Aktivis Pendidikan Khawatirkan Kurikulum 2013

id benny

Aktivis Pendidikan Khawatirkan Kurikulum 2013

Tokoh Agama Romo Benny Susetyo (antara)

Ini jadinya bukan generasi emas, tapi generasi otak kosong. Korbannya adalah anak-anak, generasi ke depan.
Jakarta (antarasulteng.com) - Aktivis pendidikan Romo Benny Susetyo menyatakan kekhawatirannya akan ketidaksiapan para guru terkait Kurikulum 2013 yang akan segera diterapkan. 

"Ini jadinya bukan generasi emas, tapi generasi otak kosong. Korbannya adalah anak-anak, generasi ke depan," ujar Benny pada diskusi mengenai penerapan Kurikulum 2013 di gedung Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, Kamis.

Benny berpendapat bahwa sosialisasi dan pelatihan mengenai kurikulum ini masih sangat minim.

Ia mengkhawatirkan kurikulum itu justru akan menjadi penghambat generasi mendatang untuk bisa berpikir lebih kritis karena tenaga pengajar yang tidak kompeten untuk menggunakan Kurikulum 2013.

"Para guru hanya diberi pelatihan untuk kurikulum ini cuma lima hari, itu pun bukan simulasi hanya sekadar ceramah," ujar Benny.

Benny mempertanyakan bagaimana anak bangsa bisa berpikir kritis dan menjadi cerdas tanpa campur tangan guru.

"Mengajar itu tidak hanya bagian mentransfer ilmu, tapi juga panutan. Ya kalau gurunya tidak mengerti, bagaimana muridnya bisa paham," tambah dia.

Benny berpendapat Kurikulum 2013 ini memiliki masalah yang berakar pada kualitas guru yang masih sangat kurang karena tidak pernah ditingkatkan.

"Ini hanya ritual tanpa ada konsep apa tujuannya. Kalau mencerdaskan bangsa ya harus ada pembenahan sistem guru," tegas Benny.

Benny lalu menduga Kurikulum 2013 hanyalah proyek semata yang hanya akan bertahan selama satu tahun saja, dan berganti setelah Menteri Pendidikan yang baru menjabat.

Sebelumnya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M Nuh menyatakan Kurikulum 2013 merupakan jawaban terhadap era global karena menumbuhkan kreativitas.

"Kurikulum 2013 itu mencetak orang kreatif, karena jawaban soal dalam kurikulum baru itu tidak tunggal. Kalau prinsip begitu yang diterapkan maka kita akan hormat kepada perbedaan," kata M. Nuh saat orasi ilmiah untuk Dies Natalis ke-25 Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Minggu (2/6).

Dia mengklaim esensi lain Kurikulum 2013 adalah moralitas.

"Kita mementingkan landasan moral, karena itu Kurikulum 2013 menambah jam mata pelajaran agama dari dua jam menjadi empat jam, apalagi kurikulum baru itu juga menyajikan pelajaran budi pekerti," kata Nuh.