Palu (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) mengajak seluruh elemen masyarakat agar mengikuti informasi terkait kawasan rentan likuefaksi guna meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi bencana.
 
"Agar kiranya kita bersama-sama Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengikuti informasi tentang kawasan rentan likuefaksi guna meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan menghadapi bencana," kata Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Provinsi Sulteng Rudi Dewanto pada kegiatan sosialisasi refleksi enam tahun bencana likuefaksi Palu Sigi Donggala di Palu, Kamis.

Menurut dia, peristiwa bencana alam gempa bumi, tsunami dan likuefaksi pada 28 September 2018 merupakan pengalaman berharga bagi seluruh masyarakat, khususnya di Provinsi Sulteng.

Peristiwa ini, kata dia, menjadi pengingat untuk selalu waspada dan menyiapkan diri sebaik-baiknya serta termasuk langkah mitigasi.
 
Ia menjelaskan bahwa likuefaksi bisa terjadi pada tanah yang jenuh air (saturated), seluruh pori antarbutir tanah terisi air dan membentuk apa yang seringkali dikenal sebagai tekanan air pori.

"Satuan tugas penanggulangan bencana di Sulteng mencatat kejadian darurat bencana tersebut mengakibatkan sekitar 4.845 orang meninggal dunia, 172.999 pengungsi, dan 110.214 rumah yang rusak," ujarnya.

Sementara itu, kata dia, berdasarkan data monitoring pascabencana di wilayah Kota Palu, Kabupaten Sigi, Donggala dan Parigi Moutong pada 28 September 2018, terutama sektor perumahan per tanggal 12 Juni 2024 data validasi penanganan melalui dana stimulan, total jumlah rusak ringan sejumlah 67.857 unit, terealisasi sejumlah 67.716 unit.

Kemudian, rusak sedang tervalidasi sejumlah 23.288 unit, terealisasi sejumlah 23.200 unit, rusak berat tervalidasi sejumlah 15.397 unit dan terealisasi sejumlah 15.292 unit.
 
Ia melanjutkan untuk Warga Terdampak Bencana (WTB) yang tervalidasi dalam perolehan hunian tetap (huntap) sejumlah 9.307 kepala keluarga (KK), hingga tahun 2024 telah terealisasi sejumlah 8.525 KK.
 
"Progres hingga tahun 2024 sebesar 91,60 persen, sisa progres 8,4 persen yang akan direncanakan untuk penanganannya pada tahun anggaran 2025," katanya.
 
Oleh karena itu, dia menyampaikan apresiasi kepada Badan Geologi Kementerian ESDM yang telah melakukan sosialisasi refleksi enam tahun bencana likuefaksi Pasigala dan berupaya meningkatkan literasi serta mitigasi masyarakat dalam menghadapi bencana alam gempa bumi, tsunami dan likuefaksi.

Pewarta : Nur Amalia Amir
Editor : Andilala
Copyright © ANTARA 2024