Poso (Antarasulteng.com) - Ini luar biasa: kata Wakil Bupati Poso T. Samsuri usai panen perdana program Mina Padi di Desa Lape, Kecamatan Poso Pesisir, Senin.
Apa yang membuatnya kerkagum-kagum? Itu karena program mina padi percontohan yang dikembangkan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tengah di Desa Lape, Kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso, diprediksi memberikan keuntungan bersih kepada anggota kelompok pembudidaya perikanan setmpat senilai Rp230 juta.
"Itu baru dari hasil padi dan ikan, belum termasuk sayur-mayur, cabe dan ubi yang kami tanam di atas pematang, yang nilainya juga lumayan," kata Suprin Lajiji, Ketua Kelompok Pembudidaya Perikanan (Pokdakan) Berkah, Desa Lape, pada panen perdana mina padi percontohan itu, Senin.
Panen perdana tersebut dipimpin Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng Dr Ir H Hasanuddin Atjo, MP dan Wakil Bupati Poso T.Samsuri, dihadiri pemerintah kecamatan Poso Pesisir, kepala desa dan masyarakat Desa Lape.
Program mina padi yang dibiayai dana APBD Sulteng 2016 ini merupakan proyek percontohan yang melibatkan Pokdakan Berkah Desa Lape yang mengelola sawah sekitar satu hektare milik 12 petani anggota Pokdakan itu.
Pemprov Sulteng yang memanfaatkan dana APBD 2016, membangunkan kolam budidaya di sekeliling areal persawahan yang terbagi dalam empat petak. Lebar kolam adalah tiga meter dengan kedalaman 1,5 meter. Kolam ini ditebari ikan nila sebanyak 30.000 ekor dan ikan mas 15.000 ekor.
Saat panen raya perdana itu, ikan yang dipanen tersebut memiliki ukuran rata-rata empat ekor per kilogram.
Menurut Suprin, selama masa budidaya, pihaknya sudah melakukan panen padi satu kali dengan hasil total tiga ton, dan dalam beberapa pekan ke depan, mereka akan panen padi kedua kali yang diperkirakan menghasilkan paling sedikit tiga ton lagi.
"Kami yakin, hasil padi pada panen kedua nanti akan lebih banyak karena padi tidak lagi diserang hama tikus dan wereng, serta tanamannya lebih subur sebagai dampak kotoran ikan dan pupuk kandang yang dipakai di dalam kolam," ujarnya.
Menurut Suprin, sesuai hasil analisis produksi yang mereka lakukan bersama tim penyuluh, program mina padi ini akan menghasilkan ikan nila 3.900 kilogram dengan nilai jual Rp117 juta dan ikan mas 4.875 kg dengan nilai Rp170 juta dan hasil padi Rp16 juta sehingga hasil kotor mencapai Rp303 juta.
"Bila dikurangi dengan ongkos operasional sebesar Rp70 juta, maka keuntungan bersih yang kami peroleh Rp230-an juta, itu belum termasuk hasil tanaman di atas pematang," ujar Suprin lagi.
Kalau siklus budidaya ini dilakukan dua kali dalam setahun, maka dari areal sawah satu hektare ini, kami bisa memetik hasil bersih Rp450-an juta, kata Suprin lagi.
"Itu baru dari hasil padi dan ikan, belum termasuk sayur-mayur, cabe dan ubi yang kami tanam di atas pematang, yang nilainya juga lumayan," kata Suprin Lajiji, Ketua Kelompok Pembudidaya Perikanan (Pokdakan) Berkah, Desa Lape, pada panen perdana mina padi percontohan itu, Senin.
Panen perdana tersebut dipimpin Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng Dr Ir H Hasanuddin Atjo, MP dan Wakil Bupati Poso T.Samsuri, dihadiri pemerintah kecamatan Poso Pesisir, kepala desa dan masyarakat Desa Lape.
Program mina padi yang dibiayai dana APBD Sulteng 2016 ini merupakan proyek percontohan yang melibatkan Pokdakan Berkah Desa Lape yang mengelola sawah sekitar satu hektare milik 12 petani anggota Pokdakan itu.
Pemprov Sulteng yang memanfaatkan dana APBD 2016, membangunkan kolam budidaya di sekeliling areal persawahan yang terbagi dalam empat petak. Lebar kolam adalah tiga meter dengan kedalaman 1,5 meter. Kolam ini ditebari ikan nila sebanyak 30.000 ekor dan ikan mas 15.000 ekor.
Saat panen raya perdana itu, ikan yang dipanen tersebut memiliki ukuran rata-rata empat ekor per kilogram.
Menurut Suprin, selama masa budidaya, pihaknya sudah melakukan panen padi satu kali dengan hasil total tiga ton, dan dalam beberapa pekan ke depan, mereka akan panen padi kedua kali yang diperkirakan menghasilkan paling sedikit tiga ton lagi.
"Kami yakin, hasil padi pada panen kedua nanti akan lebih banyak karena padi tidak lagi diserang hama tikus dan wereng, serta tanamannya lebih subur sebagai dampak kotoran ikan dan pupuk kandang yang dipakai di dalam kolam," ujarnya.
Menurut Suprin, sesuai hasil analisis produksi yang mereka lakukan bersama tim penyuluh, program mina padi ini akan menghasilkan ikan nila 3.900 kilogram dengan nilai jual Rp117 juta dan ikan mas 4.875 kg dengan nilai Rp170 juta dan hasil padi Rp16 juta sehingga hasil kotor mencapai Rp303 juta.
"Bila dikurangi dengan ongkos operasional sebesar Rp70 juta, maka keuntungan bersih yang kami peroleh Rp230-an juta, itu belum termasuk hasil tanaman di atas pematang," ujar Suprin lagi.
Kalau siklus budidaya ini dilakukan dua kali dalam setahun, maka dari areal sawah satu hektare ini, kami bisa memetik hasil bersih Rp450-an juta, kata Suprin lagi.
Dengan hasil yang dicapai ini, kata Suprin, pihaknya akan mulai mandiri melakukan budidaya pada siklus berikutnya namun pihaknya tetap mengharapkan dukungan Pemerintah Daerah Poso dan Dinas KP Sulteng untuk mendampingi mereka sebagai penyuluh.
Para petani anggota Pokdakan Berkah di Desa Lape itu bertekad melanjutkan sistem budidaya mina padi kolam dalam ini karena memiliki banyak keuntungan antara lain hama tikus teratasi sampai 90 persen, hama wereng berkurang drastis karena menjadi mangsa ikan, tanaman padi lebih subur akibat kotoran ikan dan tidak ada penggunaan bahan kimia dalam pemupukan dan pemberantasan hama.
Kepala Dinas KP Sulteng Hasanuddin Atjo berharap inovasi teknologi budidaya ini akan merangsang pembudidaya lain untuk menerapkan di lahannya masing-masing karena terbukti meningkatkan pendapatan petani secara signifikan.
"Karena penerapan sistem ini membutuhkan peralatan berat seperti ekscavator untuk menggali kolam, maka kami berharap Pemkab Poso bisa terlibat dalam pengadaan peralatan ini sesuai dengan kebutuhan masyarakat," ujarnya di hadapan Wakil Bupati Poso T. Samsuri dan puluhan petani.
Ia menyebutkan bahwa pihaknya memilih Poso sebagai salah satu lokasi penerapan inovasi teknologi mina padi ini karena ingin mendorong Poso menjadi sentra budidaya perikanan air tawar di Sulawesi Tengah bersama Kabupaten Sigi, karena kedua daerah ini memiliki potensi budidaya air tawar yang sangat besar dibanding daerah lain di Sulteng, terutama Danau Poso di Poso dan Danau Lindu di Sigi.
Para petani anggota Pokdakan Berkah di Desa Lape itu bertekad melanjutkan sistem budidaya mina padi kolam dalam ini karena memiliki banyak keuntungan antara lain hama tikus teratasi sampai 90 persen, hama wereng berkurang drastis karena menjadi mangsa ikan, tanaman padi lebih subur akibat kotoran ikan dan tidak ada penggunaan bahan kimia dalam pemupukan dan pemberantasan hama.
Kepala Dinas KP Sulteng Hasanuddin Atjo berharap inovasi teknologi budidaya ini akan merangsang pembudidaya lain untuk menerapkan di lahannya masing-masing karena terbukti meningkatkan pendapatan petani secara signifikan.
"Karena penerapan sistem ini membutuhkan peralatan berat seperti ekscavator untuk menggali kolam, maka kami berharap Pemkab Poso bisa terlibat dalam pengadaan peralatan ini sesuai dengan kebutuhan masyarakat," ujarnya di hadapan Wakil Bupati Poso T. Samsuri dan puluhan petani.
Ia menyebutkan bahwa pihaknya memilih Poso sebagai salah satu lokasi penerapan inovasi teknologi mina padi ini karena ingin mendorong Poso menjadi sentra budidaya perikanan air tawar di Sulawesi Tengah bersama Kabupaten Sigi, karena kedua daerah ini memiliki potensi budidaya air tawar yang sangat besar dibanding daerah lain di Sulteng, terutama Danau Poso di Poso dan Danau Lindu di Sigi.