Bupati Morut ingatkan semangat RA Kartini mencari ilmu

id Sulteng,Sandi,Palu,Morut,Kartini,RA Kartini

Bupati Morut  ingatkan semangat RA Kartini mencari ilmu

Bupati Morowali Utara (Morut) dr. Delis Julkarson Hehi. ANTARA/HO-Media Center Pemkab Morut

Morowali Utara (ANTARA) - Bupati Morowali Utara (Morut) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) dr. Delis Julkarson Hehi mengingatkan masyarakat utamanya kaum wanita masa kini di daerah itu akan semangat Raden Ajeng (RA) Kartini mencari ilmu pengetahuan meski harus dipaksa berhenti sekolah.

"Setelah usia 12 tahun, RA Kartini harus berhenti bersekolah karena harus mengikuti budaya yang berjalan. Namun Kartini tetap memiliki semangat yang tinggi dalam hal mencari ilmu," katanya, di Morowali Utara, Kamis.

Selama ia di rumah dan tidak bersekolah, lanjutnya, RA Kartini tetap rajin mencari ilmu dengan bertukar pikiran dengan teman-temannya melalui surat.

RA Kartini juga gemar membaca buku-buku kebudayaan Eropa seperti buku karya Louis Coperus yang berjudul Des Stille Kraacht. Kartini selalu berkirim surat dengan salah satu sahabat penanya yang merupakan orang keturunan Belanda, Rosa Abendanon.

"Kegemarannya dalam membaca buku membuat wawasan RA Kartini menjadi lebih terbuka. Kemudian muncul pemikiran ingin memperjuangkan haknya sebagai perempuan," ujarnya.

dr. Deli menceritakan, menurutnya RA Kartini, seorang wanita juga perlu memperoleh persamaan, kebebasan, otonomi dan kesetaraan hukum sehingga ia mulai memberi perhatian lebih pada adanya gerakan emansipasi wanita.

Setelah resmi menikah dengan Bupati Rembang bernama KRM Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat pada tahun 1903, RA Kartini memutuskan untuk mendirikan sekolah sendiri.

"Ia mendirikan sekolah wanita dengan tujuan untuk memberikan kebebasan pendidikan bagi wanita pribumi. Tetapi sayangnya pada 17 September 1904, RA Kartini wafat setelah melahirkan anak pertamanya Soesalit Djojoadhiningrat," katanya lagi.

Surat-surat RA Kartini menjadi peninggalan, surat tersebut menginspirasi banyak wanita Indonesia karena berisikan tentang perjuangannya mengenai status sosial hak para wanita pribumi.

Bukti perjuangan RA Kartini tersebut kemudian disusun sebagai buku.
Buku tersebut dikenal dengan judul Door Duisternis tot Licht atau dalam bahasa Indonesia berarti "Habis Gelap Terbitlah Terang".

Delis berharap semangat RA Kartini tersebut dapat ditiru oleh kaum wanita saat ini di daerah itu.