Palu,  (antarasulteng.com) - Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menilai anak lebih rentan bertindak radikal seiring perkembangan teknologi informasi.

Asisten Deputi Bidang Partisipasi Media Kementerian PPPA Fatahillah, saat menyampaikan sambutan pada pelatihan peningkatan perempuan penggerak perdamaian, di Swissbel Hotel Palu, Rabu, menyatakan perkembangan zaman dan teknologi membuat anak lebih rentan bertindak radikal.

"Anak muda atau anak usia remaja, bahkan anak usia sekolah lebih rentan bertindak radikal," katanya lagi.

Menurut dia, kemudahan mengakses informasi di era globalisasi saat ini, memberikan dampak terhadap pemikiran dan cara pandang anak dan remaja.

Anak muda atau remaja lebih cenderung mengakses informasi lewat media sosial, tanpa melakukan klarifikasi atau menyaring informasi yang diterimanya.

Menurutnya, hal itu berpengaruh terhadap cara berpikir dan mental anak atau remaja, sehingga dapat bertindak radikal.

"Harus cerdas bermedia sosial, yaitu cerdas dalam menggunakannya dan mengakses informasi yang diperoleh," katanya pula.

Ia mengemukakan media sosial menjadi alat yang sangat strategis memperolej informasi pada era globalisasi saat ini, sehingga dibutuhkan kecerdasan dalam bermedia sosial.

Dia juga menyebut anak muda atau remaja perlu diberikan literasi media dan literasi digital, agar anak muda dapat menjadi pengguna media sosial yang cerdas.

Selain itu, katanya lagi, peran keluarga juga penting dalam membina anak, sehingga anak muda atau remaja lebih cenderung mengadu atau mengeluh kepada orang tua atas problem yang dihadapi.

Karena itu, kata dia pula, dibutuhkan penguatan keluarga sehingga peran orang tua dalam mengontrol dan membina anak berjalan baik. (skd) 

Pewarta : Muhammad Hajiji
Editor : Anas Masa
Copyright © ANTARA 2024