Parigi (ANTARA) - Wakil Bupati Parigi Moutong, Sulawesi Tengah Badrun Nggai mengatakan masalah gizi kronis atau stunting sangat berpengaruh dan berdampak negatif terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM).
"Stunting mempengaruhi kecerdasan anak, jika sejak usian balita penyakit ini menyerang maka semakin berkurang kualitas SDM kita, " ungkap Badrun pada kegiatan rapat koorsinasi pencegahan stunting bekerja sama dengan Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Bencana (P2KB) Sulteng, di Parigi, Jumat.
Menurut Badrun, kondisi lingkuan yang buruk sangat rentan terhadap tumbuh kembang anak, imbasnya adalah balita mengalami berat dan tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan dengan anak seusianya.
Olehnya pemerintah dengan segara bentuk programnya perlu melakukan interfensi terhadap masalah kesehatan bayi dengan memberikan berbagai makanan tambahan guna pemenuhan kecukupan asupan gizi anak.
Dia menambahkan, selain lingkungan buruk masalah kesehatan reproduksi remaja dan gizi juga salah satu pemicu kerentanan stunting.
"Pada kondisi tersebut akan berisiko pada kematian, selain itu memicu kelahiran anak yang kekurangan gizi serta masalah kesehatan reproduksi lainnya,”ucap Badrun yang juga mantan Kepala Dinas Perhubungan Parigi Moutong.
Guna menurunkan risiko stunting, Pemkab Parigi Moutong meminta kerja sama semua pihak terlibat menjaga dan mencegah gizi kurang terhadap balita dan anak.
"Pencegahan maupun penurunan stunting dibutuhkan kerja sama kita semua untuk mendukung terwujudnya gizi seimbang menuju Parigi Moutong yang sehat dan sejahtera," harapnya.
Kepala Dinas P2KB Sulteng Rusdi B rioeh mengatakan, Sulteng masih berada di angka 10 besar daerah dengan jumlah masalah stunting terbanyak, olehnya Pmprov Sulteng memprioritaskan program menurunkan angka stunting lintas sektor dengan mengintegrasikan program nasional, daerah serta masyarakat.
"Kami sebagai salah satu instansi teknis memiliki tanggung jawab menurunkan angka ini, tentunya dengan dukungan semua pihak agar Parigi Moutong terlepas dari belenggu stunting, " katanya.
"Stunting mempengaruhi kecerdasan anak, jika sejak usian balita penyakit ini menyerang maka semakin berkurang kualitas SDM kita, " ungkap Badrun pada kegiatan rapat koorsinasi pencegahan stunting bekerja sama dengan Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Bencana (P2KB) Sulteng, di Parigi, Jumat.
Menurut Badrun, kondisi lingkuan yang buruk sangat rentan terhadap tumbuh kembang anak, imbasnya adalah balita mengalami berat dan tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan dengan anak seusianya.
Olehnya pemerintah dengan segara bentuk programnya perlu melakukan interfensi terhadap masalah kesehatan bayi dengan memberikan berbagai makanan tambahan guna pemenuhan kecukupan asupan gizi anak.
Dia menambahkan, selain lingkungan buruk masalah kesehatan reproduksi remaja dan gizi juga salah satu pemicu kerentanan stunting.
"Pada kondisi tersebut akan berisiko pada kematian, selain itu memicu kelahiran anak yang kekurangan gizi serta masalah kesehatan reproduksi lainnya,”ucap Badrun yang juga mantan Kepala Dinas Perhubungan Parigi Moutong.
Guna menurunkan risiko stunting, Pemkab Parigi Moutong meminta kerja sama semua pihak terlibat menjaga dan mencegah gizi kurang terhadap balita dan anak.
"Pencegahan maupun penurunan stunting dibutuhkan kerja sama kita semua untuk mendukung terwujudnya gizi seimbang menuju Parigi Moutong yang sehat dan sejahtera," harapnya.
Kepala Dinas P2KB Sulteng Rusdi B rioeh mengatakan, Sulteng masih berada di angka 10 besar daerah dengan jumlah masalah stunting terbanyak, olehnya Pmprov Sulteng memprioritaskan program menurunkan angka stunting lintas sektor dengan mengintegrasikan program nasional, daerah serta masyarakat.
"Kami sebagai salah satu instansi teknis memiliki tanggung jawab menurunkan angka ini, tentunya dengan dukungan semua pihak agar Parigi Moutong terlepas dari belenggu stunting, " katanya.