Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) RI Hadi Tjahjanto mendukung aksi kemanusiaan yang dilakukan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) di areal konflik wilayah Palestina.
Hal tersebut dikatakan Hadi katika menerima Ketua Presidium MER-C Sarbini Abdul Murad di ruang kerja Menko Polhukam RI, di kawasan Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Senin (10/6).
"Saya sangat senang bisa bertemu dengan pahlawan kemanusiaan, saya sangat mendukung dan merinding terutama apa yang telah dilakukan khususnya di Palestina,” kata Hadi dalam siaran pers Kemenko Polhukam, Selasa.
Menurut Hadi, pemerintah dan seluruh organisasi relawan seperti MER-C harus bekerja sama dalam melakukan kegiatan kemanusiaan di dalam maupun luar negeri.
Kegiatan kemanusiaan itu, lanjut Hadi, bisa dalam banyak hal seperti memberikan bantuan medis, pemberian bantuan pangan hingga memperbaiki fasilitas kesehatan di wilayah bencana ataupun konflik.
Dengan adanya kerja sama yang solid antara pemerintah dan organisasi seperti MER-C, Hadi yakin bantuan kemanusiaan yang diberikan kepada korban akan jauh lebih besar dan bermanfaat.
"Dengan demikian, kedepannya dapat mempermudah dalam membantu saudara-saudara kita yang membutuhkan di luar sana,” kata dia.
Untuk diketahui, MER-C adalah organisasi sosial kemanusiaan yang bergerak dalam bidang pemberian bantuan medis kepada korban bencana ataupun peperangan.
Organisasi yang dibentuk oleh sekumpulan mahasiswa Universitas Indonesia pada 1999 ini kerap melaksanakan aksi kemanusiaan di dalam maupun luar negeri.
Belakangan, MER-C juga menaruh perhatian kepada warga Palestina yang menjadi korban peperangan di wilayah Gaza. Salah satu upaya proaktif MER-C yakni dengan mengirimkan surat resmi kepada pihak World Health Organization (WHO) terkait banyaknya rumah sakit yang rusak karena diserang.
"MER-C Indonesia, atas nama masyarakat Indonesia, mendesak Organisasi Kesehatan Dunia untuk turun tangan dan membela perlindungan semua rumah sakit di sepanjang Jalur Gaza agar tidak digunakan sebagai instalasi militer. Kami percaya bahwa rumah sakit, terutama dalam situasi konflik, harus tetap menjadi zona aman, dilindungi bahkan selama masa perang, agar dapat menjalankan tugas mulia mereka dalam merawat dan menyelamatkan nyawa korban perang," dalam surat resmi yang mengatasnamakan MER-C yang ditujukan ke Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Dalam surat tersebut, MER-C mendorong WHO untuk melakukan upaya agar rumah sakit yang rusak dan menjadi markas militer Israel dikembalikan ke fungsi semula.
Hal tersebut dikatakan Hadi katika menerima Ketua Presidium MER-C Sarbini Abdul Murad di ruang kerja Menko Polhukam RI, di kawasan Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Senin (10/6).
"Saya sangat senang bisa bertemu dengan pahlawan kemanusiaan, saya sangat mendukung dan merinding terutama apa yang telah dilakukan khususnya di Palestina,” kata Hadi dalam siaran pers Kemenko Polhukam, Selasa.
Menurut Hadi, pemerintah dan seluruh organisasi relawan seperti MER-C harus bekerja sama dalam melakukan kegiatan kemanusiaan di dalam maupun luar negeri.
Kegiatan kemanusiaan itu, lanjut Hadi, bisa dalam banyak hal seperti memberikan bantuan medis, pemberian bantuan pangan hingga memperbaiki fasilitas kesehatan di wilayah bencana ataupun konflik.
Dengan adanya kerja sama yang solid antara pemerintah dan organisasi seperti MER-C, Hadi yakin bantuan kemanusiaan yang diberikan kepada korban akan jauh lebih besar dan bermanfaat.
"Dengan demikian, kedepannya dapat mempermudah dalam membantu saudara-saudara kita yang membutuhkan di luar sana,” kata dia.
Untuk diketahui, MER-C adalah organisasi sosial kemanusiaan yang bergerak dalam bidang pemberian bantuan medis kepada korban bencana ataupun peperangan.
Organisasi yang dibentuk oleh sekumpulan mahasiswa Universitas Indonesia pada 1999 ini kerap melaksanakan aksi kemanusiaan di dalam maupun luar negeri.
Belakangan, MER-C juga menaruh perhatian kepada warga Palestina yang menjadi korban peperangan di wilayah Gaza. Salah satu upaya proaktif MER-C yakni dengan mengirimkan surat resmi kepada pihak World Health Organization (WHO) terkait banyaknya rumah sakit yang rusak karena diserang.
"MER-C Indonesia, atas nama masyarakat Indonesia, mendesak Organisasi Kesehatan Dunia untuk turun tangan dan membela perlindungan semua rumah sakit di sepanjang Jalur Gaza agar tidak digunakan sebagai instalasi militer. Kami percaya bahwa rumah sakit, terutama dalam situasi konflik, harus tetap menjadi zona aman, dilindungi bahkan selama masa perang, agar dapat menjalankan tugas mulia mereka dalam merawat dan menyelamatkan nyawa korban perang," dalam surat resmi yang mengatasnamakan MER-C yang ditujukan ke Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Dalam surat tersebut, MER-C mendorong WHO untuk melakukan upaya agar rumah sakit yang rusak dan menjadi markas militer Israel dikembalikan ke fungsi semula.