Palu (Antaranews Sulteng) - Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) mendesak pemerintah pusat untuk meningkatkan kegiatan pertemuan (MICE: meeting-incentive-conference-exhibition) yang melibatkan banyak orang di Kota Palu guna mempercepat pemulihan ekonomi khususnya sektor perhotelan dan restoran pascabencana.
"Sekalipun terbatas fasilitas hotel dan restoran, pusat harus rutin membuat kegiatan-kegiatan di Palu, semakin rutin kegiatan, semakin hidup hotel dan restoran di sini," kata Koordinator Wilayah Badan Pengurus Pusat PHRI Wilayah Timur Indonesia Anggiat Sinaga di Palu, Minggu.
Kepada pers di sela pelantikan Pengurus BPD PHRI Sulteng periode 2018-2022 yang diketuai Fery Taula, SE.MM, Anggiat mengatakan ketimbang sebatas kasihan dan hanya membom dana tertentu ke daerah ini, lebih baik pusat menggelar acaradi kota ini.
Soal tempat, pusat tinggal menanyakan ke PHRI, berapa kapasitas tempat yang tersedia di hotel Kota Palu bila hendak menggelar acara.
"Katakanlah 700 orang, maka kalau perlu buatlah Keppres kepada sleuruh pimpinan kementerian dan lembaga bahwa semua pertemuan yang melbatkan orang 700 ke bawah, harus dilaksanakan di Kota Palu," ujar Ketua PHRI Sulawesi Selatan tersebut.
Baca juga: Gubernur Longki tagih janji OJK untuk pulihkan perhotelan pascagema
Baca juga: PHRI temui Gubernur Longki, ajukan 12 usul pemulihan sektor perhotelan
Baca juga: Perhotelan Palu butuh dukungan pemerintah untuk bangkit
Setelah itu, kata bos Clarion Hotel Makassar ini, pemerintah juga memberikan rangsangan kepada perusahaan penerbangan agar mempermurah harga tiket dan menambah frekwensi penerbangan ke Kota Palu.
"Kalau ini dilaksanakan, maka pemulihan Kota Palu dan sekitarnya pascabencana alam 28 September 2018 akan berjalan lebih cepat," ujarnya.
Anggiat menilai bahwa treatment pemerintah pusat melakukan pemulihan Kota Palu, Sigi dan Donggala kurang total dan sedikit berbeda dengan apa yang dilakukan pemeritnah untuk pemulihan Aceh, Padang dan Lombok pascabencana di daerah-daerah itu, padahal dampak bencana di Pasigala ini juga sangat besar.
Khusus di bidang perhotelan, kata Anggiat, pemerintah diharapkan memberikan insentif kepada pengusaha hotel yang sudah terkapar itu dalam bentuk relaksasi pinjaman dan pinjaman baru yang disertai kebudahan perizinan agar investasi bisa bergairah kembali.
Menurut dia, bila investor masuk, itu adalah awal recovery.
Karena itu Wali kota dan gubernur, rajin-rajinlah juga membuat pertemuan-pertemuan dengan para investor di titik-titik yang banyak investor potensial seperti Jakarta.
"Apalagi kan Wapres kita (HM.Jusuf Kalla-red) berasal dari kawasan Timur. Apa susahnya menggerakan investor-investor kakap seperti CT-Corp, Bossowa, Bakrie Group dll untuk terlibat dalam pemulihan kawasan terdampak musibah ini," katanya.
Koordinator BPP PHRI untuk Kawasan Timur Indonesia Anggiat Sinaga (kanan) dan Ketua BPD PHRI Sulteng Fery Taula berbincang serius terkait pemulihan sektor perhotelan dan restoran di Restoran Kampoeng NelayanPalu, Minggu (27/1) (Antaranews Sulteng/Rolex Malaha)
"Sekalipun terbatas fasilitas hotel dan restoran, pusat harus rutin membuat kegiatan-kegiatan di Palu, semakin rutin kegiatan, semakin hidup hotel dan restoran di sini," kata Koordinator Wilayah Badan Pengurus Pusat PHRI Wilayah Timur Indonesia Anggiat Sinaga di Palu, Minggu.
Kepada pers di sela pelantikan Pengurus BPD PHRI Sulteng periode 2018-2022 yang diketuai Fery Taula, SE.MM, Anggiat mengatakan ketimbang sebatas kasihan dan hanya membom dana tertentu ke daerah ini, lebih baik pusat menggelar acaradi kota ini.
Soal tempat, pusat tinggal menanyakan ke PHRI, berapa kapasitas tempat yang tersedia di hotel Kota Palu bila hendak menggelar acara.
"Katakanlah 700 orang, maka kalau perlu buatlah Keppres kepada sleuruh pimpinan kementerian dan lembaga bahwa semua pertemuan yang melbatkan orang 700 ke bawah, harus dilaksanakan di Kota Palu," ujar Ketua PHRI Sulawesi Selatan tersebut.
Baca juga: Gubernur Longki tagih janji OJK untuk pulihkan perhotelan pascagema
Baca juga: PHRI temui Gubernur Longki, ajukan 12 usul pemulihan sektor perhotelan
Baca juga: Perhotelan Palu butuh dukungan pemerintah untuk bangkit
Setelah itu, kata bos Clarion Hotel Makassar ini, pemerintah juga memberikan rangsangan kepada perusahaan penerbangan agar mempermurah harga tiket dan menambah frekwensi penerbangan ke Kota Palu.
"Kalau ini dilaksanakan, maka pemulihan Kota Palu dan sekitarnya pascabencana alam 28 September 2018 akan berjalan lebih cepat," ujarnya.
Anggiat menilai bahwa treatment pemerintah pusat melakukan pemulihan Kota Palu, Sigi dan Donggala kurang total dan sedikit berbeda dengan apa yang dilakukan pemeritnah untuk pemulihan Aceh, Padang dan Lombok pascabencana di daerah-daerah itu, padahal dampak bencana di Pasigala ini juga sangat besar.
Khusus di bidang perhotelan, kata Anggiat, pemerintah diharapkan memberikan insentif kepada pengusaha hotel yang sudah terkapar itu dalam bentuk relaksasi pinjaman dan pinjaman baru yang disertai kebudahan perizinan agar investasi bisa bergairah kembali.
Menurut dia, bila investor masuk, itu adalah awal recovery.
Karena itu Wali kota dan gubernur, rajin-rajinlah juga membuat pertemuan-pertemuan dengan para investor di titik-titik yang banyak investor potensial seperti Jakarta.
"Apalagi kan Wapres kita (HM.Jusuf Kalla-red) berasal dari kawasan Timur. Apa susahnya menggerakan investor-investor kakap seperti CT-Corp, Bossowa, Bakrie Group dll untuk terlibat dalam pemulihan kawasan terdampak musibah ini," katanya.