Tanjungpinang (ANTARA) - Penerjemah Ahli Muda Kantor Bahasa Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) Faisal Gazali mengatakan penggunaan bahasa daerah dalam hal ini bahasa Melayu di daerah itu masih terjaga meskipun ada pergeseran penuturan pada generasi muda.
"Walaupun ada kekhasan bahasa daerah secara logat, sepertinya mulai terjadi pergeseran penuturan dari generasi muda dalam lingkup pelajar atau mahasiswa, yang lebih condong menggunakan bahasa Indonesia, tapi dalam ragam non-formal," kata Faisal di Tanjungpinang, Selasa.
Faisal mengatakan bahwa fenomena tersebut dikarenakan pengaruh media sosial hingga interaksi dengan teman-teman sebaya.
Selain itu, kata dia, pengaruh bahasa gaul sedikit banyak berperan mengubah penggunaan bahasa daerah di kalangan generasi muda.
"Kalau sekarang kita mungkin belum melihat ini sebagai suatu masalah, karena masih ada penggunaan bahasa daerah dalam percakapan sehari-hari," ujarnya.
Faisal menyampaikan sejauh ini dalam interaksi masyarakat di Kepri, pada umumnya bahasa Melayu masih kerap dipakai, terutama secara lisan atau bertutur kata.
Namun demikian, dalam beberapa tahun mendatang bukan tidak mungkin akan sulit menjaga kelestarian bahasa daerah seiring pesatnya perkembangan digital.
"Makanya, kita tidak bisa cuma mengandalkan generasi tua sebagai penutur, karena jika mereka sudah tiada otomatis bahasa daerah ikut lenyap," ujarnya.
Oleh karena itu, Kantor Bahasa Kepri mengajak anak-anak muda menjaga dan melestarikan bahasa Melayu. Apalagi, bahasa Melayu adalah bahasa yang besar, bahkan menjadi cikal-bakal bahasa Indonesia.
Hal itu diwujudkan Kantor Bahasa Kepri pada saat seleksi Krida Duta Bahasa, yang mana salah satu syarat peserta ialah membuat konten media sosial dalam bahasa Melayu.
"Harapannya, semakin banyak generasi muda melestarikan bahasa Melayu, karena mereka bisa melihat rekam jejak digital terkait penggunaan bahasa daerah," ujar Faisal.
Ia menambahkan Kantor Bahasa Kepri juga terus berupaya menjaga bahasa daerah/Melayu, antara lain melakukan revitalisasi bahasa daerah melalui kegiatan kebahasaan atau kesastraan guna mengangkat kembali penggunaan bahasa daerah. Kemudian, ada program penulisan bahan bacaan yang diarahkan menggunakan bahasa daerah.
"Mulai 2022, penulisan bahan bacaan dituliskan sesuai dialek bahasa daerah guna memudahkan pembaca melihat atau membaca bahan bacaan, lalu melafalkannya sesuai yang diucapkan," ucap Faisal.