Jakarta (ANTARA) - Tak berlebihan jika kata Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia Raja Sapta Oktohari berbesar hati terhadap apa yang dicapai atlet-atlet bulu tangkis Indonesia dalam All England yang berakhir pekan lalu.

Dua gelar juara direbut dari salah satu dari segelintir turnamen elite super-1000 itu sungguh pembesar hati menjelang pergi ke Paris empat bulan nanti.

Bahkan tunggal putra berhasil menautkan lagi rantai emas yang sudah terputus selama 30 tahun dalam turnamen bulutangkis yang sangat prestisius itu.

Jonatan Christie dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto bukan saja menorehkan sejarah dan menguatkan supremasi bulu tangkis nasional, tapi juga meninggikan asa emas Indonesia dalam Olimpiade Paris 2024.

Keberhasilan empat atlet bulu tangkis mencapai babak puncak salah satu dari dia turnamen super-1000 yang diadakan sebelum Olimpiade Paris digelar, sungguh membesarkan kepercayaan diri Indonesia dalam menatap Olimpiade.

Pertama, keberhasilan itu ditempuh dengan penampilan yang semakin kuat dan matang para pebulu tangkis Indonesia.

Bahkan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto menampilkan permainan yang memesankan betapa kuatnya mental mereka, terutama dalam semifinal kala melawan pasangan Jepang, Yugo Kobayashi/Takuro Hoki.

Ganda putra ini sempat tertinggal jauh 3-12, tetapi bisa balik memenangkan gim yang di atas kertas seharusnya direlakan lepas saja oleh mereka. Tapi mereka tak mau menyerah. Kekuatan mental mereka mengalahkan matematika pertandingan.

Ketika bertanding lagi dalam final melawan Aaron Chia/Soh Wooi Yik, Fajar/Rian sudah satu langkah di depan lawannya, karena memiliki mental dan kepercayaan yang lebih besar sehingga lawan tak berkutik untuk menyerah dua gim langsung.

Jonatan dan juga Anthony Ginting yang peraih medali perunggu Olimpiade 2020 pun begitu.

Mereka bertambah sabar dan taktis dalam bermain, yang menyempurnakan keterampilan teknis sehingga lawan sulit menumbangkan mereka.

Semoga berlanjut

Semoga, kekuatan mental dan konsistensi bulu tangkis Indonesia berlanjut sampai Olimpiade Paris yang digelar dari 26 Juli sampai 11 Agustus tahun ini.

Masih ada beberapa turnamen sebelum peringkat akhir dalam "Race to Paris" dipublikasikan oleh badan bulu tangkis dunia BWF pada 30 April 2024.

Daftar peringkat "Race to Paris" digunakan untuk mengalokasikan kuota atlet bulu tangkis dalam Olimpiade Paris, yang didasarkan kepada prestasi yang dicapai para atlet dalam berbagai turnamen dalam kurun 1 Mei 2023 sampai 28 April 2024.

Untuk Olimpiade Paris ini masing-masing ada kuota 83 untuk putra dan putri. Jumlah ini masih ditambah 2 kuota tambahan untuk tuan rumah dan 4 kuota universalitas.

Dari kuota itu nanti, 38 atlet tunggal putra dan 38 atlet tunggal putri akan bertanding dalam Olimpiade Paris, sedangkan pada tiga sektor ganda, masing-masing akan diikuti 32 pasangan.

Setiap NOC atau negara, diberi jatah maksimum 8 atlet putra dan 8 atlet putri. Tapi jarang sekali negara bisa mengirimkan 8 atlet putra dan atlet putri, terutama karena prinsip representasi nasional walau peringkat bisa jauh di bawah negara-negara yang memiliki pemain yang berperingkat tinggi.

Bagi Indonesia sendiri, pengalaman Olimpiade Tokyo 2020 menunjukkan Merah Putih hanya bisa mengikutkan sebelas atlet bulu tangkis, yang terdiri tujuh atlet putra dan empat atlet putri.

Ketujuh atlet putra itu terdiri dari dua pemain tunggal putra, empat atlet ganda putra, dan satu pemain ganda campuran. Sedangkan empat wakil putri, bertarung untuk satu tunggal putri, dua pada ganda putri, dan satu ganda campuran.

Sepertinya untuk tahun ini pun begitu. Jika skenario ini terjadi lagi, maka Indonesia akan kembali menurunkan dua tunggal putra, dua ganda putra, dan masing-masing satu tunggal putri, ganda putri dan ganda campuran.

Jika melihat peringkat sementara "Race to Paris" sampai setelah turnamen All England dan Orleans Masters usai, beberapa pebulu tangkis Indonesia hampir pasti mengikuti Olimpiade.

Butuh upaya keras

Dari tunggal putra, ada Anthony Ginting dan Jonatan Christie, sedangkan Gregoria Mariska Tunjung kemungkinan besar mengambil jatah tunggal putri.

Sementara pada ganda putra, meskipun ada empat pasangan yang masuk 16 besar peringkat "Race to Paris", Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardainto (8) sudah hampir pasti mewakili Indonesia. Satu jatah lagi diperebutkan oleh Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana (10) dan Leo Rolly Carnado/Daniel Martin yang berperingkat 12, sedangkan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan masih berada pada peringkat 16.

Tempat ganda putri kemungkinan besar diisi Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti, namun kuota ganda campuran masih harus diperjuangkan lagi oleh Rinov Rivaldy/Phita Haningyas Mentari, yang pekan ini bertanding lagi dalam Swiss Open.

Sementara itu, berdasarkan peringkat sementara "Race to Paris" yang sama, China kemungkinan menempatkan masing-masing dua wakil dalam semua dari lima nomor bulu tangkis.

Itu artinya mereka kemungkinan bisa menempatkan dua pemain masing-masing dalam tunggal putra dan putri, dan dua pasangan pada semua nomor ganda. Ini terjadi karena pemain-pemain China rata-rata berperingkat tinggi, bahkan dua ganda putri dan dua ganda campuran negara ini masuk tiga besar dalam daftar peringkat BWF

Apa yang dicapai China bisa menjadi bahan pelajaran Indonesia bahwa kuat dalam semua nomor, membuat kemungkinan memperoleh medali menjadi lebih besar lagi. Ini terutama untuk sektor putri.

Untuk itu haru ada upaya lebih dalam meningkatkan kekuatan dan kualitas bulu tangkis putri. Juga, pada ganda campuran.

Memang tak cukup waktu untuk mengejar kuota Olimpiade 2024, tapi ini bisa menjadi pemikiran besar untuk mempersiapkan diri menghadapi Olimpiade setelah Paris 2024.

Tapi tentu saja tidak hanya demi Olimpiade, karena turnamen-turnamen lain sama pentingnya dengan Olimpiade. Yang pasti menjadi kuat dalam semua sektor jauh lebih bagus dan lebih menguntungkan posisi Indonesia.

Namun begitu, butuh upaya luar biasa keras dari semua pemangku kepentingan. Mungkin memakan waktu agak lama, tapi yang penting dimulai dari sekarang.

 


 

Pewarta : Jafar M Sidik
Editor : Andilala
Copyright © ANTARA 2024