Bulog Sulteng tak penuhi target pengadaan beras

id bulog

Bulog Sulteng tak penuhi target pengadaan beras

Stok beras di gudang Bulog Palu cukup aman (Anas Masa)

Palu,  (Antaranews Sulteng) - Tahun 2018 tinggal belasan hari lagi berakhir, tetapi realisasi pengadaan beras untuk stok nasional di Provinsi Sulawesi Tengah baru sekitar 16 ribu ton atau 32 persen dari target.

Dengan sisa waktu yang ada sekarang ini, mustahil jika Bulog bisa mengejar target pengadaan beras sebanyak 50 ribu ton yang telah ditetapkan BUMN itu di daerah ini.

Meski semua kekuatan dan kemampuan yang ada dikerahkan untuk meningkatkan penyerapan beras di Sulteng, Bulog tidak mungkin lagi bisa membeli beras petani dalam jumlah besar karena musim panen di sejumlah sentra produksi hampir selesai.

Untuk menyerap beras petani dalam jumlah banyak,tentu sangatlah sulit, sebab selain waktu tersisa tinggal dua pekan lebih, juga harus bersaing berat dengan para pedagang antarpulau yang datang dari provinsi tetangga yakni Gorontalo dan Manado.

Pedagang dari dua daerah di Pulau Sulawesi itu sejak awal musim panen masa tanam (MT) pertama hingga MT kedua di tahun 2018 ini gencar membeli beras petani.

Para pedagang dari luar mematok harga jauh lebih tinggi dari harga pembelian pemerintah (HPP) yang menjadi standar pembelian Bulog di daerah-daerah.

Harga beras pembelian pedagang pengumpul di tingkat petani dipatok pada kisaran Rp8.500/kg.

Sementara Bulog membeli beras petani mengacu kepada standar harga yang ditetapkan pemerintah melalui Inpres Nomor 5 Tahun 2015 yaitu Rp7.300.

Kemudian harga tersebut direvisi menjadi Rp8.030/kg.

Meski sudah dinaikan, Bulog tetap masih sangat sulit bersaing dilapangan, sebab selisih harga antara HPP dengan harga yang dipatok pedagang masih cukup mencolok.

Sekalipun Bulog sudah berusaha keras dengan turun langsung ke sentra-sentra produksi agar bisa membeli beras petani lebih banyak, namun tetap kalah bersaing dengan pedagang yang memang unggul dari segi modal.

Mandiri dalam pemenuhan stok

Perum Bulog Sulawesi Tengah sejak kurun waktu tiga tahun terakhir ini telah mandiri dalam hal pemenuhan stok beras untuk kebutuhan masyarakat kurang mampu (parsejahtera) dari hasil pengadaan produksi petani lokal.

Sejak Bulog Sulteng mandiri, kata Khozin, tidak lagi mendapat pasokan beras dari luar daerah, termasuk beras eks impor dari Thailand maupun Vietnam.

Itu dikarenakan, Bulog bisa selama tiga tahun terakhir bisa memenuhi target pengadaan beras dengan hasil panen petani sendiri di sejumlah daerah penghasil beras di Provinsi Sulteng.

Contohnya, pada MP 2017, Bulog Sulteng berhasil melampaui target pengadaan dengan membeli sebanyak 43 ribu dari prognosa yang ditetapkan saat itu sebanyak 42.160 ton.

Dan yang sangat membanggakan, kata Kepala Perum Bulog Sulawesi Tengah, Khozin, atas keberhasilan tersebut Bulog Sulteng menempati peringkat pertama nasional dalam penyerapan beras di Tanah Air.
 
Stok beras bulog yang ada di pergudangan Tondo, jum'at (8/11) (Foto Antara/Sukardi) (Foto Antara/Sukardi/)


Atas keberhasilan itu, pemerintah melalui Kementerian Pertanian memberikan piagam penghargaan sebagai bentuk perhatian dan sekaligus award kepada Perum Bulog Sulteng yang berhasil menyerap produksi beras petani melebihi target.

Keberhasilan itu tentu tidak semata-mata hasil kerja keras Bulog, tetapi juga pemerintah, bahkan TNI sangat berperan dalam meningkatkan pengadaan beras.

Gubernur Sulteng mengeluarkan ederan larangan beras petani Sulteng dibawah keluar dengan memperketat pengawasan dan menjagaan di pintu-pintu keluar.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan TNI juga membantu Bulog memberikan informasi titik-titik panen yang ada di kabupaten/kota di Sulteng saat memasuki panen raya.

Dengan begitu, Bulog bisa membeli langsung ke petani sehingga tingkat penyerapan cukup besar.

Pada 2017, Sulteng juga bisa mengirimkan beras sebanyak 7.000 ton ke Sulut dan Gorontalo.

Bencana alam

Khozin mengaku dalam tiga bulan terakhir ini, Bulog hampir tidak dapat menyerap beras produksi petani karena adanya bencana alam gempabumi, tsunami dan likuifkasi yang terjadi pada 28 September 2018.

Ada empat daerah di Sulteng yang terdampak bencana alam terjadi tiga bulan lalu yakni Kota Palu, Donggala, Sigi dan Parigi Moutong.

Namun, hanya tidag daerah yang terbilang sangat parah terdampak yaitu Palu, Donggala dan Sigi (Pasigala).

Donggala, Sigi dan Parigi Moutong selama ini merupakan sentra produksi beras terbesar di Provinsi Sulteng, selain Kabupaten Banggai, Poso dan Tolitoli.

Selama? hampir dua bulan pasca bencana alam, Bulog hampir tidak ada kegiatan pembelian beras petani karena kondisi yang tak memungkinkan.
 
Eli Suhaeli, Kepala Gudang Perum Bulog Subdivre Luwuk di Karaton, Kecamatan Luwuk, Kabupaten Banggai saat menunjukkan stok beras di gudang yang terletak di Kelurahan Karaton, (Foto Antara/Steven Pontoh) (Foto Antara/Steven Pontoh/)


Rata-rata mitra Bulog (para pengusaha penggilingan padi) di tiga daerah lumbungan beras di Sulteng tersebut enggan untuk membeli dan menjual stok beras kepada Bulog karena khawatir ada yang menjarahnya di jalan.

Kegiatan pengadaan beras di Sulteng pasca gempabumi,tsunami danlikuifaksi baru kembali mulai aktif memasuki Desember 2018.

"Itupun Bulog hanya bisa membeli sedikit-sedikit karena harga jauh diatas HPP," kata dia.

Selain karena faktor tersebut, juga banyak petani mengalami gagal panen karena bencana alam.

Misalkan di Kabupaten Sigi yang merupakan salah satu daerah penyangga beras untuk masyarakat di Kota Palu, saat gempabumi banyak lahan persawahaan yang siap panen hancur diporak-porandakan gempa dan likuifaksi.

Seperti yang terjadi di Desa Jono Oge, Kecamatan Sigibiromaru yang selama ini dikenal sebagai lumbung pangan lestari di Provinsi Sulteng.

Ratusan hektare areal sawah rusak dan butuh beberapa waktu ke depan untuk bisa kembali diolah lagi karena irigasi hancur berantakan diterjang gempa dan likuifaksi.

Namun demikian, kata dia, stok beras yang masih dikuasai Bulog Sulteng cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan penyaluran baik kepada masyarakat miskin dalam bentuk bansos, cadangan beras pemerintah maupun mendukung operasi pasar dalam rangka menjaga stabilitas harga beras di tingkat pengecer.

Bulog Sulteng juga masih gencar melaksanakan operasi pasar memanfaatkan stok yang ada sekarang ini.

Bulog Sulteng berharap pada MP 2019, pengadaan beras di provinsi ini bisa lebih besar sehingga kemandirian Bulog tetap bersinambungan.

Bulog maupun para petani di daerah terdampak bencana alam di Sulteng juga sangat berharap pemerintah kembali membangun dan memperbaiki irigasi yang rusak guna meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman padi diprovinsi ini.