Klungkung (ANTARA) - Permintaan kelapa yang sudah dikupas dan juga serabut kelapa dari Desa Sulang, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung, Bali, mengalami peningkatan selama Lebaran 1440 Hijriah/2019.
"Pengiriman kelapa yang sudah dikupas dan juga serabut kelapa tujuan Jawa - Bali meningkat, hingga sekitar 6.000 atau lebih kelapa dalam sekali kirim, padahal biasanya hanya 2.000-an kelapa," kata buruh pengupas kelapa, I Wayan Sukasna, di desa Sulang, Sabtu.
Para pengepul kelapa di Desa Sulang, Kecamatan Dawan, Klungkung umumnya memperoleh kelapa dari berbagai daerah di Bali, seperti Nusa Penida dan Gianyar.
"Jadi biasanya yang udah dibawa itu yang sudah dikupas supaya lebih kelihatan besar kecil kelapanya, dan sekarang pengirimannya jadi meningkat, biasanya dua truk, sekarang jadi 5-6 truk," kata Wayan Sukasna yang sudah bekerja mengupas kelapa sejak tahun 1998.
Ia menambahkan permintaan kelapa meningkat tujuan Pasar Minggu, Madura dan pasar - pasar di Jawa. Dari kelapa ini nantinya paling banyak dicari adalah santannya untuk diolah menjadi masakan, seperti opor ayam, rawon kambing, dan kue - kue lebaran.
Untuk kelapa yang ukurannya lebih besar akan dikirim ke pasar - pasar yang ada di Jawa, begitu juga dengan serabut kelapa akan dikirim ke Banyuwangi untuk dijadikan sebagai bahan spons dan dikirim ke Malaysia, sedangkan kelapa kecil lebih banyak dicari warga lokal Bali sebagai bahan sesajen saat hari raya.
Peningkatan terjadi pada permintaan konsumen di Pulau Jawa, namun untuk harga tidak meningkat secara signifikan, hanya berkisar 25 persen, dari harga Rp4.000 menjadi Rp6.000. Setelah menjadi konsumsi pasar, kelapa dijual dengan harga Rp10.000 sedangkan dari pengepul menjual seharga Rp6.000.
"Nah, kalau naiknya ini mungkin dari sebelum lebaran sampai seminggu setelah lebaran aja, setelah itu sudah normal lagi, kecuali kalau kondisi kelapa kecil di Sumatera sedang sepi, kita kembali naik lagi harganya, kelapa jadi mahal lagi, tapi kalau dari Sumatera ada pengiriman, ya, turun lagi harga nya," katanya.
Salah satu pekerja lainnya, Putu Wahyuni juga menjelaskan semenjak menerima permintaan yang meningkat selama lebaran ini, per hari bisa mencapai 600 biji kelapa atau lebih yang dikupas setiap orang buruh.
Dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mengalami penurunan, tahun ini jauh lebih meningkat.
"Kalau untung dari setiap pengiriman ini, sekitar 1.500 perbiji, apalagi sekarang lebaran, ya, bertambah juga, ongkos kirim pun juga jadi meningkat sekitar 50 persen," kata Wahyuni.
Setiap harinya, kelapa dikerjakan oleh sekitar 10 orang dari pukul 09.00 sampai 18.00 Wita. Namun, jika terjadi peningkatan permintaan seperti saat ini, dikerjakan dari pukul 06.00 Wita hingga malam hari.
Tidak hanya saat suasana lebaran, peningkatan pengiriman ke Jawa juga dilakukan saat hari raya besar lainnya, seperti Acara Tiga Bulanan, Pernikahan hingga saat pelaksanaan Idul Adha.*
"Pengiriman kelapa yang sudah dikupas dan juga serabut kelapa tujuan Jawa - Bali meningkat, hingga sekitar 6.000 atau lebih kelapa dalam sekali kirim, padahal biasanya hanya 2.000-an kelapa," kata buruh pengupas kelapa, I Wayan Sukasna, di desa Sulang, Sabtu.
Para pengepul kelapa di Desa Sulang, Kecamatan Dawan, Klungkung umumnya memperoleh kelapa dari berbagai daerah di Bali, seperti Nusa Penida dan Gianyar.
"Jadi biasanya yang udah dibawa itu yang sudah dikupas supaya lebih kelihatan besar kecil kelapanya, dan sekarang pengirimannya jadi meningkat, biasanya dua truk, sekarang jadi 5-6 truk," kata Wayan Sukasna yang sudah bekerja mengupas kelapa sejak tahun 1998.
Ia menambahkan permintaan kelapa meningkat tujuan Pasar Minggu, Madura dan pasar - pasar di Jawa. Dari kelapa ini nantinya paling banyak dicari adalah santannya untuk diolah menjadi masakan, seperti opor ayam, rawon kambing, dan kue - kue lebaran.
Untuk kelapa yang ukurannya lebih besar akan dikirim ke pasar - pasar yang ada di Jawa, begitu juga dengan serabut kelapa akan dikirim ke Banyuwangi untuk dijadikan sebagai bahan spons dan dikirim ke Malaysia, sedangkan kelapa kecil lebih banyak dicari warga lokal Bali sebagai bahan sesajen saat hari raya.
Peningkatan terjadi pada permintaan konsumen di Pulau Jawa, namun untuk harga tidak meningkat secara signifikan, hanya berkisar 25 persen, dari harga Rp4.000 menjadi Rp6.000. Setelah menjadi konsumsi pasar, kelapa dijual dengan harga Rp10.000 sedangkan dari pengepul menjual seharga Rp6.000.
"Nah, kalau naiknya ini mungkin dari sebelum lebaran sampai seminggu setelah lebaran aja, setelah itu sudah normal lagi, kecuali kalau kondisi kelapa kecil di Sumatera sedang sepi, kita kembali naik lagi harganya, kelapa jadi mahal lagi, tapi kalau dari Sumatera ada pengiriman, ya, turun lagi harga nya," katanya.
Salah satu pekerja lainnya, Putu Wahyuni juga menjelaskan semenjak menerima permintaan yang meningkat selama lebaran ini, per hari bisa mencapai 600 biji kelapa atau lebih yang dikupas setiap orang buruh.
Dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mengalami penurunan, tahun ini jauh lebih meningkat.
"Kalau untung dari setiap pengiriman ini, sekitar 1.500 perbiji, apalagi sekarang lebaran, ya, bertambah juga, ongkos kirim pun juga jadi meningkat sekitar 50 persen," kata Wahyuni.
Setiap harinya, kelapa dikerjakan oleh sekitar 10 orang dari pukul 09.00 sampai 18.00 Wita. Namun, jika terjadi peningkatan permintaan seperti saat ini, dikerjakan dari pukul 06.00 Wita hingga malam hari.
Tidak hanya saat suasana lebaran, peningkatan pengiriman ke Jawa juga dilakukan saat hari raya besar lainnya, seperti Acara Tiga Bulanan, Pernikahan hingga saat pelaksanaan Idul Adha.*