Palu (Antarasulteng.com) - Lomba balap sepeda wisata internasional Tour de Central Celebes (TdCC) I yang akan berlangsung 6-8 November 2017 belum terdaftar pada Union Cyclist Internasionale (UCI) Race Point sehingga para pemenangnya belum akan mendapatkan poin untuk kepentingan pemeringkatan mereka sebagai pebalap profesional dunia.
"Sekarang ini TdCC baru terdaftar di Internasional Cyclist Federation (ICF), namun akan lebih hebat lagi kalau bisa terdaftar di UCI Race Point, dan itu peluangnya sangat besar," kata Jadi Rajagukguk, Sekjen PB ISSI di sela workshop teknis seluruh petugas terkait penyelenggaraan TdCC di Kota Palu, Rabu.
Menurut Jadi Rajagukguk, ada beberapa keuntungan yang diraih bila TdCC ini terdaftar di ICF dan UCI Race Point yakni skala iven TdCC akan lebih besar sehingga minat para pebalap internasional mengikutinya akan lebih tinggi.
"Mengapa lebih tertarik, karena mereka tak hanya mendapat hadiah uang tetapi juga bisa mengakumulasi poin untuk kepentingan pemeringkatan mereka sebagai pebalap profesional dunia bila mereka menang. Nah, pada TdCC 2017 ini, para pebalap tidak akan mendapatkan point sebab iven ini belum terdaftar di UCI Race Point," katanya.
Ia menjelaskan para pebalap dunia akan lebih tertarik mengikuti lomba balap yang digelar di negara-negara seperti Indonesia dibanding di Eropa atau Amerika, sebab kemungkinan menang lebih besar dibanding lomba di negara-negara maju karena pesaing yang mereka hadapi relatif lebih ringan.
Kalau pebalap-pebalap sepeda ternama dunia mengikuti TdCC, kata Jadi, maka aspek promosi daerah secara global untuk kepentingan pariwisata akan lebih efektif.
Keuntungan lainnya bila masuk UCI Race Point adalah TdCC akan masuk dalam kalender tetap (calendar of ivent) balap sepeda dunia sehingga sudah terpromosi secara otomatis kepada seluruh tim-tim balap sepeda dunia sehingga panitia TdCC perlu terlalu repot lagi mencari konsultan untuk mempromosikan TdCC guna memikat pebalap.
Ia mengakui bahwa untuk masuk UCI Race Point, perlu ada pembenahan lebih baik lagi dalam berbagai aspek misalnya terkait kondisi lintasan dan jarak serta pembiayaan.
"Saya optimistis TdCC tahun depan sudah bisa terdaftar di UCI Race Point, apalagi kalau rutenya bisa melibatkan lebih banyak kabupaten/kota dibanding saat ini yang baru melintasi 5 dari 13 kabupaten/kota di Sulteng," ujarnya.
Untuk masuk UCI Race Point, kata Jadi, Pemerintah Provinsi Sulteng selaku penyelenggara hanya perlu mengajukan permohonan ke UCI melalui PB ISSI. Berdasarkan permohonan itu, ISSI akan melakukan penilaian-penilaian teknis sesuai standar ICF dan UCI untuk kepentingan penerbitan rekomendasi ke UCI.
Setelah rekomendasi terbit, UCI akan melakukan ferivikasi dan cek lapangan untuk kemudian memutuskan apakah TdCC memenuhi pernyaratan untuk didaftar di UCI Race Point.
"Saya optimistis sekali skala TdCC ini tahun depan bisa meningkat dan karena diharapkan sudah akan terdaftar di UCI Race Point," kata Jadi Rajagukguk dan menambahkan bahwa meskipun belum terdaftar, namun kualifikasi penyelenggaraan TdCC yang pertama kali ini sudah sesuai dengan standar-standar UCI.
Di Indonesia sata ini, dari puluhan iven lomba seperti TdCC ini, baru lima yang terdaftar di UCI Race Point yakni Tour de Singkarak (Sumbar), Tour de Bintan (Kepri), Tour de Molukas (Maluku), Tour de Ijen (Banyuwangi, Jatim) dan Tour de Flores (NTT).
"Sekarang ini TdCC baru terdaftar di Internasional Cyclist Federation (ICF), namun akan lebih hebat lagi kalau bisa terdaftar di UCI Race Point, dan itu peluangnya sangat besar," kata Jadi Rajagukguk, Sekjen PB ISSI di sela workshop teknis seluruh petugas terkait penyelenggaraan TdCC di Kota Palu, Rabu.
Menurut Jadi Rajagukguk, ada beberapa keuntungan yang diraih bila TdCC ini terdaftar di ICF dan UCI Race Point yakni skala iven TdCC akan lebih besar sehingga minat para pebalap internasional mengikutinya akan lebih tinggi.
"Mengapa lebih tertarik, karena mereka tak hanya mendapat hadiah uang tetapi juga bisa mengakumulasi poin untuk kepentingan pemeringkatan mereka sebagai pebalap profesional dunia bila mereka menang. Nah, pada TdCC 2017 ini, para pebalap tidak akan mendapatkan point sebab iven ini belum terdaftar di UCI Race Point," katanya.
Ia menjelaskan para pebalap dunia akan lebih tertarik mengikuti lomba balap yang digelar di negara-negara seperti Indonesia dibanding di Eropa atau Amerika, sebab kemungkinan menang lebih besar dibanding lomba di negara-negara maju karena pesaing yang mereka hadapi relatif lebih ringan.
Kalau pebalap-pebalap sepeda ternama dunia mengikuti TdCC, kata Jadi, maka aspek promosi daerah secara global untuk kepentingan pariwisata akan lebih efektif.
Keuntungan lainnya bila masuk UCI Race Point adalah TdCC akan masuk dalam kalender tetap (calendar of ivent) balap sepeda dunia sehingga sudah terpromosi secara otomatis kepada seluruh tim-tim balap sepeda dunia sehingga panitia TdCC perlu terlalu repot lagi mencari konsultan untuk mempromosikan TdCC guna memikat pebalap.
Ia mengakui bahwa untuk masuk UCI Race Point, perlu ada pembenahan lebih baik lagi dalam berbagai aspek misalnya terkait kondisi lintasan dan jarak serta pembiayaan.
"Saya optimistis TdCC tahun depan sudah bisa terdaftar di UCI Race Point, apalagi kalau rutenya bisa melibatkan lebih banyak kabupaten/kota dibanding saat ini yang baru melintasi 5 dari 13 kabupaten/kota di Sulteng," ujarnya.
Untuk masuk UCI Race Point, kata Jadi, Pemerintah Provinsi Sulteng selaku penyelenggara hanya perlu mengajukan permohonan ke UCI melalui PB ISSI. Berdasarkan permohonan itu, ISSI akan melakukan penilaian-penilaian teknis sesuai standar ICF dan UCI untuk kepentingan penerbitan rekomendasi ke UCI.
Setelah rekomendasi terbit, UCI akan melakukan ferivikasi dan cek lapangan untuk kemudian memutuskan apakah TdCC memenuhi pernyaratan untuk didaftar di UCI Race Point.
"Saya optimistis sekali skala TdCC ini tahun depan bisa meningkat dan karena diharapkan sudah akan terdaftar di UCI Race Point," kata Jadi Rajagukguk dan menambahkan bahwa meskipun belum terdaftar, namun kualifikasi penyelenggaraan TdCC yang pertama kali ini sudah sesuai dengan standar-standar UCI.
Di Indonesia sata ini, dari puluhan iven lomba seperti TdCC ini, baru lima yang terdaftar di UCI Race Point yakni Tour de Singkarak (Sumbar), Tour de Bintan (Kepri), Tour de Molukas (Maluku), Tour de Ijen (Banyuwangi, Jatim) dan Tour de Flores (NTT).