Bagi masyarakat Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, Pantai Pananualeng dan air terjun Kadadima, sudah tidak asing lagi.
Pantai Panualeng dan air terjun Kadidima, merupakan dua dari sejumlah potensi objek wisata memiliki pesona mengagumkan yang berada di wilayah perbatasan tersebut.
Pantai Pananualeng yang berpasir putih dengan keindahan karangnya, terletak di Kampung Tariang Baru Kecamatan Tabukan Tengah memiliki daya tarik mempesona.
Potensi tersebut membuat Pananualeng menjadi salah satu sasaran sebagai lokasi tempat wisata.
Bukan hanya masyarakat lokal, tetapi juga sudah ada wisatawan domestik maupun mancanegara telah menjadikan Pananualeng sebagai salah satu lokasi obyek wisata untuk dikunjungi.
Biasanya pada hari-hari libur Pantai Pananualeng dipadati pengunjung yang datang dari berbagai wilayah di kabupaten tersebut.
Olin Pangendaheng salah seorang warga Tahuna mengatakan, sengaja datang ke lokasi itu untuk menikmati keindahan pantai tersebut.
"Tertarik ke Pananualeng antara lain memiliki pasir putih dan untuk melihat terumbu karang," kata Olin yang saat itu datang bersama dengan suami dan dua anaknya.
Menurut Olin, jika air pantai surut, akan tampak terumbu karang yang indah dan dapat dilihat secara dekat.
"Suasana pantai juga sejuk karena banyaknya "Pohon Bingkareng" dan pohon kelapa yang tumbuh di sepanjang pesisir pantai tersebut. Ini menjadikan pantai Pananualeng sebagai lokasi yang baik untuk berlibur," kata Olin.
Olin datang ke lokasi tersebut dengan menggunakan kendaraan sepeda motor dari Tahuna, ibukota Kabupaten Kepulauan Sangihe
Senada juga dikatakan Djakir, warga Petta, Kecamatan Tabukan Utara Menurut dia, pesona alam Pantai Pananualeng memiliki daya tarik tersendiri, membuat dirinya ingin datang melihat obyek wisata tersebut.
"Pananualeng memiliki pemandangan begitu indah," kata Djakir.
Di dalam obyek tersebut, berjejer Pohon Bingkareng yang tumbuh sehingga menambah kesejukan kendatiun saat udara panas.
Rindangnya pohon tersebut membuat para pengunjung menjadikan sebagai tempat berteduh.
Di bawah pohon tersebut, terdapat meja dan bangku berukuran mungil terbuat dari kayu.
Sarana bagi pengunjung itu dibuat warga setempat yang melakukan aktivitas perdagangan di lokasi tersebut.
Terdapat juga sejumlah kios yang terbuat dari kayu dan bambu dengan atap rumbia milik masyarakat setempat yang berjualan di lokasi itu.
Beragam makanan dijual oleh masyarakat seperti pisang goreng, mi kuah, yang ditawarkan kepada para pengunjung.
Pemerintah Kabupaten Sangihe juga juga telah membangun empat buah gazebo serta sarana pendukung lainnya seperti bak air dan MCK.
Kehadiran obyek wisata tersebut telah ikut pula membantu ekonomi masyarakat sekitar.
Waldup Haribae salah seorang warga Kampung Tariang Baru mengatakan, dengan menjual berbagai makanan bagi pengunjung mendapatkan tambahan penghasilan.
"Pendapatan dari menjual lumayan, tergantung banyaknya pengunjung dan pembeli," katanya.
Dia menambahkan, selain itu harga makanan yang dijual tidak mahal, yang penting bisa mendapatkan keuntungan walaupun sedikit.
"Seperti pisang goreng dijual dengan harga Rp1.000 per buah," katanya sambil tersenyum.
Menurut Waldup, obyek wisata tersebut sudah banyak dikenal, bukan hanya warga Sangihe, tetapi juga dari luar kabupaten tersebut.
"Terdapat juga orang "bule" - maksudnya wisatawan asing- datang ke tempat ini untuk menikmati keindahan dan pesona dari Pananualeng," katanya.
Menurut Waldup, biasanya pada hari libur, lokasi objek wisata tersebut ramai dengan pengunjung.
Pengunjung tersebut ada yang datang secara sendiri-sendiri maupun berkelompok.
"Selain menikmati suasana pantai, lokasi ini juga sering dipakai untuk 'ibadah padang' oleh berbagai gereja," kata Waldup.
Pananualeng terletak sekitar 26 kilometer (Km) dari ibukota Tahuna.
Untuk menuju ke lokasi tersebut bisa dengan menggunakan kendaraan sendiri, kendaraan sewa, ataupun kendaraan penumpang umum.
Sedangkan jalur yang dilalui dapat dari Tahuna melewati Kuma (Tabukan Tengah) atau dari Tahuna melewati Petta (Tabukan Utara).
Kadidima
Selain Pantai Pananualeng, daerah kepulauan memiliki 105 buah pulau besar dan kecil tersebut, memiliki obyek wisata yang tidak kalah indahnya, yakni air terjun Kadidima.
Air terjun yang berada di Kampung Laine Kecamatan Manganitu Selatan itu memiliki keunikan dan pesona tersendiri.
Betapa tidak, dalam satu alur sungai terdapat tiga air terjun berurutan masing-masing, air terjun Tadunang Metei, air terjun Ellong dan air terjun Nahapase dengan ketingggian yang bervariasi.
Hendry Pulu salah seorang warga Kelurahan Bungalawang Tahuna mengatakan, merasa kagum melihat objek wisata tersebut.
"Kalau sudah tiba di lokasi ini, inginnya berlama-lama untuk melihat keindahan alamnya," kata ayah dua anak tersebut.
Menurut Hendry, suasana alam sekitar air terjun ini juga sangat mendukung, membuat lokasi wisata ini mengagumkan.
"Hutan sekitar air terjun masih alami, pemandangannya begitu indah," katanya.
Lokasi air terjun tersebut, tidak hanya diminati masyarakat lokal saja, tetapi juga menjadi salah satu daerah kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara.
Jonathan Sarindak warga Laine, mengatakan, hampir setiap hari lokasi air terjun ini didatangi pengunjung.
"Biasanya pada hari libur banyak pengunjung yang datang," katanya.
Menurut Jonathan, dari para pengunjung tersebut terdapat juga wisatawan asing datang ke lokasi tersebut.
"Ada juga wisatawan asing yang datang, baik secara sendiri maupun keluarga untuk melihat keindahan alam air terjun Kadidima ini," kata Jonathan.
Opolao sebutan bagi Kepala Desa Laine, N Lahengko mengatakan, potensi obyek wisata tersebut telah menarik wisatawan datang ke lokasiitu.
"Terdapat juga wisatawan asing seperti Australia yang datang ke lokasi ini," kata Lahengko.
"Pemerintah Kabupaten Sangihe telah membangun sejumlah fasilitas seperti gazebo tiga buah di lokasi ini," kata Lahengko.
Lokasi obyek wisata air terjun Kadidima, Laine dapat ditempuh sekitar dua jam dengan menggunakan transportasi darat dari Tahuna.
Setelah memasuki Laine, pengunjung akan berjalan kaki sekitar satu kilometer lebih melalui jalan setapak terbuat dari semen.
Sesudah itu, pengunjung akan berjalan sekitar 500 meter dan melewati dua kali, aliran sungai untuk tiba di lokasi tersebut.
Kondisi jalan yang belum memadai tersebut membuat pengunjung harus berhati-hati terutama saat hujan, karena jalannya masih tanah liat.
"Untuk kelanjutan pembangunan jalan setapak ke lokasi obyek wisata tersebut telah diusulkan ke pemerintah kabupaten," kata Lahengko.
Wisata bahari
Kabupaten yang memiliki luas daratan 736,97 Km2 dan luas lautan 11.126,61 Km2, memiliki potensi bahari yang cukup besar diantaranya perikanan dan kelautan serta pariwisata.
Dengan potensi bahari tersebut membuat visi misi dari pemerintah kabupaten setempat yakni untuk menjadikan kabupaten kepulauan Sangihe, sebagai kabupaten bahari yang sejahtera dan martabat.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sangihe, Velma Maseho mengatakan, berangkat dari visi misi ini, maka pengembangan parwisata pada kebaharian.
"Pariwisata juga menjadi salah satu program unggulan dari pemerintah," kata Maseho.
Menurut Maseho, sesuai dengan visi misi tersebut, maka akan mengangkat potensi wisata kebaharian yang ada di daerah tersebut, dengan tidak mengabaikan potensi lainnya seperti budaya, peninggalan sejarah dan alam lainnya.
Empat lokasi kebaharian yang menjadi unggulan pariwisata tersebut untuk dikembangkan antara lain, Pantai Pananualeng, Gunung Api bawah laut Mahangetang, obyek wisata taman laut di Kampung Bebalang serta keindahan pantai Kasaraeng, Nusa Tabukan Bukide.
Keempat lokasi itu memiliki keunikannya tersendri seperti Pantai Pananualeng denga pasir putih dan karang.
Kemudian Gunung api bawah laut Pulau Mahangetang, yang menjadi daya tarik para wisatawan dan sudah mendunia.
Potensi ini diminati wisatawan mancanagera, baik untuk menikmati keindahannya maupun sebagai peneliti.
"Kalau air turun, akan tampak dilihat dari perahu, gelembung-gelembung air dari gunung tersebut," kata Maseho.
Gunung api tersebut terletak 18 mil laut dari Kota Tahuna dan dapat dicapai sekitar dua jam dengan menggunakan perahu umum atau sekitar satu jam menggunakan speedboat.
Serta keindahan taman laut Kampung Bebalang yang tidak kalahan indahnya dengan taman laut Bunaken di Manado.
"Keindahan taman laut ini tidak kalah dengan Bunaken," kata Maseho.
Dia mengatakan, selain potensi-potensi tersebut, sangihe juga memiliki potensi pariwisata bahari lainya.
Kedepan lokasi-lokasi daya tarik wisata bahari, dalam pengembangannya menjadi produk wisata yang dibagi kedalam lima klaster.
Pertama, Klaster Mahangetang, yaitu Pulau Mahangetang yang memiliki daya tarik wiata gunung api bawah laut dan terumbu karang sebagai "core attraction", Pulau Para dengan daya tarik wisata pantai, Pulau Kahakitang dengan terumbu karang dan Pulau Kalama dengan daya tarik wiata terumu karang.
Kedua Klaster Mendaku, terdiri atas Pulau Mendaku memiliki daya tarik wisata terumbu karang sebagai "core attraction", Pulau Bebalang dan Batunderang serta Tanjung Hesang yang memiliki juga daya tarik wisata terumbu karang.
Ketiga, Klaster Salurang terdiri Kampung Salurang memiliki daya tarik wisata budaya bahari/ melombo sebagai core attraction, wisata Pantai Karulung dengan adaya tarik terumbu karang Malahi dan daya tarik wisata mongrove, serta Pulau Beeng Darat dan Pulau Beeng Laut dengan daya tarik wisata pantai dan terumbu karang.
Keempat, Klaster Pananualeng terdiri Pantai Pananualeng dengan daya tarik wisata pantai sebagai core attraction, Pantai Sapaeng Kampung Kuma dengan daya tarik wisata pantai, Teluk Sensong aktivitas wisata memanacing dan aktivitas wisata lainnya.
Serta kelima Klaster Kasaraeng terdiri dari Pantai Kasaraeng memiliki daya tarik wisata daya tarik wisata pantai sebagai core atraction, pulau Bukide, Pulau Nusa dan Pulau Poa memiliki daya tarik daya tarik wisata terumbu karangm Pulau nusa serta Pulau Liang dengan daya tarik wisata minat khusus bagi pemerhati burung.
Pembagian klaster ini, lanjut Maseho, baru khusus untuk potensi wisata bahari belum termasuk dengan obyek wisata keseluruhan yang ada di daerah tersebut.
"Pada klaster ini juga diangkat bersama seni budaya, kuliner sehingga wisatawan yang datang tidak saja menikmati keindahan laut atau bahari namun dapat juga menyaksikan atraksi buda dan menikmati makanan khas daerah," kata Maseho.
Selain potensi wisata bahari tersebut, Kabupaten Sangihe yang merupakan daerah berbatasan dengan negara tetangga Filipina, juga memiliki potensi wisata lainya yang dapat menarik wisatawan domestik maupun mancanegara.
Potensi tersebut, seperti seni budaya upacara adat Tulude, air terjun Kadidima, Gunung Sahendarumang, Rumah Raja Mokodompis dan Makam Raja Santiago, dan Gunung Awu.
Tulude ini digelar setiap tahunsaat tangga 31 Januari yang dilaksanakan bertepatan dengan hari ulang tahun daerah kepulauan tersebut.
Upacara Tulude juga untuk mensyukuri berkat Tuhan pada tahun yang telah lewati atau lampaui, dan memohon berkat serta pengampunan dosa sebagai bekal hidup pada tahun baru.
Pada kegiatan ini dapat disaksikan upacara adat seperti "Manahulending" pemotongan kue adat "Tamong Banua" dan pesta rakyat yang menampilkan berbagai atraksi seni budaya di panggung terbuka.
Atraksi seni budaya daerah yang ditampilkan antara lain, musik bambu, tari empat wayer, gunde, upase, salo dan alabadiri.
"Tulude ini sudah menjadi kalender tetap tahunan pariwisata Sangihe," kata Maseho.
Sebelumnya, lanjut Maseho, pelaksanaan Tulude tersebut digelar di Tahuna ibukota Sangihe.
Namun, sejak tahun ini pemerintah memprogramkan pelaksanaan Tulude dilakukan secara berpindah-pindah tempat secara bergilit di setiap kecamatan.
"Untuk tahun ini pelaksanaanya di Tamako, dan tahun 2013 telah direncanakan di Tabukan Utara,"katanya.
Menurut Maseho, langkah ini dilakukan untuk lebih mendekatkan pelaksanaan kegiatan tersebut kepada masyarakat.
"Dengan demikian masyarakat akan mengembangkan potensi yang dimiliki," katanya.
Sementara potensi wisata Gunung Sahendarumang, terletak di Kecamata Tamako sekitar 32 kilometer dari Tahuna.
Di kawasan ini yang juga disebut kawasan eko wisata memiliki keunikan tersendiri karena antara lain terdapat enam jenis burung endemik sangihe dari sekitar 114 jenis burung yang ada.
Untuk obyek wisata lainnya seperti Rumah Raja Mocodompis, berada di Kampung Toloarane Kecamatan Manganitu, atau 10 kilometer dari Tahuna.
Di obyek tersebut dapat menyaksikan baju raja dengan segala atributnya dan makam raja tersebut.
Juga terdapat makam Raja Bataha Santiago, yang terletak di Kampung Karatung Kecamatan Manganitu atau sekitar 12 Kilometer dari Tahuna.
Makam Bataha Santiago ini merupakan salah satu bukti sejarah, dimana di Kepulauan Sangihe memiliki seorang putra yang gagah berani melawan penjajan.
Maseho mengatakan, dengan sejumlah potensi pariwisata yang dimiliki tersebut, kabupaten Sangihe menjadi salah satu lokasi kunjunga wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang datang ke Provinsi Sulawesi Utara.
"Wisman yang datang ke lokasi-lokasi tersebut selain menikmati pemandangan dan keindahan juga melakukan penelitian," katanya.
Wisman yang pernah datang ke Sangihe itu antara lain dari dari negara -negara di Eropa, Amerika, Asutralia, Jepang, Korea, Cina dan ASEAN.
Pantai Panualeng dan air terjun Kadidima, merupakan dua dari sejumlah potensi objek wisata memiliki pesona mengagumkan yang berada di wilayah perbatasan tersebut.
Pantai Pananualeng yang berpasir putih dengan keindahan karangnya, terletak di Kampung Tariang Baru Kecamatan Tabukan Tengah memiliki daya tarik mempesona.
Potensi tersebut membuat Pananualeng menjadi salah satu sasaran sebagai lokasi tempat wisata.
Bukan hanya masyarakat lokal, tetapi juga sudah ada wisatawan domestik maupun mancanegara telah menjadikan Pananualeng sebagai salah satu lokasi obyek wisata untuk dikunjungi.
Biasanya pada hari-hari libur Pantai Pananualeng dipadati pengunjung yang datang dari berbagai wilayah di kabupaten tersebut.
Olin Pangendaheng salah seorang warga Tahuna mengatakan, sengaja datang ke lokasi itu untuk menikmati keindahan pantai tersebut.
"Tertarik ke Pananualeng antara lain memiliki pasir putih dan untuk melihat terumbu karang," kata Olin yang saat itu datang bersama dengan suami dan dua anaknya.
Menurut Olin, jika air pantai surut, akan tampak terumbu karang yang indah dan dapat dilihat secara dekat.
"Suasana pantai juga sejuk karena banyaknya "Pohon Bingkareng" dan pohon kelapa yang tumbuh di sepanjang pesisir pantai tersebut. Ini menjadikan pantai Pananualeng sebagai lokasi yang baik untuk berlibur," kata Olin.
Olin datang ke lokasi tersebut dengan menggunakan kendaraan sepeda motor dari Tahuna, ibukota Kabupaten Kepulauan Sangihe
Senada juga dikatakan Djakir, warga Petta, Kecamatan Tabukan Utara Menurut dia, pesona alam Pantai Pananualeng memiliki daya tarik tersendiri, membuat dirinya ingin datang melihat obyek wisata tersebut.
"Pananualeng memiliki pemandangan begitu indah," kata Djakir.
Di dalam obyek tersebut, berjejer Pohon Bingkareng yang tumbuh sehingga menambah kesejukan kendatiun saat udara panas.
Rindangnya pohon tersebut membuat para pengunjung menjadikan sebagai tempat berteduh.
Di bawah pohon tersebut, terdapat meja dan bangku berukuran mungil terbuat dari kayu.
Sarana bagi pengunjung itu dibuat warga setempat yang melakukan aktivitas perdagangan di lokasi tersebut.
Terdapat juga sejumlah kios yang terbuat dari kayu dan bambu dengan atap rumbia milik masyarakat setempat yang berjualan di lokasi itu.
Beragam makanan dijual oleh masyarakat seperti pisang goreng, mi kuah, yang ditawarkan kepada para pengunjung.
Pemerintah Kabupaten Sangihe juga juga telah membangun empat buah gazebo serta sarana pendukung lainnya seperti bak air dan MCK.
Kehadiran obyek wisata tersebut telah ikut pula membantu ekonomi masyarakat sekitar.
Waldup Haribae salah seorang warga Kampung Tariang Baru mengatakan, dengan menjual berbagai makanan bagi pengunjung mendapatkan tambahan penghasilan.
"Pendapatan dari menjual lumayan, tergantung banyaknya pengunjung dan pembeli," katanya.
Dia menambahkan, selain itu harga makanan yang dijual tidak mahal, yang penting bisa mendapatkan keuntungan walaupun sedikit.
"Seperti pisang goreng dijual dengan harga Rp1.000 per buah," katanya sambil tersenyum.
Menurut Waldup, obyek wisata tersebut sudah banyak dikenal, bukan hanya warga Sangihe, tetapi juga dari luar kabupaten tersebut.
"Terdapat juga orang "bule" - maksudnya wisatawan asing- datang ke tempat ini untuk menikmati keindahan dan pesona dari Pananualeng," katanya.
Menurut Waldup, biasanya pada hari libur, lokasi objek wisata tersebut ramai dengan pengunjung.
Pengunjung tersebut ada yang datang secara sendiri-sendiri maupun berkelompok.
"Selain menikmati suasana pantai, lokasi ini juga sering dipakai untuk 'ibadah padang' oleh berbagai gereja," kata Waldup.
Pananualeng terletak sekitar 26 kilometer (Km) dari ibukota Tahuna.
Untuk menuju ke lokasi tersebut bisa dengan menggunakan kendaraan sendiri, kendaraan sewa, ataupun kendaraan penumpang umum.
Sedangkan jalur yang dilalui dapat dari Tahuna melewati Kuma (Tabukan Tengah) atau dari Tahuna melewati Petta (Tabukan Utara).
Kadidima
Selain Pantai Pananualeng, daerah kepulauan memiliki 105 buah pulau besar dan kecil tersebut, memiliki obyek wisata yang tidak kalah indahnya, yakni air terjun Kadidima.
Air terjun yang berada di Kampung Laine Kecamatan Manganitu Selatan itu memiliki keunikan dan pesona tersendiri.
Betapa tidak, dalam satu alur sungai terdapat tiga air terjun berurutan masing-masing, air terjun Tadunang Metei, air terjun Ellong dan air terjun Nahapase dengan ketingggian yang bervariasi.
Hendry Pulu salah seorang warga Kelurahan Bungalawang Tahuna mengatakan, merasa kagum melihat objek wisata tersebut.
"Kalau sudah tiba di lokasi ini, inginnya berlama-lama untuk melihat keindahan alamnya," kata ayah dua anak tersebut.
Menurut Hendry, suasana alam sekitar air terjun ini juga sangat mendukung, membuat lokasi wisata ini mengagumkan.
"Hutan sekitar air terjun masih alami, pemandangannya begitu indah," katanya.
Lokasi air terjun tersebut, tidak hanya diminati masyarakat lokal saja, tetapi juga menjadi salah satu daerah kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara.
Jonathan Sarindak warga Laine, mengatakan, hampir setiap hari lokasi air terjun ini didatangi pengunjung.
"Biasanya pada hari libur banyak pengunjung yang datang," katanya.
Menurut Jonathan, dari para pengunjung tersebut terdapat juga wisatawan asing datang ke lokasi tersebut.
"Ada juga wisatawan asing yang datang, baik secara sendiri maupun keluarga untuk melihat keindahan alam air terjun Kadidima ini," kata Jonathan.
Opolao sebutan bagi Kepala Desa Laine, N Lahengko mengatakan, potensi obyek wisata tersebut telah menarik wisatawan datang ke lokasiitu.
"Terdapat juga wisatawan asing seperti Australia yang datang ke lokasi ini," kata Lahengko.
"Pemerintah Kabupaten Sangihe telah membangun sejumlah fasilitas seperti gazebo tiga buah di lokasi ini," kata Lahengko.
Lokasi obyek wisata air terjun Kadidima, Laine dapat ditempuh sekitar dua jam dengan menggunakan transportasi darat dari Tahuna.
Setelah memasuki Laine, pengunjung akan berjalan kaki sekitar satu kilometer lebih melalui jalan setapak terbuat dari semen.
Sesudah itu, pengunjung akan berjalan sekitar 500 meter dan melewati dua kali, aliran sungai untuk tiba di lokasi tersebut.
Kondisi jalan yang belum memadai tersebut membuat pengunjung harus berhati-hati terutama saat hujan, karena jalannya masih tanah liat.
"Untuk kelanjutan pembangunan jalan setapak ke lokasi obyek wisata tersebut telah diusulkan ke pemerintah kabupaten," kata Lahengko.
Wisata bahari
Kabupaten yang memiliki luas daratan 736,97 Km2 dan luas lautan 11.126,61 Km2, memiliki potensi bahari yang cukup besar diantaranya perikanan dan kelautan serta pariwisata.
Dengan potensi bahari tersebut membuat visi misi dari pemerintah kabupaten setempat yakni untuk menjadikan kabupaten kepulauan Sangihe, sebagai kabupaten bahari yang sejahtera dan martabat.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sangihe, Velma Maseho mengatakan, berangkat dari visi misi ini, maka pengembangan parwisata pada kebaharian.
"Pariwisata juga menjadi salah satu program unggulan dari pemerintah," kata Maseho.
Menurut Maseho, sesuai dengan visi misi tersebut, maka akan mengangkat potensi wisata kebaharian yang ada di daerah tersebut, dengan tidak mengabaikan potensi lainnya seperti budaya, peninggalan sejarah dan alam lainnya.
Empat lokasi kebaharian yang menjadi unggulan pariwisata tersebut untuk dikembangkan antara lain, Pantai Pananualeng, Gunung Api bawah laut Mahangetang, obyek wisata taman laut di Kampung Bebalang serta keindahan pantai Kasaraeng, Nusa Tabukan Bukide.
Keempat lokasi itu memiliki keunikannya tersendri seperti Pantai Pananualeng denga pasir putih dan karang.
Kemudian Gunung api bawah laut Pulau Mahangetang, yang menjadi daya tarik para wisatawan dan sudah mendunia.
Potensi ini diminati wisatawan mancanagera, baik untuk menikmati keindahannya maupun sebagai peneliti.
"Kalau air turun, akan tampak dilihat dari perahu, gelembung-gelembung air dari gunung tersebut," kata Maseho.
Gunung api tersebut terletak 18 mil laut dari Kota Tahuna dan dapat dicapai sekitar dua jam dengan menggunakan perahu umum atau sekitar satu jam menggunakan speedboat.
Serta keindahan taman laut Kampung Bebalang yang tidak kalahan indahnya dengan taman laut Bunaken di Manado.
"Keindahan taman laut ini tidak kalah dengan Bunaken," kata Maseho.
Dia mengatakan, selain potensi-potensi tersebut, sangihe juga memiliki potensi pariwisata bahari lainya.
Kedepan lokasi-lokasi daya tarik wisata bahari, dalam pengembangannya menjadi produk wisata yang dibagi kedalam lima klaster.
Pertama, Klaster Mahangetang, yaitu Pulau Mahangetang yang memiliki daya tarik wiata gunung api bawah laut dan terumbu karang sebagai "core attraction", Pulau Para dengan daya tarik wisata pantai, Pulau Kahakitang dengan terumbu karang dan Pulau Kalama dengan daya tarik wiata terumu karang.
Kedua Klaster Mendaku, terdiri atas Pulau Mendaku memiliki daya tarik wisata terumbu karang sebagai "core attraction", Pulau Bebalang dan Batunderang serta Tanjung Hesang yang memiliki juga daya tarik wisata terumbu karang.
Ketiga, Klaster Salurang terdiri Kampung Salurang memiliki daya tarik wisata budaya bahari/ melombo sebagai core attraction, wisata Pantai Karulung dengan adaya tarik terumbu karang Malahi dan daya tarik wisata mongrove, serta Pulau Beeng Darat dan Pulau Beeng Laut dengan daya tarik wisata pantai dan terumbu karang.
Keempat, Klaster Pananualeng terdiri Pantai Pananualeng dengan daya tarik wisata pantai sebagai core attraction, Pantai Sapaeng Kampung Kuma dengan daya tarik wisata pantai, Teluk Sensong aktivitas wisata memanacing dan aktivitas wisata lainnya.
Serta kelima Klaster Kasaraeng terdiri dari Pantai Kasaraeng memiliki daya tarik wisata daya tarik wisata pantai sebagai core atraction, pulau Bukide, Pulau Nusa dan Pulau Poa memiliki daya tarik daya tarik wisata terumbu karangm Pulau nusa serta Pulau Liang dengan daya tarik wisata minat khusus bagi pemerhati burung.
Pembagian klaster ini, lanjut Maseho, baru khusus untuk potensi wisata bahari belum termasuk dengan obyek wisata keseluruhan yang ada di daerah tersebut.
"Pada klaster ini juga diangkat bersama seni budaya, kuliner sehingga wisatawan yang datang tidak saja menikmati keindahan laut atau bahari namun dapat juga menyaksikan atraksi buda dan menikmati makanan khas daerah," kata Maseho.
Selain potensi wisata bahari tersebut, Kabupaten Sangihe yang merupakan daerah berbatasan dengan negara tetangga Filipina, juga memiliki potensi wisata lainya yang dapat menarik wisatawan domestik maupun mancanegara.
Potensi tersebut, seperti seni budaya upacara adat Tulude, air terjun Kadidima, Gunung Sahendarumang, Rumah Raja Mokodompis dan Makam Raja Santiago, dan Gunung Awu.
Tulude ini digelar setiap tahunsaat tangga 31 Januari yang dilaksanakan bertepatan dengan hari ulang tahun daerah kepulauan tersebut.
Upacara Tulude juga untuk mensyukuri berkat Tuhan pada tahun yang telah lewati atau lampaui, dan memohon berkat serta pengampunan dosa sebagai bekal hidup pada tahun baru.
Pada kegiatan ini dapat disaksikan upacara adat seperti "Manahulending" pemotongan kue adat "Tamong Banua" dan pesta rakyat yang menampilkan berbagai atraksi seni budaya di panggung terbuka.
Atraksi seni budaya daerah yang ditampilkan antara lain, musik bambu, tari empat wayer, gunde, upase, salo dan alabadiri.
"Tulude ini sudah menjadi kalender tetap tahunan pariwisata Sangihe," kata Maseho.
Sebelumnya, lanjut Maseho, pelaksanaan Tulude tersebut digelar di Tahuna ibukota Sangihe.
Namun, sejak tahun ini pemerintah memprogramkan pelaksanaan Tulude dilakukan secara berpindah-pindah tempat secara bergilit di setiap kecamatan.
"Untuk tahun ini pelaksanaanya di Tamako, dan tahun 2013 telah direncanakan di Tabukan Utara,"katanya.
Menurut Maseho, langkah ini dilakukan untuk lebih mendekatkan pelaksanaan kegiatan tersebut kepada masyarakat.
"Dengan demikian masyarakat akan mengembangkan potensi yang dimiliki," katanya.
Sementara potensi wisata Gunung Sahendarumang, terletak di Kecamata Tamako sekitar 32 kilometer dari Tahuna.
Di kawasan ini yang juga disebut kawasan eko wisata memiliki keunikan tersendiri karena antara lain terdapat enam jenis burung endemik sangihe dari sekitar 114 jenis burung yang ada.
Untuk obyek wisata lainnya seperti Rumah Raja Mocodompis, berada di Kampung Toloarane Kecamatan Manganitu, atau 10 kilometer dari Tahuna.
Di obyek tersebut dapat menyaksikan baju raja dengan segala atributnya dan makam raja tersebut.
Juga terdapat makam Raja Bataha Santiago, yang terletak di Kampung Karatung Kecamatan Manganitu atau sekitar 12 Kilometer dari Tahuna.
Makam Bataha Santiago ini merupakan salah satu bukti sejarah, dimana di Kepulauan Sangihe memiliki seorang putra yang gagah berani melawan penjajan.
Maseho mengatakan, dengan sejumlah potensi pariwisata yang dimiliki tersebut, kabupaten Sangihe menjadi salah satu lokasi kunjunga wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang datang ke Provinsi Sulawesi Utara.
"Wisman yang datang ke lokasi-lokasi tersebut selain menikmati pemandangan dan keindahan juga melakukan penelitian," katanya.
Wisman yang pernah datang ke Sangihe itu antara lain dari dari negara -negara di Eropa, Amerika, Asutralia, Jepang, Korea, Cina dan ASEAN.