Sulteng berharap bisa ekspor kakao langsung

id kakao, ekspor,petani

Sulteng berharap bisa ekspor kakao langsung

Achrul Udaya SH (kiri) menemui Gubernur Longki Djanggola beberapa waktu lalu. Anas Masa)

Mantan Kepala Sucofindo Palu itu berharap ekspor kakao bisa kembali dilakukan.
Palu, (Antaranews Sulteng) - Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) berharap ekspor komoditas kakao secara langsung dapat dilakukan lagi melalui Pelabuhan Pantoloan seperti pada tahun-tahun sebelumnya.

"Segala aspek terkait kemungkinan ekspor kakao akan dibahas dalam sebuah seminar investasi ekspor dan impor," kata Wakil Ketua Komda Depalindo Provinsi Sulawesi Tengah, Achrul Udaya kepada pers di Palu, Kamis.

Menurut dia, kegiatan seminar akan dilakukan pada Kamis (3/5)

di sebuah hotel di Palu dan dijadwalkan dibuka oleh Gubernur Sulteng H. Longki Djanggola.

"Melalui seminat investasi ekspor impor ini sangat diharapkan dapat miningkatkan investasi maupun ekspor berbagai komoditi ekspor nonmigas Sulawesi Tengah," katanya.

Ia mengatakan seminar menghadirkan sejumlah nara sumber dari pusat dan daerah.

Menurut dia, seminar ini sangat penting guna menghasilkan beberapa rekomendasi yang dapat menguntungkan bagi pemerintah, pengusaha dan petani di daerah.

Terutama bagaimana agar ekspor nonmigas diluar komoditas tambang bisa meningkat seperti pada beberapa tahun lalu yakni ketika Sulteng memiliki komoditi primadona yakni kakao.
PANEN KAKAO DI SIGI Seorang petani mengolah buah kakao yang baru dipanen di Desa Jono Oge, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Rabu (15/11). Kabupaten Sigi merupakan salah satu daerah penghasil kakao yang menjadi salah satu komoditas andalan ekspor nasional. Sementara pada tahun 2018 mendatang, pemerintah melalui Kementerian Pertanian menargetkan produksi kakao nasional mencapai 0,92 juta ton kering. (ANTARASulteng/Mohamad Hamzah)


Kakao merupakan komoditi unggulan sampai sekarang ini tetapi tidak bisa lagi diekspor langsung dari Pelabuhan Pantoloan seperti dahulu.

Dahulu Kakau produksi petani yang dibeli eksportir langsung diekspor ke negara tujuan langsung dari Pelabuhan Pantoloan.

Saat itu Pantoloan tidak pernah sepi dari kegiatan kapal-kapal asing yang datang memuat biji kakao untuk dibawa ke negara konsumen baik di kawasan Asia, Amerika dan Eropa.

Namun dalam beberapa tahun terakhir kakao tidak lagi diekspor dan ini merugikan daerah dan petani karena harga kakao di pasaran terus merosot pada saat kakao bisa diekspor langsung dari Sulteng harga kakao sempat naik hingga mencapai Rp35.000/kg.

Bahkan realisasi perolehan devisa ekspor kakao pernah setahun mencapai 300 juta US Dolar AS dan selama puluhan tahun sejak 14 Maret 1984, Sulteng berhasil ekspor kakao dari Pelabuhan Pantoloan menuju Eropa.

Mantan Kepala Sucofindo Palu itu berharap ekspor kakao bisa kembali dilakukan.