BPBD Sulteng ingatkan nelayan waspada cuaca ekstrem

id nelayan

BPBD Sulteng ingatkan nelayan waspada cuaca ekstrem

nelayan diimbau waspada gelombang tinggi.Arsip Foto - Tim SAR gabungan menyisir wilayah perairan untuk menemukan nelayan yang hilang di perairan Teluk Tomini, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, Minggu (9/8/2020). ANTARA/HO-Basarnas Palu (Antara/Anas Masa)

Palu (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulawesi Tengah mengingatkan masyarakat, termasuk para nelayan di daerah itu untuk tetap waspada jika hendak turun melaut karena kondisi cuaca hingga kini masih ekstrem.

"Kita tidak tahu kapan musibah itu datang sehingga butuh yang namanya waspada," kata Kepala BPBD Sulteng, Bartholomeus.

Dalam kondisi cuaca yang ekstrem, sangat memungkinkan terjadinya bencana alam seperti banjir dan tanah longsor karena dipicu curah hujan yang tinggi. Juga gelombang laut meningkat.

Karena itu, kata dia, nelayan harus hati-hati saat mencari ikan di laut, sebab ketika gelombang laut meningkat, ancaman pun sangat serius bagi diri sendiri.

Seperti yang terjadi pada seorang nelayan di Teluk Tomini yang hilang saat turun ke laut untuk menangkap ikan beberapa hari lalu dan sampai sekarang ini belum juga diketemukan oleh tim dari Basarnas.

Jika memang sudah diketahui bahwa gelombang di atas normal, lebih baik tunda dulu melaut, sebab sangat membahayakan bagi keselamatan jiwa.

Badan Meteorologi,Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah menginformasikan bahwa dalam beberapa hari terakhir maupun ke depan ini, Sulteng masih dilanda cuaca ekstrem.

Selain intensitas curah hujan meningkat, juga gelombang laut perlu diwaspadai.

Dampak dari cuaca ekstrem, kata dia, telah terjadi banjir bandang di sejumlah daerah di Sulteng.

Pada Sabtu (8/8), banjir bandang kembali menerjang Desa Bolapapu, Kecamatan Kulawi, kabupaten Sigi yang mengakibatkan beberapa rumah hanyut, rusak berat dan ringan dan rata-rata warga mengungsi ke tempat yang aman karena permukiman mereka dilanda banjir dengan membawa berbagai material seperti batu-batu , dan kayu-kayu besar.

Namun, katanya, tidak ada korban jiwa. Hanya kerugian material yang belum diketahui nilainya, sebab masih dalam tahap inventaris oleh instansi terkait di Kabupaten Sigi.

Bencana yang sama juga pernah terjadi pada Desember 2019 di Desa Bolapapu dan dua warga meninggal karena terkurung dalam rumah saat banjir bandang melanda desa yang berada di dekat kawasan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) itu.

Ratusan rumah penduduk di desa itu terdampak banjir bandang.