Palu, (antarasulteng.com) - Desa Wahyu, salah satu dari sejumlah desa yang berada di Kecamatan Kinovaro, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, kini sebagai daerah penghasil komoditi kemiri.
"Warga di sini dalam beberapa tahun terakhir ini menggantungkan hidup mereka dari hasil komoditi itu," kata Deden, salah seorang petani asal Desa Wahyu, Sabtu.
Ia mengatakan hampir 95 persen warga desa tersebut sebagai petani kemiri.
Selain kemiri, petani di desa yang terletak di Pegunungan Matantimali juga mengembangkan komoditas perkebunan lain seperti kakao dan cengkeh.
"Tapi yang terbesar adalah tanaman kemiri," kata ayah tiga putera itu.
Menurut dia, kondisi tanah dan juga iklim yang ada di Pegunungan Matantimali sangat cocok bagi pengembangan kemiri.
Kemiri yang dikembangkan terdiri atas kemiri lokal dan juga bogor. Kedua jenis kemiri itu sangat cocok dikembangkan di daerah itu.
Kemiri dalam jangka lima tahun sudah berproduksi dengan lebat.
Hasil produksi petani selama ini banyak dijual di pasar-pasar tradisional yang ada di Palu, ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah.
Harga biji kemiri dijual petani kepada pedagang saat ini berkisar Rp15.000,00 per kilogram. Harga kemiri pernah naik mencapai Rp30.000,00 per kilogram.
Petani selain menjual ke Palu, juga banyak pedagang yang datang membeli langsung di kebun petani, sehingga pemasaran komoditi tidak susah.
Untuk menjangkau Desa Wahyu, bisa naik kendaraan sepada motor atau mobil. Jarak dari Kota Palu sekitar 30 kilometer dengan kondisi jalan sudah beraspal.
Desa Wahyu berada pada ketinggian sekitar 800 meter dari permukaan laut dan selama ini menjadi lokasi terbang olah raga paralayang atau paragliding.Tingkat kesejahteraan masyarakat yang ada di desa itu cukup bagus.(SKD)
"Warga di sini dalam beberapa tahun terakhir ini menggantungkan hidup mereka dari hasil komoditi itu," kata Deden, salah seorang petani asal Desa Wahyu, Sabtu.
Ia mengatakan hampir 95 persen warga desa tersebut sebagai petani kemiri.
Selain kemiri, petani di desa yang terletak di Pegunungan Matantimali juga mengembangkan komoditas perkebunan lain seperti kakao dan cengkeh.
"Tapi yang terbesar adalah tanaman kemiri," kata ayah tiga putera itu.
Menurut dia, kondisi tanah dan juga iklim yang ada di Pegunungan Matantimali sangat cocok bagi pengembangan kemiri.
Kemiri yang dikembangkan terdiri atas kemiri lokal dan juga bogor. Kedua jenis kemiri itu sangat cocok dikembangkan di daerah itu.
Kemiri dalam jangka lima tahun sudah berproduksi dengan lebat.
Hasil produksi petani selama ini banyak dijual di pasar-pasar tradisional yang ada di Palu, ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah.
Harga biji kemiri dijual petani kepada pedagang saat ini berkisar Rp15.000,00 per kilogram. Harga kemiri pernah naik mencapai Rp30.000,00 per kilogram.
Petani selain menjual ke Palu, juga banyak pedagang yang datang membeli langsung di kebun petani, sehingga pemasaran komoditi tidak susah.
Untuk menjangkau Desa Wahyu, bisa naik kendaraan sepada motor atau mobil. Jarak dari Kota Palu sekitar 30 kilometer dengan kondisi jalan sudah beraspal.
Desa Wahyu berada pada ketinggian sekitar 800 meter dari permukaan laut dan selama ini menjadi lokasi terbang olah raga paralayang atau paragliding.Tingkat kesejahteraan masyarakat yang ada di desa itu cukup bagus.(SKD)