Jakarta (ANTARA) - CGV Cinemas Indonesia menyoroti akurasi subtitle film-film Indonesia saat menembus pasar Korea Selatan karena bahasa Indonesia belum dikenal secara luas di Seoul.
Chief Marketing Officer CGV Cinemas Indonesia, Kim Sun-cheol, saat menjadi pembicara dalam lokakarya wartawan yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), mengatakan bahwa akurasi subtitle akan memberikan nuansa emosional yang lebih tepat.
“Di Korea, Bahasa Indonesia tidak lebih familiar daripada bahasa Inggris atau Jepang. Jadi, ketika film Indonesia ingin memberikan suasana untuk membuat sesuatu yang emosional, bagaimana agar bisa menggunakan subtitle yang benar,” kata Kim di Jakarta, Selasa.
Kim menambahkan bahwa akurasi subtitle juga akan menjadi strategi pemasaran yang tepat untuk lebih mengenalkan budaya Indonesia.
Selain akurasi subtitle, Kim juga menyoroti pentingnya keterbukaan data terkait jumlah penayangan dan jumlah penonton untuk kebutuhan analisa pasar. Ia menuturkan bahwa di Korea Selatan, data mengenai jumlah penonton bisa dengan mudah didapatkan, namun di Indonesia, data tersebut belum sepenuhnya terbuka.
“Di Korea, semua orang, bahkan yang kenal dengan pasar, mereka mudah mengetahui berapa banyak penayangan pada tahun lalu atau kemarin, apapun yang Anda inginkan, mengetahui data sangat mudah. Tapi di Indonesia, itu terblokir. Jadi, bagaimana kita bisa menganalisa data dan membuat keputusan adalah kunci lainnya,” tambahnya.
Lebih lanjut, Kim menyampaikan empat alasan utama yang membuat Indonesia menjadi sasaran industri perfilman Korea Selatan.
Pertama, Indonesia merupakan negara dengan populasi terbesar ke empat di dunia dengan 286 juta penduduk. Usia rata-rata penduduk Indonesia juga berkisar 30 tahun.
Kedua, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 230 juta pengguna, yang melambangkan tingginya tingkat penetrasi internat di Indonesia.
Ketiga, jumlah penduduk kelas menengah di Indonesia melebihi gabungan penduduk kelas menengah di Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Kim menyampaikan bahwa Indonesia kini dianggap sebagai salah satu negara dengan potensi terbesar dalam peningkatan daya beli.
“Seiring meningkatnya pendapatan, semakin banyak orang yang mampu membeli layanan berbasis langganan, khususnya OTT, tiket bioskop, hiburan, serta aktivitas leisure lainnya,” ucapnya.
Sedangkan alasan keempat adalah Indonesia memiliki basis pengguna daring yang luas dan sangat aktif yang membuat penyebaran film Korea menjadi lebih besar.
Adapun sejumlah film kenamaan Indonesia telah ditayangkan di Korea Selatan lewat berbagai festival film. Beberapa yang pernah ditayangkan di Busan International Film Festival adalah “Pangku”, “Rangga & Cinta”, “Esok Tanpa Ibu”, hingga “Badarawuhi di Desa Penari”.
OTT adalah cara menyediakan konten televisi dan film melalui internet sesuai permintaan dan kebutuhan masing-masing konsumen. Istilah ini sendiri merupakan singkatan dari "over-the-top", yang berarti penyedia konten memanfaatkan layanan internet yang ada.