ini untuk menekan angka merokok," kata Lion.
"Produk tembakau alternatif menerapkan pendekatan untuk mengurangi risiko kesehatan akibat konsumsi tembakau," kata Ketua Akvindo, Paido Siahaan, dalam keterangan di Jakarta, Senin.
Paido memandang potensi itu dapat dimanfaatkan oleh pemerintah dalam menekan angka prevalensi merokok di Indonesia.
Dia berharap pemerintah tak hanya memberikan edukasi komprehensif ke masyarakat, tetapi juga mendukung agar produk tembakau alternatif dapat diakses oleh perokok dewasa secara aman dan bertanggung jawab.
Ia menjelaskan. riset Queen Mary University of London menunjukkan produk tembakau alternatif, seperti rokok elektronik atau vape dan produk tembakau yang dipanaskan bukan pintu masuk untuk memulai kebiasaan merokok.
Hal itu merujuk kepada riset bertajuk effects of reduced-risk nicotine-delivery products on smoking prevalence and cigarette sales: an observational study yang terbit pada September 2023.
Para peneliti juga mencatat tidak ada tanda-tanda bahwa pemanfaatan produk tembakau alternatif mendorong perilaku merokok.
"Riset itu mengurangi kekhawatiran bahwa akses terhadap produk tembakau alternatif mendorong perilaku merokok. Tidak ada tanda-tandanya," katanya mengutip pernyataan Direktur Unit Penelitian Kesehatan dan Gaya Hidup Queen Mary University of London, Peter Hajek.
Peter mengatakan produk tembakau alternatif tidak memulai kebiasaan merokok. Menurutnya, tingkat perokok malah turun signifikan dan lebih cepat.
Riset yang dipublikasikan di jurnal Public Health Research tersebut membandingkan tingkat merokok dan penggunaan produk tembakau alternatif antara tahun 2004 dan 2019 di negara-negara termasuk Inggris, Amerika Serikat, dan Australia.
Tingkat merokok turun lebih cepat di Inggris dan Amerika Serikat berkat pemanfaatan produk tembakau alternatif dibandingkan di Australia, di mana produk tersebut dikontrol dengan ketat.
Direktur Kelompok Penelitian Tembakau dan Alkohol University College London, Lion Shahab, mengatakan analisis komprehensif dalam riset tersebut memberikan jaminan bahwa negara-negara yang telah mengadopsi sikap lebih progresif pada produk tembakau alternatif tidak melihat dampak buruk terhadap tingkat merokok.
"Produk tembakau alternatif merupakan salah satu opsi untuk beralih dari kebiasaan merokok. Maka, penting untuk mengoptimalkan inovasi teknologi yang diterapkan pada produk ini untuk menekan angka merokok," kata Lion.