Kendari (ANTARA) - Objek wisata di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) yang menjadi primadona wisatawan adalah Padang Pajongan, yang terletak di Desa Waemputang, Kecamatan Poleang Selatan, Kabupaten Bombana.
Padang Pajongan itu memikat mata para wisatawan dengan menyajikan pemandangan sabana yang dihiasi gundukan-gundukan menyerupai bukit teletubies. Panorama alam itu menyajikan keindahan sekaligus ketenangan.
Padang yang berjarak sekitar satu kilometer dari permukiman warga itu berada di tengah-tengah sabana, dengan luas sekitar 60 ribu hektare. Lokasi itu juga dihiasi dengan pergunungan dan danau. Di padang tersebut juga terdapat ratusan ekor hewan ternak masyarakat sekitar, mulai dari sapi, kerbau, dan kuda.
Tak perlu takut ketika berkunjung di sabana luas di Kabupaten Bombana itu, sebab, sesekali ada warga yang menggunakan motor untuk memantau hewan ternak mereka yang sedang asyik bermain di hamparan rumput hijau khas Padang Pajongan.
Selain hamparan sabana yang indah, Padang Pajongan juga menjadi tempat favorit bagi para pemuda yang suka camping. Di tempat itu terdapat banyak tempat untuk mereka yang hendak bermalam dengan membangun tenda dan menikmati keindahan ribuan bintang di malam yang cerah.
Kepala Desa Waemputtang Rahman, saat ditemui ANTARA mengatakan nama Pajongan sendiri berasal dari kata "jonga", hewan yang dulu sering ditemukan di tempat tersebut. Jonga, dalam bahasa Indonesia biasa kita kenal dengan rusa.
Padang Pajongan ini merupakan salah satu tempat populer di Sultra, khususnya di Kabupaten Bombana, karena tempat ini tidak pernah sepi didatangi pengunjung, baik di hari-hari biasa maupun pada hari libur yang pengunjungnya lebih ramai.
Kawasan tersebut telah menjadi salah satu tempat favorit wisatawan untuk berlibur, baik itu warga lokal Kabupaten Bombana maupun wisatawan dari berbagai daerah lain.
Selain sabana, Padang Pajongan juga memberikan kesan yang menyejukkan dengan adanya danau, yakni "Danau Tedong" atau "Danau Kerbau", dengan panjang sekitar 130 meter, lebar 60 meter, dan kedalaman 2 meter.
Danau tersebut, awalnya tidak terlalu dikenal atau diketahui oleh warga Kabupaten Bombana, terlebih oleh warga Kecamatan Poleang Selatan. Hal itu karena letak danau tersebut agak menyuruk dan tidak ada tanda petunjuk. Danau Tedong di Padang Pajongan itu dengan latar belakang hamparan sabana dan perbukitan.
Danau Tedong itu baru mulai dikenal oleh masyarakat pada 2022. Pengunjung yang datang lebih dulu, mengunggah foto dan videonya di media sosial, sehingga banyak orang yang penasaran untuk datang ke danau tersebut.
Puluhan tedong yang tengah berenang di tengah danau di Padang Pajongan, Bombana. (Antara/Andika)
Di tempat itu, salah satu yang disukai para wisatawan bisa menikmati keindahan Matahari terbenam maupun terbit. Pengunjung biasanya mengabadikan momen tersebut dalam jepretan kamera untuk diunggah di media sosial.
Banyak juga wisatawan yang menginap atau ber-camping di Padang Pajongan untuk menyaksikan sunrise dan sunset. Mereka biasanya datang bersama teman-teman maupun keluarga.
Untuk masuk ke Padang Pajongan sangat mudah, karena letaknya berada di jalan poros utama jalur provinsi yang menghubungkan Kabupaten Bombana dengan Kabupaten Kolaka, dan Kabupaten Konawe Selatan.
Salah seorang wisatawan asal Kabupaten Konawe, Umar, mengaku pertama kali melihat hamparan padang sabana itu melalui media sosial. Karena rasa penasarannya akan keindahan padang tersebut, dia memutuskan untuk langsung mendatangi Padang Pajongan bersama rekan-rekannya.
Selain itu, menikmati malam dengan berkemah di pinggir danau ditemani cahaya dari api unggun dan secangkir kopi pahit adalah sebuah kemewahan bagi para pecinta ketenangan. Pada esok paginya, pengunjung bisa menikmati cahaya matahari dari balik perbukitan.
Jika kalian ingin datang dan melihat keindahan Padang Pajongan, disarankan untuk pergi di sore ataupun pagi hari, sehingga bisa menikmati suasana sejuk. Jika datang pada siang hari terasa sangat panas oleh terpaan sinar Matahari.
Keberadaan Padang Pajongan sebagai objek wisata sangat memberi manfaat bagi warga lokal di Kecamatan Poleang Selatan untuk mengais rezeki, sehingga berdampak pada peningkatan perekonomian masyarakat. Mereka mengambil peluang tersebut dengan mendirikan tenda jualan untuk melayani kebutuhan wisatawan.
Sementara itu, Kepala Desa Waemputang Rahman mengatakan padang sabana itu juga membantu perekonomian masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Di kala ramai pengunjung pada hari libur, masyarakat mulai menjajakan dagangan berbagai kebutuhan para pengunjung di objek wisata tersebut.
"Sabtu dan Minggu atau hari libur lainnya, masyarakat berjualan di di padang sabana," ucapnya.
Diketahui, untuk menuju ke Padang Pajongan itu, para wisatawan bisa menggunakan kendaraan roda dua ataupun roda empat dari Ibu Kota Sulawesi Tenggara, yakni Kota Kendari. Untuk sampai ke padang terluas di Bumi Anoa itu, para wisatawan harus menempuh perjalanan yang cukup jauh sekitar 212 kilometer dari Kota Kendari, dengan waktu tempuh sekitar 4 jam 30 menit.
Namun, jarak yang cukup jauh tersebut dipastikan akan terbayar dengan keindahan yang disajikan oleh Padang Pajongan dengan berbagai macam keindahannya. Para wisatawan biasanya akan langsung mendirikan tenda di spot terbaik di tepi danau dan langsung menyiapkan kamera untuk mengabadikan indahnya matahari terbenam di padang tersebut.
Padang Pajongan itu memikat mata para wisatawan dengan menyajikan pemandangan sabana yang dihiasi gundukan-gundukan menyerupai bukit teletubies. Panorama alam itu menyajikan keindahan sekaligus ketenangan.
Padang yang berjarak sekitar satu kilometer dari permukiman warga itu berada di tengah-tengah sabana, dengan luas sekitar 60 ribu hektare. Lokasi itu juga dihiasi dengan pergunungan dan danau. Di padang tersebut juga terdapat ratusan ekor hewan ternak masyarakat sekitar, mulai dari sapi, kerbau, dan kuda.
Tak perlu takut ketika berkunjung di sabana luas di Kabupaten Bombana itu, sebab, sesekali ada warga yang menggunakan motor untuk memantau hewan ternak mereka yang sedang asyik bermain di hamparan rumput hijau khas Padang Pajongan.
Selain hamparan sabana yang indah, Padang Pajongan juga menjadi tempat favorit bagi para pemuda yang suka camping. Di tempat itu terdapat banyak tempat untuk mereka yang hendak bermalam dengan membangun tenda dan menikmati keindahan ribuan bintang di malam yang cerah.
Kepala Desa Waemputtang Rahman, saat ditemui ANTARA mengatakan nama Pajongan sendiri berasal dari kata "jonga", hewan yang dulu sering ditemukan di tempat tersebut. Jonga, dalam bahasa Indonesia biasa kita kenal dengan rusa.
Padang Pajongan ini merupakan salah satu tempat populer di Sultra, khususnya di Kabupaten Bombana, karena tempat ini tidak pernah sepi didatangi pengunjung, baik di hari-hari biasa maupun pada hari libur yang pengunjungnya lebih ramai.
Kawasan tersebut telah menjadi salah satu tempat favorit wisatawan untuk berlibur, baik itu warga lokal Kabupaten Bombana maupun wisatawan dari berbagai daerah lain.
Selain sabana, Padang Pajongan juga memberikan kesan yang menyejukkan dengan adanya danau, yakni "Danau Tedong" atau "Danau Kerbau", dengan panjang sekitar 130 meter, lebar 60 meter, dan kedalaman 2 meter.
Danau tersebut, awalnya tidak terlalu dikenal atau diketahui oleh warga Kabupaten Bombana, terlebih oleh warga Kecamatan Poleang Selatan. Hal itu karena letak danau tersebut agak menyuruk dan tidak ada tanda petunjuk. Danau Tedong di Padang Pajongan itu dengan latar belakang hamparan sabana dan perbukitan.
Danau Tedong itu baru mulai dikenal oleh masyarakat pada 2022. Pengunjung yang datang lebih dulu, mengunggah foto dan videonya di media sosial, sehingga banyak orang yang penasaran untuk datang ke danau tersebut.
Di tempat itu, salah satu yang disukai para wisatawan bisa menikmati keindahan Matahari terbenam maupun terbit. Pengunjung biasanya mengabadikan momen tersebut dalam jepretan kamera untuk diunggah di media sosial.
Banyak juga wisatawan yang menginap atau ber-camping di Padang Pajongan untuk menyaksikan sunrise dan sunset. Mereka biasanya datang bersama teman-teman maupun keluarga.
Untuk masuk ke Padang Pajongan sangat mudah, karena letaknya berada di jalan poros utama jalur provinsi yang menghubungkan Kabupaten Bombana dengan Kabupaten Kolaka, dan Kabupaten Konawe Selatan.
Salah seorang wisatawan asal Kabupaten Konawe, Umar, mengaku pertama kali melihat hamparan padang sabana itu melalui media sosial. Karena rasa penasarannya akan keindahan padang tersebut, dia memutuskan untuk langsung mendatangi Padang Pajongan bersama rekan-rekannya.
Selain itu, menikmati malam dengan berkemah di pinggir danau ditemani cahaya dari api unggun dan secangkir kopi pahit adalah sebuah kemewahan bagi para pecinta ketenangan. Pada esok paginya, pengunjung bisa menikmati cahaya matahari dari balik perbukitan.
Jika kalian ingin datang dan melihat keindahan Padang Pajongan, disarankan untuk pergi di sore ataupun pagi hari, sehingga bisa menikmati suasana sejuk. Jika datang pada siang hari terasa sangat panas oleh terpaan sinar Matahari.
Keberadaan Padang Pajongan sebagai objek wisata sangat memberi manfaat bagi warga lokal di Kecamatan Poleang Selatan untuk mengais rezeki, sehingga berdampak pada peningkatan perekonomian masyarakat. Mereka mengambil peluang tersebut dengan mendirikan tenda jualan untuk melayani kebutuhan wisatawan.
Sementara itu, Kepala Desa Waemputang Rahman mengatakan padang sabana itu juga membantu perekonomian masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Di kala ramai pengunjung pada hari libur, masyarakat mulai menjajakan dagangan berbagai kebutuhan para pengunjung di objek wisata tersebut.
"Sabtu dan Minggu atau hari libur lainnya, masyarakat berjualan di di padang sabana," ucapnya.
Diketahui, untuk menuju ke Padang Pajongan itu, para wisatawan bisa menggunakan kendaraan roda dua ataupun roda empat dari Ibu Kota Sulawesi Tenggara, yakni Kota Kendari. Untuk sampai ke padang terluas di Bumi Anoa itu, para wisatawan harus menempuh perjalanan yang cukup jauh sekitar 212 kilometer dari Kota Kendari, dengan waktu tempuh sekitar 4 jam 30 menit.
Namun, jarak yang cukup jauh tersebut dipastikan akan terbayar dengan keindahan yang disajikan oleh Padang Pajongan dengan berbagai macam keindahannya. Para wisatawan biasanya akan langsung mendirikan tenda di spot terbaik di tepi danau dan langsung menyiapkan kamera untuk mengabadikan indahnya matahari terbenam di padang tersebut.