Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis penyakit dalam dari Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc, Sp.PD mengatakan seseorang dengan komorbid seperti diabetes masuk dalam kategori prioritas untuk divaksin influenza demi mencegah komplikasi.
"Tak hanya itu, penderita atau pasien penyakit kardiovaskular seperti jantung kemudian penyakit ginjal, juta perlu," katanya dalam acara yang digelar PT Bio Farma (Persero) di Jakarta, Rabu.
Ia menjelaskan, pihaknya sering melihat ada pernyataan penderita diabetes dengan gula 300 mg/dL, tidak boleh divaksin.
"Itu salah. Justru karena gulanya 300 mg/dL, dia harus vaksin karena dia lebih berisiko untuk kena komplikasi," ujarnya.
Menurut Dirga, tentu ada syarat dan kondisi yang mesti dicapai supaya seseorang dengan kondisi diabetes layak untuk divaksinasi dan perlu segara dikejar agar mereka segera mendapatkan vaksin.
Influenza yang berbeda dengan selesma atau batuk dan pilek biasa, disebabkan oleh infeksi virus influenza dan dapat menyebabkan komplikasi serius seperti pneumonia atau infeksi paru.
Khususnya pada pasien diabetes, tegasnya, penyakit ini bisa meningkatkan hingga enam kali lipat rawat inap dan tiga kali lipat risiko mortalitas.
"Tidak ada orang meninggal karena "common cold" (selesma), tapi meninggal karena influenza banyak," ujar Dirga.
Data di Amerika Serikat sebelum pandemi COVID-19 menunjukkan influenza menyebabkan 50.000 kematian.
Sementara di Indonesia, menurut Dirga, kendati belum ada angka yang pasti, namun dia menegaskan penyakit ini bisa menyebabkan kematian.
Kemudian, dalam kaitannya dengan dunia kerja, influenza dapat mengganggu produktivitas kerja dan menyebabkan 10 persen dari absen di seluruh dunia.
Suatu studi menunjukkan hari kerja yang hilang akibat seorang karyawan terkena flu bisa sekitar tiga hari.
Merujuk data, biaya pengobatan flu satu orang setara dengan vaksinasi flu sebanyak empat orang, sementara total biaya pengobatan flu selama satu tahun setara dengan vaksinasi flu untuk 2.006 orang
Oleh karena itu, menurut Dirga, vaksinasi influenza seharusnya sudah menjadi suatu program vaksinasi yang rutin sekali setahun di tempat bekerja, selain pemeriksaan kesehatan menyeluruh (medical check up).
"Vaksin influenza sudah lama direkomendasikan PAPDI. Pemberian satu kali setahun untuk semua orang dewasa tanpa terkecuali," demikian kata Dirga.
Sementara itu, khusus di Jakarta, data dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta menunjukkan influenza atau flu merupakan salah satu dari penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang umum selain pilek, pneumonia dan bronkitis.
Kasus ISPA biasanya meningkat di awal tahun kemudian menurun.
Dinkes mengimbau masyarakat di wilayah DKI Jakarta yang merasakan gangguan pernapasan seperti sesak napas, batuk, pilek dan gangguan lainnya untuk mengakses layanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit umum daerah (RSUD).
"Tak hanya itu, penderita atau pasien penyakit kardiovaskular seperti jantung kemudian penyakit ginjal, juta perlu," katanya dalam acara yang digelar PT Bio Farma (Persero) di Jakarta, Rabu.
Ia menjelaskan, pihaknya sering melihat ada pernyataan penderita diabetes dengan gula 300 mg/dL, tidak boleh divaksin.
"Itu salah. Justru karena gulanya 300 mg/dL, dia harus vaksin karena dia lebih berisiko untuk kena komplikasi," ujarnya.
Menurut Dirga, tentu ada syarat dan kondisi yang mesti dicapai supaya seseorang dengan kondisi diabetes layak untuk divaksinasi dan perlu segara dikejar agar mereka segera mendapatkan vaksin.
Influenza yang berbeda dengan selesma atau batuk dan pilek biasa, disebabkan oleh infeksi virus influenza dan dapat menyebabkan komplikasi serius seperti pneumonia atau infeksi paru.
Khususnya pada pasien diabetes, tegasnya, penyakit ini bisa meningkatkan hingga enam kali lipat rawat inap dan tiga kali lipat risiko mortalitas.
"Tidak ada orang meninggal karena "common cold" (selesma), tapi meninggal karena influenza banyak," ujar Dirga.
Data di Amerika Serikat sebelum pandemi COVID-19 menunjukkan influenza menyebabkan 50.000 kematian.
Sementara di Indonesia, menurut Dirga, kendati belum ada angka yang pasti, namun dia menegaskan penyakit ini bisa menyebabkan kematian.
Kemudian, dalam kaitannya dengan dunia kerja, influenza dapat mengganggu produktivitas kerja dan menyebabkan 10 persen dari absen di seluruh dunia.
Suatu studi menunjukkan hari kerja yang hilang akibat seorang karyawan terkena flu bisa sekitar tiga hari.
Merujuk data, biaya pengobatan flu satu orang setara dengan vaksinasi flu sebanyak empat orang, sementara total biaya pengobatan flu selama satu tahun setara dengan vaksinasi flu untuk 2.006 orang
Oleh karena itu, menurut Dirga, vaksinasi influenza seharusnya sudah menjadi suatu program vaksinasi yang rutin sekali setahun di tempat bekerja, selain pemeriksaan kesehatan menyeluruh (medical check up).
"Vaksin influenza sudah lama direkomendasikan PAPDI. Pemberian satu kali setahun untuk semua orang dewasa tanpa terkecuali," demikian kata Dirga.
Sementara itu, khusus di Jakarta, data dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta menunjukkan influenza atau flu merupakan salah satu dari penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang umum selain pilek, pneumonia dan bronkitis.
Kasus ISPA biasanya meningkat di awal tahun kemudian menurun.
Dinkes mengimbau masyarakat di wilayah DKI Jakarta yang merasakan gangguan pernapasan seperti sesak napas, batuk, pilek dan gangguan lainnya untuk mengakses layanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit umum daerah (RSUD).