Palu (ANTARA) - Indah (43), seorang peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) kelas satu dari segmen Pekerja Penerima Upah (PPU), merasakan langsung manfaat dari program kesehatan ini setelah didiagnosis mengidap batu empedu.

Penyakit yang terjadi akibat endapan kolesterol dan bilirubin dalam kantong empedu ini membuat Indah merasa khawatir akan biaya pengobatan yang cukup besar. Namun, berkat dukungan JKN, ia bisa menjalani perawatan tanpa terbebani biaya.

"Awalnya saya kira hanya sakit maag biasa, karena sakitnya muncul setelah makan, terutama makanan berlemak. Namun, lama kelamaan rasa sakitnya semakin sering muncul dan sangat mengganggu," ungkap Indah saat ditemui di Rumah Sakit Samaritan pada Jumat (22/11).

Setelah melakukan pemeriksaan lebih lanjut, Indah pun mendapatkan diagnosis bahwa dirinya mengidap batu empedu. Batu empedu terbentuk akibat ketidakseimbangan komponen dalam cairan empedu, yang pada kasus Indah, disebabkan oleh tingginya kadar kolesterol dalam darah.

"Dokter menjelaskan bahwa batu empedu saya terbentuk karena adanya endapan kolesterol yang tidak bisa dilarutkan dalam cairan empedu. Awalnya saya tidak tahu banyak soal batu empedu ini, tetapi setelah dokter menjelaskan, saya jadi lebih paham tentang penyebabnya," ujar Indah.

Batu empedu ini, jika tidak segera ditangani, dapat menyumbat saluran empedu dan menimbulkan komplikasi serius seperti infeksi.

"Gejala batu empedu biasanya muncul setelah makan, terutama makanan berlemak. Saya merasa perut saya sangat tidak nyaman setelah makan berat, dan kadang-kadang rasa sakitnya datang dengan mual dan muntah. Saya sempat khawatir ini adalah gejala maag yang biasa, namun ternyata dokter mengatakan ini adalah gejala batu empedu," tambah Indah.

Batu empedu terbentuk ketika ada kelebihan kolesterol atau bilirubin yang tidak bisa larut dalam cairan empedu. Kolesterol berlebih ini, jika tidak dikeluarkan, akan membentuk endapan dan akhirnya menjadi batu empedu yang bisa menyebabkan rasa sakit yang luar biasa. Untuk menangani batu empedu tersebut, dokter menyarankan Indah untuk tidak langsung menjalani operasi karena batu empedunya masih berukuran kecil, hanya sekitar 0,6 cm.

"Dokter menyarankan agar saya tidak melakukan operasi karena ukuran batu empedu saya masih kecil. Sebagai gantinya, saya disarankan untuk mengonsumsi obat-obatan secara teratur agar kondisi saya tetap terkendali dan tidak berkembang menjadi lebih besar," jelas Indah. 

Meskipun demikian, Indah merasa lebih tenang karena dengan bantuan JKN, semua biaya pengobatan dan obat-obatan yang diperlukan ditanggung oleh program tersebut. Indah mengungkapkan bahwa ia merasa sangat bersyukur karena dengan menjadi peserta JKN kelas satu, ia bisa mendapatkan perawatan medis yang memadai tanpa harus khawatir dengan biaya yang tinggi. 

"Saya merasa sangat beruntung dan bersyukur bisa mendapatkan perawatan tanpa terbebani biaya. Semua biaya pemeriksaan dan obat-obatan saya ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Saya merasa lebih tenang dan bisa fokus pada pemulihan saya," ungkapnya.

Indah juga mengungkapkan bahwa dirinya akan terus menjaga pola makan yang sehat, terutama dengan menghindari makanan berlemak, untuk mencegah batu empedu berkembang lebih lanjut. 

"Saya kini lebih memperhatikan apa yang saya makan. Menghindari makanan berlemak dan menjaga gaya hidup sehat adalah langkah penting untuk menghindari komplikasi yang lebih serius," tambahnya.

Dengan adanya dukungan dari JKN, Indah merasa lebih yakin dalam menghadapi masalah kesehatan yang dihadapinya. Dia pun berharap agar semakin banyak masyarakat yang memanfaatkan JKN agar tidak terbebani biaya pengobatan. 

"Saya ingin mengajak masyarakat untuk lebih peduli dengan kesehatan dan memanfaatkan JKN. Dengan adanya JKN, kita bisa mendapatkan pengobatan yang berkualitas tanpa harus khawatir soal biaya," tutup Indah. (tm/aq)


Pewarta : -
Editor : Mohamad Ridwan
Copyright © ANTARA 2024