Palu, (Antaranews Sulteng) - Bulog Sulawesi Tengah hingga kini belum juga merealisasi pembelian dua komoditi pangan yakni jagung dan kedelai.
Kepala Bidang Pengadaan dan OPP Perum Bulog Sulteng, Bahar Haruna di Palu, Rabu, membenarkan pihaknya belum membeli jagung dan kedelai karena masih terkendala pasar.
"Kita masih sementara tahap penjajakan pasar dahulu," kata dia.
Masalahnya, kata Bahar, pasar jagung dan kedelai tidak sama dengan komoditi lain seperti beras, bawang, cabai, gula pasir dan minyak goreng.
Kedelai hanya untuk kebutuhan industri makanan seperti pabrik tahu/tempe.
Di Kota Palu memang banyak industri tahu/tempe dan mereka sangat membutuhkan bahan baku kedelai. "Hanya saja, Bulog harus memastikan dulu pasar yang jelas, baru membelinya," kata Bahar.
Apalagi, kata dia, tidak mungkin Bulog membeli kedelai dan jagung dalam jumlah sedikit. Bulog akan membeli dalam jumlah besar dan harus disesuaikan dengan kebutuhan, termasuk gudang penampungan.
Karena itu, sebelum Bulog membeli, perlu dilakukan pemetaan titik panen dan juga harus sudah ada pasar yang akan menampung hasil pembelian.
Dia juga menyatakan dalam membeli jagung dan kedelai, Bulog tidak menetapkan target pembelian. "Tidak ada target yang harus dipenuhi," ujarnya.
Kalau beras, setiap tahunnya Bulog menetapkan target pembelian. Seperti tahun 2018 ini, Bulog Sulteng ditargetkan membeli sebanyak 50.000 ton beras petani di daerah itu.
Harga jagung di tingkat pengecer di Palu saat ini berkisar Rp5.000/kg. Sementara di tingkat petani bervariasi antara Rp2.500 hingga Rp3.000/kg tidak berdasarkan kualitas.
Dua kabupaten penghasil jagung di Sulteng yakni Tojo Una-Una dan Sigi.
Namun, semua kabupaten dan kota di Sulteng tersedia lahan pengembangan jagung.
Kepala Bidang Pengadaan dan OPP Perum Bulog Sulteng, Bahar Haruna di Palu, Rabu, membenarkan pihaknya belum membeli jagung dan kedelai karena masih terkendala pasar.
"Kita masih sementara tahap penjajakan pasar dahulu," kata dia.
Masalahnya, kata Bahar, pasar jagung dan kedelai tidak sama dengan komoditi lain seperti beras, bawang, cabai, gula pasir dan minyak goreng.
Kedelai hanya untuk kebutuhan industri makanan seperti pabrik tahu/tempe.
Di Kota Palu memang banyak industri tahu/tempe dan mereka sangat membutuhkan bahan baku kedelai. "Hanya saja, Bulog harus memastikan dulu pasar yang jelas, baru membelinya," kata Bahar.
Apalagi, kata dia, tidak mungkin Bulog membeli kedelai dan jagung dalam jumlah sedikit. Bulog akan membeli dalam jumlah besar dan harus disesuaikan dengan kebutuhan, termasuk gudang penampungan.
Karena itu, sebelum Bulog membeli, perlu dilakukan pemetaan titik panen dan juga harus sudah ada pasar yang akan menampung hasil pembelian.
Dia juga menyatakan dalam membeli jagung dan kedelai, Bulog tidak menetapkan target pembelian. "Tidak ada target yang harus dipenuhi," ujarnya.
Kalau beras, setiap tahunnya Bulog menetapkan target pembelian. Seperti tahun 2018 ini, Bulog Sulteng ditargetkan membeli sebanyak 50.000 ton beras petani di daerah itu.
Harga jagung di tingkat pengecer di Palu saat ini berkisar Rp5.000/kg. Sementara di tingkat petani bervariasi antara Rp2.500 hingga Rp3.000/kg tidak berdasarkan kualitas.
Dua kabupaten penghasil jagung di Sulteng yakni Tojo Una-Una dan Sigi.
Namun, semua kabupaten dan kota di Sulteng tersedia lahan pengembangan jagung.