Jakarta (ANTARA) - Realisasi pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta pada triwulan IV 2019 tercatat 5,96 persen (yoy), meningkat dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya 5,89 persen (yoy), dengan demikian pertumbuhan ekonomi pada keseluruhan 2019 tercatat 5,89 persen (yoy).
"Pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta tersebut lebih baik dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan ekonomi nasional, baik pada triwulan IV 2019 maupun keseluruhan 2019, yang masing-masing sebesar 4,97 persen (yoy) dan 5,02 persen (yoy)," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta Hamid Ponco Wibowo dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Ia menjelaskan, kenaikan pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2019 disumbang oleh kenaikan pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga (RT) dan kegiatan investasi. Komponen pengeluaran yang menjadi penopang ekonomi ibukota, yaitu Konsumsi RT, pada triwulan IV 2019 tumbuh sebesar 6,12 persen (yoy).
Pertumbuhan tersebut terakselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,96 persen (yoy) sejalan dengan meningkatnya konsumsi masyarakat pada Natal dan jelang tahun baru, khususnya konsumsi jasa untuk keperluan leisure.
Dikatakannya, kegiatan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi terus meningkat setelah pelaksanaan Pemilu sehingga pada triwulan IV 2019 tumbuh sebesar 3,83 persen (yoy), tertinggi sejak awal tahun.
"Kegiatan investasi tersebut terutama ditopang oleh investasi bangunan seperti kelanjutan pembangunan LRT Jabodebek dan pembangunan salah satu bagian dari enam ruas jalan tol dalam kota," katanya.
Dengan perkembangan tersebut, menurut Hamid Ponco Wibowo, pertumbuhan ekonomi ibukota untuk keseluruhan tahun tetap terjaga di level 5,89 persen (yoy) di tengah melambatnya pertumbuhan ekonomi global.
Pelaksanaan pemilu turut mendukung terjaganya pertumbuhan ekonomi Jakarta sebagaimana tercermin dari pertumbuhan Konsumsi Lembaga Non-Publik yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) sebesar 11,52 persen (yoy), meningkat dari pertumbuhan pada 2018 sebesar 8,34 persen (yoy).
Pertumbuhan Konsumsi RT sepanjang 2019 terjaga di level 5,98 persen (yoy) ditunjang oleh terjaganya inflasi ibukota.
Sementara itu, pertumbuhan kegiatan investasi mengalami perlambatan, yakni dari 4,67 persen (yoy) pada 2018 menjadi 1,29 persen (yoy) pada 2019, sejalan dengan telah selesainya pembangunan konstruksi skala besar, yaitu MRT fase pertama dengan rute Lebak Bulus – Bundaran HI, pada awal 2019.
Konsumsi pemerintah mengalami kontraksi sebesar 0,13 persen (yoy) disebabkan turunnya belanja barang pemerintah. Perlambatan pertumbuhan ekonomi global berpengaruh terhadap kontraksi ekspor 2019 sebesar 1,44 persen (yoy).
Dinamika pertumbuhan pada komponen pengeluaran tersebut juga tercermin pada pertumbuhan dari sisi lapangan usaha (LU) utama DKI Jakarta.
Melambatnya pertumbuhan Konsumsi RT berimbas pada melambatnya pertumbuhan LU Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, yang pada triwulan IV 2019 tercatat 5,74 persen (yoy) dan untuk keseluruhan 2019 tercatat 5,61 persen (yoy).
Tertahannya permintaan barang dari masyarakat turut berdampak pada terbatasnya pertumbuhan LU Industri Pengolahan, sejalan dengan berkurangnya output produksi industri, sehingga pertumbuhan pada triwulan IV 2019 hanya mencapai 0,74 persen (yoy), dan keseluruhan 2019 terkontraksi 1,22 persen (yoy).
Seiring dengan kegiatan investasi bangunan, LU Konstruksi mengalami akselerasi pada triwulan IV 2019, yang mencatat pertumbuhan 4,17 persen (yoy), sejalan dengan kelanjutan pembangunan LRT Jabodebek dan pembangunan salah satu bagian dari enam ruas jalan tol dalam kota.
Kendati demikian, aktivitas pembangunan infrastruktur yang relatif tidak sebesar tahun sebelumnya, seiring dengan telah selesainya pembangunan MRT Jakarta, menyebabkan pertumbuhan LU Konstruksi pada keseluruhan 2019 tidak setinggi tahun sebelumnya, yaitu hanya tumbuh 1,78 persen (yoy).
Hamid Ponco Wibowo mengatakan dengan momentum pertumbuhan ekonomi yang tetap terjaga sepanjang 2019, Bank Indonesia memperkirakan fase perbaikan ekonomi DKI Jakarta tetap berlanjut pada 2020.
"Pertumbuhan ekonomi ibukota pada 2020 diprakirakan masih ditopang oleh Konsumsi Rumah Tangga didukung oleh inflasi yang tetap terjaga pula," katanya.
Sementara pertumbuhan PMTB (investasi) diprakirakan kembali meningkat sejalan dengan berlanjutnya pembangunan konstruksi beberapa proyek Pemerintah seperti pembangunan jalur LRT Jabodebek, enam ruas jalan tol dalam kota, serta pembangunan MRT fase kedua rute Bundaran HI - Ancol.
"Meskipun demikian, pertumbuhan ekonomi masih dibayangi risiko, khususnya yang bersumber dari dinamika ekonomi global, yang dapat mengganggu upaya peningkatan kinerja ekspor," katanya.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta akan terus memonitor berbagai perkembangan baik di tingkat regional, nasional, maupun eksternal, sekaligus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta.
"Pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta tersebut lebih baik dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan ekonomi nasional, baik pada triwulan IV 2019 maupun keseluruhan 2019, yang masing-masing sebesar 4,97 persen (yoy) dan 5,02 persen (yoy)," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta Hamid Ponco Wibowo dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Ia menjelaskan, kenaikan pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2019 disumbang oleh kenaikan pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga (RT) dan kegiatan investasi. Komponen pengeluaran yang menjadi penopang ekonomi ibukota, yaitu Konsumsi RT, pada triwulan IV 2019 tumbuh sebesar 6,12 persen (yoy).
Pertumbuhan tersebut terakselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,96 persen (yoy) sejalan dengan meningkatnya konsumsi masyarakat pada Natal dan jelang tahun baru, khususnya konsumsi jasa untuk keperluan leisure.
Dikatakannya, kegiatan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi terus meningkat setelah pelaksanaan Pemilu sehingga pada triwulan IV 2019 tumbuh sebesar 3,83 persen (yoy), tertinggi sejak awal tahun.
"Kegiatan investasi tersebut terutama ditopang oleh investasi bangunan seperti kelanjutan pembangunan LRT Jabodebek dan pembangunan salah satu bagian dari enam ruas jalan tol dalam kota," katanya.
Dengan perkembangan tersebut, menurut Hamid Ponco Wibowo, pertumbuhan ekonomi ibukota untuk keseluruhan tahun tetap terjaga di level 5,89 persen (yoy) di tengah melambatnya pertumbuhan ekonomi global.
Pelaksanaan pemilu turut mendukung terjaganya pertumbuhan ekonomi Jakarta sebagaimana tercermin dari pertumbuhan Konsumsi Lembaga Non-Publik yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) sebesar 11,52 persen (yoy), meningkat dari pertumbuhan pada 2018 sebesar 8,34 persen (yoy).
Pertumbuhan Konsumsi RT sepanjang 2019 terjaga di level 5,98 persen (yoy) ditunjang oleh terjaganya inflasi ibukota.
Sementara itu, pertumbuhan kegiatan investasi mengalami perlambatan, yakni dari 4,67 persen (yoy) pada 2018 menjadi 1,29 persen (yoy) pada 2019, sejalan dengan telah selesainya pembangunan konstruksi skala besar, yaitu MRT fase pertama dengan rute Lebak Bulus – Bundaran HI, pada awal 2019.
Konsumsi pemerintah mengalami kontraksi sebesar 0,13 persen (yoy) disebabkan turunnya belanja barang pemerintah. Perlambatan pertumbuhan ekonomi global berpengaruh terhadap kontraksi ekspor 2019 sebesar 1,44 persen (yoy).
Dinamika pertumbuhan pada komponen pengeluaran tersebut juga tercermin pada pertumbuhan dari sisi lapangan usaha (LU) utama DKI Jakarta.
Melambatnya pertumbuhan Konsumsi RT berimbas pada melambatnya pertumbuhan LU Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, yang pada triwulan IV 2019 tercatat 5,74 persen (yoy) dan untuk keseluruhan 2019 tercatat 5,61 persen (yoy).
Tertahannya permintaan barang dari masyarakat turut berdampak pada terbatasnya pertumbuhan LU Industri Pengolahan, sejalan dengan berkurangnya output produksi industri, sehingga pertumbuhan pada triwulan IV 2019 hanya mencapai 0,74 persen (yoy), dan keseluruhan 2019 terkontraksi 1,22 persen (yoy).
Seiring dengan kegiatan investasi bangunan, LU Konstruksi mengalami akselerasi pada triwulan IV 2019, yang mencatat pertumbuhan 4,17 persen (yoy), sejalan dengan kelanjutan pembangunan LRT Jabodebek dan pembangunan salah satu bagian dari enam ruas jalan tol dalam kota.
Kendati demikian, aktivitas pembangunan infrastruktur yang relatif tidak sebesar tahun sebelumnya, seiring dengan telah selesainya pembangunan MRT Jakarta, menyebabkan pertumbuhan LU Konstruksi pada keseluruhan 2019 tidak setinggi tahun sebelumnya, yaitu hanya tumbuh 1,78 persen (yoy).
Hamid Ponco Wibowo mengatakan dengan momentum pertumbuhan ekonomi yang tetap terjaga sepanjang 2019, Bank Indonesia memperkirakan fase perbaikan ekonomi DKI Jakarta tetap berlanjut pada 2020.
"Pertumbuhan ekonomi ibukota pada 2020 diprakirakan masih ditopang oleh Konsumsi Rumah Tangga didukung oleh inflasi yang tetap terjaga pula," katanya.
Sementara pertumbuhan PMTB (investasi) diprakirakan kembali meningkat sejalan dengan berlanjutnya pembangunan konstruksi beberapa proyek Pemerintah seperti pembangunan jalur LRT Jabodebek, enam ruas jalan tol dalam kota, serta pembangunan MRT fase kedua rute Bundaran HI - Ancol.
"Meskipun demikian, pertumbuhan ekonomi masih dibayangi risiko, khususnya yang bersumber dari dinamika ekonomi global, yang dapat mengganggu upaya peningkatan kinerja ekspor," katanya.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta akan terus memonitor berbagai perkembangan baik di tingkat regional, nasional, maupun eksternal, sekaligus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta.