Sigi, Sulawesi Tengah (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, akan membentuk Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) untuk mendukung pemerintah dalam upaya penyelenggaraan pembangunan berbasis mitigasi bencana dan penanggulangan bencana daerah.
“Forum PRB sebagai suatu paguyuban pemangku kepentingan dan para pihak bersama-sama berbagi kepentingannya dalam mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh bencana,” ucap Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sigi, Asrul Repadjori, di Sigi, Selasa.
Baca juga: Pemkab Sigi siapkan Rp10 miliar bangun kembali irigasi pascagempa
FPRB akan melangsungkan kongres pertama dengan tema Menuju Sigi Tangguh. Karena itu, tim persiapan pembentukan mengharapkan para pihak untuk dapat berpartisipasi aktif dalam kongres yang akan digelar tanggal 4 September 2019.
Asrul menyebut Forum PRB bertujuan untuk membangun rasa kesatuan, tanggung jawab bersama yang dapat mengoordinasikan program-program pengurangan risiko bencana melalui berbagai aspek, yang dibangun melalui proses inklusif yang melibatkan semua pihak.
Terkait hal itu, Akademisi Untad Palu Dr Rustam Efendi mengemukakan pembentukan Forum PRB daerah diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana Pasal 8 yang mendorong pelibatan forum dalam penyusunan Rencana Aksi Daerah Pengurangan Riskio Bencana (RAD PRB).
“Didalamnya diatur bahwa anggota forum ini meliputi unsur dari dari pemerintah, masyarakat sipil, akademisi, lembaga usaha, media, dan komunitas internasional,” kata dia.
Ia menguraikan, pembentukkan Forum PRB diharapkan dapat mendorong serta memfasilitasi kerjasama antar pihak dalam upaya pengurangan risiko bencana di Kabupaten Sigi serta mewadahi semua kepentingan terkait kebencanaan serta membantu menyelaraskan berbagai kebijakan, program dan kegiatan PRB di tingkat Kabupaten Sigi.
Sementara itu, Koordinator DRR-Islamic Relief Worldwide di Indonesia dan konsepsi Fahmi Rahmatna mengatakan proses pembentukan Forum PRB Sigi sudah dimulai sejak tanggal 9 Mei 2019, dan merupakan salah satu hasil rekomendasi dari kajian Indeks Ketahanan Daerah Kabupaten Sigi yang dilakukan oleh BNPB akhir tahun 2018.
Fahmi mengharapkan kongres kesatu Forum PRB Sigi ini dapat membangun sinergi dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana yang lebih terencana, terkoordinir dan menyeluruh.
Islamic Relief Worldwide dan mitranya konsepsi telah mendukung kerja sama berbagai elemen stakeholder yang dimotori oleh BPDB Kabupaten Sigi untuk mempersiapkan terbentuknya forum ini mulai dari pembentukan dan pertemuan tim inisiator forum PRB, merancang draft statuta forum dan konsultasi public draft statuta tersebut.
Hingga pada tahapan terbentuknya tim panitia penyelenggara kongres pertama pada 4 September 2019 mendatang. Beberapa stakeholder yang aktif terlibat dalam hal ini di antaranya ROA, Imunitas, Karsa Institut, Sikola Mombine, Universitas Tadulako, SKP HAM, BAPEDDA Sigi, Dinas Sosial dan lain-lain.
Baca juga: Warga Sigi mulai kesulitan air bersih di musim kemarau
Baca juga: Bupati minta petani Sigi tingkatkan produksi pangan pascagempa
Kepala Bappeda Sigi Asrul Repadjori (kemeja putih) memimpin rapat persiapan pelaksanaan kongres Forum Pengurangan Resiko Bencana Sigi. (ANTARA/Muhammad Hajiji)
“Forum PRB sebagai suatu paguyuban pemangku kepentingan dan para pihak bersama-sama berbagi kepentingannya dalam mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh bencana,” ucap Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sigi, Asrul Repadjori, di Sigi, Selasa.
Baca juga: Pemkab Sigi siapkan Rp10 miliar bangun kembali irigasi pascagempa
FPRB akan melangsungkan kongres pertama dengan tema Menuju Sigi Tangguh. Karena itu, tim persiapan pembentukan mengharapkan para pihak untuk dapat berpartisipasi aktif dalam kongres yang akan digelar tanggal 4 September 2019.
Asrul menyebut Forum PRB bertujuan untuk membangun rasa kesatuan, tanggung jawab bersama yang dapat mengoordinasikan program-program pengurangan risiko bencana melalui berbagai aspek, yang dibangun melalui proses inklusif yang melibatkan semua pihak.
Terkait hal itu, Akademisi Untad Palu Dr Rustam Efendi mengemukakan pembentukan Forum PRB daerah diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana Pasal 8 yang mendorong pelibatan forum dalam penyusunan Rencana Aksi Daerah Pengurangan Riskio Bencana (RAD PRB).
“Didalamnya diatur bahwa anggota forum ini meliputi unsur dari dari pemerintah, masyarakat sipil, akademisi, lembaga usaha, media, dan komunitas internasional,” kata dia.
Ia menguraikan, pembentukkan Forum PRB diharapkan dapat mendorong serta memfasilitasi kerjasama antar pihak dalam upaya pengurangan risiko bencana di Kabupaten Sigi serta mewadahi semua kepentingan terkait kebencanaan serta membantu menyelaraskan berbagai kebijakan, program dan kegiatan PRB di tingkat Kabupaten Sigi.
Sementara itu, Koordinator DRR-Islamic Relief Worldwide di Indonesia dan konsepsi Fahmi Rahmatna mengatakan proses pembentukan Forum PRB Sigi sudah dimulai sejak tanggal 9 Mei 2019, dan merupakan salah satu hasil rekomendasi dari kajian Indeks Ketahanan Daerah Kabupaten Sigi yang dilakukan oleh BNPB akhir tahun 2018.
Fahmi mengharapkan kongres kesatu Forum PRB Sigi ini dapat membangun sinergi dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana yang lebih terencana, terkoordinir dan menyeluruh.
Islamic Relief Worldwide dan mitranya konsepsi telah mendukung kerja sama berbagai elemen stakeholder yang dimotori oleh BPDB Kabupaten Sigi untuk mempersiapkan terbentuknya forum ini mulai dari pembentukan dan pertemuan tim inisiator forum PRB, merancang draft statuta forum dan konsultasi public draft statuta tersebut.
Hingga pada tahapan terbentuknya tim panitia penyelenggara kongres pertama pada 4 September 2019 mendatang. Beberapa stakeholder yang aktif terlibat dalam hal ini di antaranya ROA, Imunitas, Karsa Institut, Sikola Mombine, Universitas Tadulako, SKP HAM, BAPEDDA Sigi, Dinas Sosial dan lain-lain.
Baca juga: Warga Sigi mulai kesulitan air bersih di musim kemarau
Baca juga: Bupati minta petani Sigi tingkatkan produksi pangan pascagempa