Palu (ANTARA) - Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulawesi Tengah (Sulteng) mengatakan kehadiran Vihara Karuna Dipa di Kota Palu bukti toleransi dan kerukunan yang kental antar umat beragama di Suteng.
"Kami merespons positif kehadiran Vihara Karuna Dipa sebagai pusat peribadatan umat Buddha. Kehadiran Vihara ini adalah simbol keberagaman," kata Ketua FKUB Sulawesi Tengah Prof Zainal Abidin saat menghadiri peresmian Vihara Karuna Dipa di Palu, Minggu.
Selama tiga dekade pembangunan rumah ibadah umat Biddha tersebut merupakan penantian panjang, dengan berbagai dinamika perjalanannya, maka FKUB Sulteng memberikan apresiasi.
"Kami mengapresiasi kebijakan pemerintah daerah memberikan ruang semua agama menunjukkan jati diri. Maka toleransi yang sudah terbangun sejak lama harus dipertahankan, terlebih konsistensi Yayasan Karuna Dipa selama 30 tahun tidak pernah surut semangatnya membangun fasilitas keagamaan," ujarnya.
Menurut dia, sebagai masyarakat yang majemuk semua orang harus menghormati dan menghargai perbedaan, karena perbedaan merupakan bagian instrumen dalam menjalani kehidupan.
Maka sikap pluralisme menjadi salah satu ornamen yang harus diterima dalam konteks berbangsa dan bernegara.
"Jangan jadikan perbedaan sebagai sekat dalam interkasi sosial, justru perbedaan menjadi kekuatan dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa," ucap Zainal yang juga Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu.
Menurut dia Vihara yang berdiri berdampingan dengan sekolah Karuna Dipa, memiliki peran sentral dalam membangun moderasi beragama di Sulteng.
"Saya selalu percaya bahwa pendidikan sangat penting dalam memberikan pemahaman yang benar kepada umat. Pemahaman yang mendalam terhadap agama akan menjauhkan umat dari ekstremisme dan justru menguatkan toleransi," kata dia menuturkan.
Adanya Sekolah Karuna Dipa yang konsisten mengajarkan nilai-nilai Buddhis sejak dini, umat Buddha di Palu akan memiliki fondasi karakter yang kokoh, iman yang kuat justru akan menciptakan pribadi yang dewasa.
"Saya kira, iman yang kuat tidak akan merasa terancam dengan keyakinan orang lain. Pendidikan adalah kuncinya agar moderasi beragama dapat menjadi way of life atau cara hidup, bukan sekadar slogan," kata dia menambahkan.
Sementara itu, Wakil Gubernur Sulawesi Tengah Reny A Lamadjido menekankan bahwa Vihara itu menjadi refleksi penting, karena kerukunan bukan sekedar slogan, melainkan tanggung jawab bersama merawat keharmonisan.
"Keamanan dan kedamaian tercapai bila masyarakat hidup harmonis. Masyarakat mayoritas harus menjadi pengayom minoritas. Begitupun minoritas harus menghargai budaya di mana tempat mereka tinggal," kata dia.