Palu (ANTARA) -
Pemerintah Kabupaten Banggai Kepulauan (Pemkab Bangkep), Sulawesi Tengah menargetkan kemiskinan di daerah itu tersisa 11,15 persen pada akhir tahun 2024.

Penjabat (Pj) Bupati Banggai Kepulauan Ihsan Basir dihubungi dari Palu Jumat mengemukakan, intervensi penurunan kemiskinan menjadi satu prioritas yang dilakukan dengan berbagai program guna mencapai target tersebut.

"Kemiskinan masih menjadi masalah serius yang terus diintervensi dengan berbagai pendekatan program, salah satunya melalui pemberdayaan masyarakat di berbagai sektor," kata dia.
 
Berdasarkan data Pemkab setempat angka kemiskinan Banggai Kepulauan pada tahun 2021 sebesar 13,72 persen, kondisi ini diintervensi dengan berbagai program, sehingga pada tahun 2022 kemiskinan menurun menjadi 13,44 persen.
Intervensi yang dilakukan mulai dari pemberdayaan ekonomi masyarakat, pembukaan lapangan kerja baru, penyediaan infrastruktur dan sarana prasarana yang memadai, penyediaan hunian masyarakat miskin dan rentan miskin. Sehingga pada tahun 2023 berdasarkan data pemerintah bahwa kemiskinan di Banggai Kepulauan tersisa 11,99 persen.
 
"Menurunnya angka kemiskinan ini tentu menjadi satu indikator keberhasilan program pemerintah dalam mengintervensi kemiskinan itu sendiri. Hal ini harus menjadi motivasi dan semangat bagi Pemerintah Kabupaten Banggai Kepulauan untuk terus berinovasi dalam menggencarkan intervensi kemiskinan daerah," ungkapnya.
 
Tahun 2021 penduduk miskin Banggai Kepulauan berjumlah 16.330 Kepala Keluarga (KK), kemudian turun menjadi 16.070 KK pada tahun 2022, dan pada tahun 2023 tersisa 15.500 KK.
 
Kondisi ini juga berdampak pada meningkatnya indeks pembangunan manusia (IPM) kabupaten tersebut, data pemerintah setempat menyebut tahun 2021 IPM Banggai Kepulauan 65,61, tahun 2022 IPM 66,08, dan tahun 2023 IPM 66,82.
 
"Untuk tingkat Provinsi Sulawesi Tengah, IPM Banggai kepulauan menempati kategori sedang," ungkap Ihsan.
 
Pemkab Banggai Kepulauan juga menyebut bahwa menurunnya kemiskinan daerah berdampak langsung terhadap penurunan prevalensi stunting atau tengkes, di mana pada tahun 2022 terdapat 1.452 jiwa atau sekitar 19,7 persen anak mengalami stunting.
 
Kondisi ini terus diintervensi hingga 15,28 persen atau 967 jiwa pada tahun 2023. Sekitar 485 anak berhasil terlepas dari stunting, capaian ini berkat dukungan semua pihak," kata dia.

Pewarta : Mohamad Ridwan
Editor : Andriy Karantiti
Copyright © ANTARA 2024