Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan Perum Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara sebagai media pertama yang menyiarkan kemerdekaan Indonesia turut berperan mengubah pola pikir masyarakat tentang pentingnya kualitas keluarga.
"BKKBN tugasnya mengubah pola pikir, karena tantangannya sekarang mengubah kuantitas menjadi kualitas keluarga. ANTARA sebagai media turut berperan mengubah spirit (semangat) tersebut, diubah menjadi kualitas," ujar Hasto saat berkunjung ke Gedung Antara Heritage Center (AHC), Pasar Baru, Jakarta Pusat, Senin.
Menurut dia, sambung rasa BKKBN dengan media sangat penting untuk kepentingan Bangsa Indonesia.
"Sambung rasa BKKBN dengan media sangat penting dan bukan untuk kepentingan pragmatis, tetapi untuk kepentingan bangsa," ucap Hasto Wardoyo.
Sejak dulu, lanjut dia, edukasi tentang Keluarga Berencana (KB) untuk mengubah pola pikir "banyak anak banyak rezeki" yang telah menjadi budaya masyarakat Indonesia menjadi tantangan tersendiri dan hal tersebut telah diwujudkan berkat peran penting sosialisasi secara masif bersama media.
"Kita berhasil mengubah mindset banyak anak banyak rezeki menjadi dua anak cukup, dan dulu itu sampai kita mesti hapal mars-nya di sekolah-sekolah. Untuk itu BKKBN sejak dulu dekat dengan media, karena edukasi, komunikasi, menjadi bagian kerja sehari-hari di BKKBN," paparnya.
Ke depan ia berharap media juga berperan membangun tidak hanya dari segi kuantitas, misalnya pertumbuhan penduduk, tetapi juga aset yang tak berwujud (intangible) yang lebih menekankan pada kualitas.
"Salah satu tema besar kita memang stunting, tetapi itu masih kuantitas, sebatas panjang atau berat badan. Sebetulnya, di balik itu masih ada kualitas yang sangat penting itu jiwanya. Kita kurang membangun yang intagible, jiwanya," tutur Hasto Wardoyo.
Sementara itu Direktur Komersil, Pengembangan Bisnis dan Teknologi Informasi Perum LKBN ANTARA Jaka Sugiyanta mengemukakan Gedung Antara Heritage Center telah bertransformasi menjadi gedung bersejarah, yang sekaligus dapat dimanfaatkan menjadi ruang diskusi bagi para pemangku kepentingan terkait percepatan penurunan stunting.
"Kita bisa mengajak Forum Pemred (pemimpin redaksi) untuk berkumpul di sini dan turut berkolaborasi dalam percepatan penurunan stunting," ujarnya.
"BKKBN tugasnya mengubah pola pikir, karena tantangannya sekarang mengubah kuantitas menjadi kualitas keluarga. ANTARA sebagai media turut berperan mengubah spirit (semangat) tersebut, diubah menjadi kualitas," ujar Hasto saat berkunjung ke Gedung Antara Heritage Center (AHC), Pasar Baru, Jakarta Pusat, Senin.
Menurut dia, sambung rasa BKKBN dengan media sangat penting untuk kepentingan Bangsa Indonesia.
"Sambung rasa BKKBN dengan media sangat penting dan bukan untuk kepentingan pragmatis, tetapi untuk kepentingan bangsa," ucap Hasto Wardoyo.
Sejak dulu, lanjut dia, edukasi tentang Keluarga Berencana (KB) untuk mengubah pola pikir "banyak anak banyak rezeki" yang telah menjadi budaya masyarakat Indonesia menjadi tantangan tersendiri dan hal tersebut telah diwujudkan berkat peran penting sosialisasi secara masif bersama media.
"Kita berhasil mengubah mindset banyak anak banyak rezeki menjadi dua anak cukup, dan dulu itu sampai kita mesti hapal mars-nya di sekolah-sekolah. Untuk itu BKKBN sejak dulu dekat dengan media, karena edukasi, komunikasi, menjadi bagian kerja sehari-hari di BKKBN," paparnya.
Ke depan ia berharap media juga berperan membangun tidak hanya dari segi kuantitas, misalnya pertumbuhan penduduk, tetapi juga aset yang tak berwujud (intangible) yang lebih menekankan pada kualitas.
"Salah satu tema besar kita memang stunting, tetapi itu masih kuantitas, sebatas panjang atau berat badan. Sebetulnya, di balik itu masih ada kualitas yang sangat penting itu jiwanya. Kita kurang membangun yang intagible, jiwanya," tutur Hasto Wardoyo.
Sementara itu Direktur Komersil, Pengembangan Bisnis dan Teknologi Informasi Perum LKBN ANTARA Jaka Sugiyanta mengemukakan Gedung Antara Heritage Center telah bertransformasi menjadi gedung bersejarah, yang sekaligus dapat dimanfaatkan menjadi ruang diskusi bagi para pemangku kepentingan terkait percepatan penurunan stunting.
"Kita bisa mengajak Forum Pemred (pemimpin redaksi) untuk berkumpul di sini dan turut berkolaborasi dalam percepatan penurunan stunting," ujarnya.