Palu (ANTARA) -
Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Tengah memperingati 100 tahun Sastrawan nasional AA Navis melalui kegiatan diskusi interaktif dengan tema 'mengulik dua sosok sastrawan dan karyanya'.
“AA Navis adalah sastrawan asal Sumatera Barat punya karya sangat menginspirasi banyak orang, tidak hanya dalam negeri, hingga para penikmat sastra dunia,” kata Kepala Balai Bahasa Sulteng Asrif dalam diskusi tersebut di Palu, Rabu.
Ia mengemukakan salah satu karya sastra AA Navis adalah ‘Robohnya Surau Kami’ yang terbit pada tahun 1956, dia memberikan kontribusi bermakna sebagai aktor sejarah yang kerap menyampaikan kritik melalui karyanya, baik fiksi maupun nonfiksi.
“Pada tahun 2024, peringatan 100 tahun AA Navis dilaksanakan di seluruh provinsi di Indonesia untuk pertama kalinya,” ucapnya.
Asrif menjelaskan program 100 Tahun AA Navis adalah upaya untuk mengapresiasi penetapan hari lahir salah satu sastrawan terkemuka Indonesia sebagai perayaan internasional oleh UNESCO, sesuai yang disampaikan Direktur Jenderal UNESCO pada penutupan sidang umum ke-42 UNESCO di Paris, Prancis 22 November 2023.
“AA Navis dipandang sebagai salah satu tokoh terkemuka yang membantu membentuk peradaban bersama melalui kontribusinya pada pengayaan budaya untuk pemahaman universal dan perdamaian,” ujarnya.
Menurut dia, di tingkat internasional peringatan 100 tahun tokoh tersebut akan dijadikan pintu masuk untuk memperkenalkan bahasa dan budaya Indonesia kepada publik asing secara lebih luas.
“Program itu juga untuk menggali lebih jauh pemikiran dan karya, termasuk biografi tokoh atau intelektual dari daerah,” tuturnya.
Ia mengatakan peringatan 100 tahun AA Navis dirayakan dengan menghadirkan gelar wicara sastra membahas AA Navis dan Masyudin Masyuda serta karya-karyanya, pameran buku sastra, pembacaan puisi karya AA Navis dan pemutaran film AA Navis.
Sementara itu, Plt. Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Sulteng Muh Idham Khalid menambahkan peringatan 100 tahun tokoh sastra nasional tersebut bisa memperkokoh peran bahasa dan sastra sebagai sarana pemersatu bangsa.
"Terutama untuk generasi muda diharapkan mengembangkan, melestarikan dan mencintai bahasa dan sastra Indonesia serta mengenal tokoh sastrawan nasional," kata dia.*