Jakarta (ANTARA) - Analis politik sekaligus Direktur Eksekutif Skala Data Indonesia (SDI) Arif Nurul Imam menilai Ridwan Kamil berpeluang besar menang pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak di Provinsi Jawa Barat (Jabar).
"Sebagai mantan Gubernur Jawa Barat, elektabilitasnya sudah teruji. Apalagi banyak program dan terobosan, yang dirasakan masyarakat saat dia menjabat," katanya dihubungi di Jakarta, Senin.
Menurut dia, meskipun sudah tidak menjabat lagi, tetapi masyarakat Jabar masih mengingat nama Ridwan Kamil (RK). Walaupun di waktu bersamaan RK yang juga kader Golkar, juga didorong maju di Pilkada Jakarta.
"Kalau potensi kemenangan, lebih besar di Jawa Barat, tetapi dilihat dari posisi strategis politik, Jakarta lebih menguntungkan untuk tokoh dan partai politik," ungkapnya.
Menurut dia, Ridwan Juga memiliki potensi elektoral besar di Jakarta, karena provinsi itu merupakan etalase politik nasional.
"Pilkada Jakarta, sama dengan pemilihan presiden (pilpres) mini di Indonesia," ujarnya.
Kata dia, siapapun tokoh politik yang terpilih di Jakarta, tentunya memiliki nilai tawar politik untuk Pilpres selanjutnya, sehingga saat ini Golkar masih mempertimbangkan untuk menempatkan Ridwan Kamil di Jawa Barat atau di Jakarta.
"Kalau pun nantinya hasil survei Ridwan Kamil di Jakarta bagus, kemungkinan itu menjadi pilihan Golkar," katanya.
Terkait siapa yang nantinya berpasangan dengan RK, Arif menyebutkan nama Dedi Mulyadi. Dedi merupakan mantan politikus Golkar yang saat ini berlabuh di Partai Gerindra.
"Kalau itu terjadi, selesai itu Pilkada Jabar. Belum ada tokoh yang menyaingi elektabilitas dua nama itu," katanya menegaskan.
Sebelumnya, survei terbaru SMRC menempatkan nama Ridwan Kamil berada di urutan pertama Top of Mind responden saat dilakukan simulasi nama terbuka siapa yang bakal dipilih jika Pilgub Jabar digelar hari ini. RK dipilih 52,2 persen responden SMRC pada survei yang digelar 27 Mei hingga 2 Juni 2024.
Di bawah RK, muncul nama Dedi Mulyadi yang hanya didukung 28,9 persen responden. Disusul nama Deddy Mizwar dengan 3,8 persen, dan Dede Yusuf Macan Effendi 1,9 persen. Nama lain sebanyak 27 muncul sebagai pilihan responden namun hanya di bawah 1,9 persen.
"Sebagai mantan Gubernur Jawa Barat, elektabilitasnya sudah teruji. Apalagi banyak program dan terobosan, yang dirasakan masyarakat saat dia menjabat," katanya dihubungi di Jakarta, Senin.
Menurut dia, meskipun sudah tidak menjabat lagi, tetapi masyarakat Jabar masih mengingat nama Ridwan Kamil (RK). Walaupun di waktu bersamaan RK yang juga kader Golkar, juga didorong maju di Pilkada Jakarta.
"Kalau potensi kemenangan, lebih besar di Jawa Barat, tetapi dilihat dari posisi strategis politik, Jakarta lebih menguntungkan untuk tokoh dan partai politik," ungkapnya.
Menurut dia, Ridwan Juga memiliki potensi elektoral besar di Jakarta, karena provinsi itu merupakan etalase politik nasional.
"Pilkada Jakarta, sama dengan pemilihan presiden (pilpres) mini di Indonesia," ujarnya.
Kata dia, siapapun tokoh politik yang terpilih di Jakarta, tentunya memiliki nilai tawar politik untuk Pilpres selanjutnya, sehingga saat ini Golkar masih mempertimbangkan untuk menempatkan Ridwan Kamil di Jawa Barat atau di Jakarta.
"Kalau pun nantinya hasil survei Ridwan Kamil di Jakarta bagus, kemungkinan itu menjadi pilihan Golkar," katanya.
Terkait siapa yang nantinya berpasangan dengan RK, Arif menyebutkan nama Dedi Mulyadi. Dedi merupakan mantan politikus Golkar yang saat ini berlabuh di Partai Gerindra.
"Kalau itu terjadi, selesai itu Pilkada Jabar. Belum ada tokoh yang menyaingi elektabilitas dua nama itu," katanya menegaskan.
Sebelumnya, survei terbaru SMRC menempatkan nama Ridwan Kamil berada di urutan pertama Top of Mind responden saat dilakukan simulasi nama terbuka siapa yang bakal dipilih jika Pilgub Jabar digelar hari ini. RK dipilih 52,2 persen responden SMRC pada survei yang digelar 27 Mei hingga 2 Juni 2024.
Di bawah RK, muncul nama Dedi Mulyadi yang hanya didukung 28,9 persen responden. Disusul nama Deddy Mizwar dengan 3,8 persen, dan Dede Yusuf Macan Effendi 1,9 persen. Nama lain sebanyak 27 muncul sebagai pilihan responden namun hanya di bawah 1,9 persen.