Jakarta (ANTARA) -
Dia telah melakukan audiensi dengan PB Ikatan Pencak Silat Indonesia di Padepokan Pencak Silat TMII Jakarta, Senin (23/9) malam dan bertemu langsung Ketua Harian PB IPSI Benny G. Soemarsono dan Sekjen Teddy Suratmadji.
Dia menjelaskan kronologi kekerasan petugas keamanan itu bermula pada 7 September 2024 ketika Pagar Nusa melakukan prosesi pembaiatan 375 orang anggota baru.
Awalnya prosesi berjalan damai, namun tiba-tiba ada pengerahan aparat keamanan dalam jumlah besar.
"Saya merasa sangat kecewa atas tindakan yang tidak perlu ini. Menyenggol anggota saya, berarti menyenggol saya karena mereka adalah bagian dari keluarga besar saya," katanya.
Peristiwa itu terekam dalam video yang beredar dan memperlihatkan tindakan represif yang dialami anggota Pagar Nusa.
Insiden itu, menurut dia, bukanlah insiden biasa, melainkan bentuk arogansi yang sangat mengkhawatirkan.
Menanggapi hal itu, Ketua Harian PB IPSI Benny G Soemarsono menyatakan miris dan sedih atas tindakan berlebihan tersebut.
Ia mengatakan tindakan itu seharusnya tidak terjadi, terutama terhadap organisasi yang telah menjaga muruah pencak silat sebagai warisan budaya bangsa.
Sekjen PB IPSI sekaligus Sekjen Persilat Teddy Suratmadji, menegaskan kejadian ini sangat bertentangan dengan tujuan besar yang sedang diperjuangkan Persilat, yakni menjadikan pencak silat sebagai cabang olahraga resmi di Olimpiade.
"Tindakan seperti ini justru merusak citra pencak silat, tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di panggung internasional. Pencak silat adalah warisan budaya Indonesia yang kita bawa untuk mendapatkan pengakuan dunia. Aparat seharusnya mengayomi, bukan berlebihan," katanya.
Teddy juga menjelaskan bahwa salah satu strategi besar yang dilakukan Persilat adalah mempromosikan pencak silat lebih luas lagi dengan melatih pesilat-pesilat Indonesia di luar negeri.
"Dan tindakan berlebihan ini sangat kontraproduktif terhadap upaya itu. Kami perlu dukungan semua pihak, termasuk aparat, untuk memastikan pencak silat terus berkembang dengan baik," katanya.
Ketua Umum PP Pagar Nusa, yang merupakan organisasi pencak silat, Nabil Haroen memprotes dan mengecam tindakan arogan dan kekerasan oleh petugas keamanan terhadap anggotanya yang terjadi di Sukoharjo, Jawa Tengah, pada 7 September 2024.
"Saya merasa sangat kecewa atas tindakan yang tidak perlu ini. Menyenggol anggota saya, berarti menyenggol saya karena mereka adalah bagian dari keluarga besar saya," kata Nabil dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu.Dia telah melakukan audiensi dengan PB Ikatan Pencak Silat Indonesia di Padepokan Pencak Silat TMII Jakarta, Senin (23/9) malam dan bertemu langsung Ketua Harian PB IPSI Benny G. Soemarsono dan Sekjen Teddy Suratmadji.
Dia menjelaskan kronologi kekerasan petugas keamanan itu bermula pada 7 September 2024 ketika Pagar Nusa melakukan prosesi pembaiatan 375 orang anggota baru.
Awalnya prosesi berjalan damai, namun tiba-tiba ada pengerahan aparat keamanan dalam jumlah besar.
"Saya merasa sangat kecewa atas tindakan yang tidak perlu ini. Menyenggol anggota saya, berarti menyenggol saya karena mereka adalah bagian dari keluarga besar saya," katanya.
Peristiwa itu terekam dalam video yang beredar dan memperlihatkan tindakan represif yang dialami anggota Pagar Nusa.
Insiden itu, menurut dia, bukanlah insiden biasa, melainkan bentuk arogansi yang sangat mengkhawatirkan.
Menanggapi hal itu, Ketua Harian PB IPSI Benny G Soemarsono menyatakan miris dan sedih atas tindakan berlebihan tersebut.
Ia mengatakan tindakan itu seharusnya tidak terjadi, terutama terhadap organisasi yang telah menjaga muruah pencak silat sebagai warisan budaya bangsa.
Sekjen PB IPSI sekaligus Sekjen Persilat Teddy Suratmadji, menegaskan kejadian ini sangat bertentangan dengan tujuan besar yang sedang diperjuangkan Persilat, yakni menjadikan pencak silat sebagai cabang olahraga resmi di Olimpiade.
"Tindakan seperti ini justru merusak citra pencak silat, tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di panggung internasional. Pencak silat adalah warisan budaya Indonesia yang kita bawa untuk mendapatkan pengakuan dunia. Aparat seharusnya mengayomi, bukan berlebihan," katanya.
Teddy juga menjelaskan bahwa salah satu strategi besar yang dilakukan Persilat adalah mempromosikan pencak silat lebih luas lagi dengan melatih pesilat-pesilat Indonesia di luar negeri.
"Dan tindakan berlebihan ini sangat kontraproduktif terhadap upaya itu. Kami perlu dukungan semua pihak, termasuk aparat, untuk memastikan pencak silat terus berkembang dengan baik," katanya.