Palu (Antaranews Sulteng) - Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Perikanan dan Kelautan Kementerian KP Rifky Effendy Hardijanto meminta masyarakat di Kota Palu dan sekitarnya untuk tidak takut mengonsumsi ikan hasil tangkiapan di laut.
"Makan ikan laut aman. Tidak perlu takut karena hal itu tidak ada kaitannya dengan korban gempa bumi dan tsunami yang melanda Kota Palu, Sigi dan Donggala 28 September 2018," katanya di Palu, Kamis.
Ia mengatakan bahwa kadang-kadang masyarakat terbayang-bayang dengan hal-hal yang negatif, seperti keberadaan jenazah yang diduga hanyut ke laut pascatsunami dan menjadi santapan ikan, padahal itu tidak terkait sama sekali dengan ikan yang dijual di pasar.
"Ikan itu juga milih-milih makanan koq, tidak asal gigit. Memang ada ikan yang karnivora (pemakan daging), tetapi yang mereka kejar ya sesama ikan juga, bukan yang lain," ujar Rifky yang juga Kepala Satgas Kementerian KKP untuk program tanggap darurat bencana Sulteng.
Rifky menambahkan bahwa bersama jajaran Dinas KP Sulteng, pada Jumat (19/10), pihaknya akan membagi-bagikan 1,8 ton ikan kepada para pengungsi korban bencana alam Sulteng melaui dapur umum di sejumlah titik pengungsian.
Ikan tersebut adalah hasil tangkapan nelayan sebelum bencana yang saat ini masih tersimpan baik pada gudang pending di Pelabuhan Perikanan Donggala yang dioperasikan dengan menggunakan genset sebelum listrik PLN dipulihkan pascabencana.
Salah satu tujuan membagi-bagikan ikan ini adalah mendorong dan memotivasi masyarakat untuk kembali mengonsumsi ikan laut, karena masyarakat di Sulawesi ini adalah konsumn ikan paling besar di Indonesia.
Ia juga mendukung rencana Kepala Dinas KP Sulteng Hasanuddin Atjo yang akan menggelar pertemuan dengan para nelayan di Pelabuhan Perikanan Donggala dengan menghadirkan motivator khusus guna mengembalikan rasa percaya diri para nelayan untuk segera kembali melaut.
Ia mengakui bahwa pemerintah harus melakukan intervensi terhadap nelayan agar mereka segera turun kembali menangkap ikan seperti memulihkan penyediaan bahan bakar untuk nelayan, es balok dan gudang pendingin untuk pengawetan ikan, serta sarana dan alat tangkap seperti perahu/kapal dan perlengkapannya yang mengalami kerusakan akibat bencana alam ini.
Rifky juga mengemukakan bahwa suplai ikan ke pasar-pasar di Kota Palu sudah mulai berjalan kembali. Bahkan Posko tanggap bencana KKP sempat membeli ikan segar hasil tangkapan nelayan setempat pascabencana ini sebanyak 350 kilogram, yang menunjukkan bahwa secara perlahan, nelayan sudah mulai turun melaut.
Pekerja mengangkut ikan tuna hasil tangkapan nelayan di Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) di Kelurahan Labuan Bajo, Banawa, Donggala, Sulawesi Tengah, Minggu (23/6). Ikan tuna hasil tangkapan nelayan itu langsung dibawa ke Makassar melalui darat untuk diolah dan diekspor ke beberapa negara karena tidak ada mesin pengolah di daerah setempat. ANTARAFOTO/Basri Marzuki
"Makan ikan laut aman. Tidak perlu takut karena hal itu tidak ada kaitannya dengan korban gempa bumi dan tsunami yang melanda Kota Palu, Sigi dan Donggala 28 September 2018," katanya di Palu, Kamis.
Ia mengatakan bahwa kadang-kadang masyarakat terbayang-bayang dengan hal-hal yang negatif, seperti keberadaan jenazah yang diduga hanyut ke laut pascatsunami dan menjadi santapan ikan, padahal itu tidak terkait sama sekali dengan ikan yang dijual di pasar.
"Ikan itu juga milih-milih makanan koq, tidak asal gigit. Memang ada ikan yang karnivora (pemakan daging), tetapi yang mereka kejar ya sesama ikan juga, bukan yang lain," ujar Rifky yang juga Kepala Satgas Kementerian KKP untuk program tanggap darurat bencana Sulteng.
Rifky menambahkan bahwa bersama jajaran Dinas KP Sulteng, pada Jumat (19/10), pihaknya akan membagi-bagikan 1,8 ton ikan kepada para pengungsi korban bencana alam Sulteng melaui dapur umum di sejumlah titik pengungsian.
Ikan tersebut adalah hasil tangkapan nelayan sebelum bencana yang saat ini masih tersimpan baik pada gudang pending di Pelabuhan Perikanan Donggala yang dioperasikan dengan menggunakan genset sebelum listrik PLN dipulihkan pascabencana.
Salah satu tujuan membagi-bagikan ikan ini adalah mendorong dan memotivasi masyarakat untuk kembali mengonsumsi ikan laut, karena masyarakat di Sulawesi ini adalah konsumn ikan paling besar di Indonesia.
Ia juga mendukung rencana Kepala Dinas KP Sulteng Hasanuddin Atjo yang akan menggelar pertemuan dengan para nelayan di Pelabuhan Perikanan Donggala dengan menghadirkan motivator khusus guna mengembalikan rasa percaya diri para nelayan untuk segera kembali melaut.
Ia mengakui bahwa pemerintah harus melakukan intervensi terhadap nelayan agar mereka segera turun kembali menangkap ikan seperti memulihkan penyediaan bahan bakar untuk nelayan, es balok dan gudang pendingin untuk pengawetan ikan, serta sarana dan alat tangkap seperti perahu/kapal dan perlengkapannya yang mengalami kerusakan akibat bencana alam ini.
Rifky juga mengemukakan bahwa suplai ikan ke pasar-pasar di Kota Palu sudah mulai berjalan kembali. Bahkan Posko tanggap bencana KKP sempat membeli ikan segar hasil tangkapan nelayan setempat pascabencana ini sebanyak 350 kilogram, yang menunjukkan bahwa secara perlahan, nelayan sudah mulai turun melaut.