Jakarta - Ketua Presidium Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Nanat Fatah Natsir mengatakan pamor partai Islam akan semakin menurun karena saat ini antara partai satu dengan yang lain tidak ada perbedaan perjuangan.

"Tidak ada perbedaan antara partai Islam dan partai nasionalis. Bahkan petinggi sejumlah partai nasionalis pun banyak yang merupakan tokoh organisasi masyarakat Islam," katanya saat dihubungi di Jakarta, Selasa.

Mantan rektor UIN Bandung itu mengatakan meskipun berangkat dengan ideologi yang berbeda, yaitu Islam atau nasionalis, namun setelah kader partai menjadi anggota legislatif atau pejabat eksekutif, yang diperjuangkan tidak ada perbedaan.

Hal itu berbeda dengan kondisi saat Pemilu 1955 ketika perbedaan ideologi antarpartai sangat terlihat, sehingga masyarakat tidak bingung memilih partai yang sesuai dengan agama atau ideologi yang dianut.

"Ketika itu sangat jelas, partai nasionalis didominasi kelompok abangan atau priyayi, sedangkan partai Islam didominasi kelompok santri. Namun, hal itu tidak bisa menjadi patokan lagi saat ini,"katanya.

Saat ini, kata dia, antara kelompok abangan, priyayi atau santri sudah membaur ke dalam berbagai partai. Kader atau pengurus partai Islam pun ada yang berasal dari kelompok abangan, partai nasionalis pun ada yang dipimpin tokoh dari kelompok santri.

"Sekarang sudah tidak ada dikotomi antara partai Islam dan nasionalis. Pemilih pun semakin tidak peduli dengan perbedaan antara partai Islam dan nasionalis," katanya.

Karena itu, dia memperkirakan, bila tidak melakukan reorientasi, maka lambat laun partai Islam akan semakin kalah bila dibandingkan partai nasionalis.

Faktanya, partai Islam saat ini hanya menduduki peringkat menengah dalam konstelasi politik di negeri ini. Papan atas lebih didominasi partai-partai berideologi nasionalis, yang tidak sedikit pemimpin dan pengurusnya adalah tokoh ormas Islam.(D018)

Pewarta :
Editor : Adha Nadjemudin
Copyright © ANTARA 2024