"OP ini dilaksanakan selama sebulan terakhir ini," kata Kepala Bidang Pengadaan dan OPP Perum Bulog Sulteng, Bahar Haruna di Palu, Jumat.
Kegiatan tersebut dilakukan Bulog dengan menjual beras secara mobile dan juga di setiap pasar tardisional yang ada di Kota Palu.
Bulog mengerahkan beberapa unit kendaraan operasional mendukung OP dimaksud. Saban hari Bulog keliling permukiman penduduk dan pasar-pasar tradisional menjual beras sesuai harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.
Beras yang dijual lewat OP, seluruhnya merupakan hasil pengadaan lokal. Artinya, beras yang dijual Bulog kepada masyarakat,semuanya adalah beras produksi petani di beberapa kabupaten penghasil beras di Sulteng.
Bulog Sulteng selama 2017 ini tidak pernah mendatangkan beras dari luar daerah karena hasil pengadaan yang dilakukan Bulog sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
Ia mengaku sebelumnya, Bulog mendatangkan beras dari luar daerah, termasuk provinsi tetangga yakni Sulsel karena realisasi pengadaan beras lokal tidak pernah mencapai target.
Tetapi pada musim panen 2017 ini, Bulog Sulteng justru mengalami surplus stok dari hasil pengadaan lokal.
Bahkan karena surplus, Sulteng mengirim beras ke Sulut sebanyak 7.000 ton untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di provinsi "nyiur melambai" itu.
Harga beras di pasar tradisional di Palu relatif stabil. Rata-rata harga beras di tingkat pengecer dibawa HET yang ditetapkan pemerintah pusat.
Misalkan HET beras medium ditetapkan pemerintah Rp9.450/kg dan premium Rp12.800/kg.
Sementara harga beras medium terendah di pasar saat ini Rp9.000/kg dan beras premium Rp11.000/kg. (skd)
