Jakarta (ANTARA) - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang diam dalam menanggapi isu-isu miring yang terjadi dalam pemerintahannya, diklaim tepat oleh beberapa orang.
Salah satunya adalah pengamat perkotaan dari Budgeting Metropolitan Watch (BMW) Amir Hamzah yang menyebut untuk menghadapi isu-isu yang miring terhadap Anies, maka tidak perlu dengan menanggapinya, seperti masalah banjir yang disebutnya meski terjadi di luar Jakarta yang disalahkan Anies.
"Masalah banjir Anies salah padahal banjir di Surabaya, banjir di Tanggerang, Anies salah. Tapi kalau Anies disebut Gubernur Indonesia tidak terima. Lalu soal Revitalisasi Monas, kita tidak perlu serang balik, itu hanya menutupi kelemahan bos mereka yang tidak mampu selesaikan masalah," kata Amir dalam diskusi yang dilakukan Gerakan Laskar PRO 08 (GL PRO 08) di Jakarta, Rabu.
Amir mengatakan suara-suara sumbang terhadap Anies, tidak akan terjadi kalau tidak ada sumbernya dari dalam.
Pandangan dirinya, Gubernur Anies dalam membangun Jakarta bukan hanya sekedar fisiknya, tapi juga peradaban.
"Rencana Anies bangun Jakarta itu, membangun peradaban, bukan sekedar fisik," tuturnya.
Sementara itu Direktur Eksekutif Center for Budget Analysis (CBA) Uchok Sky Khadafi mengkritisi keberadaan Tim Gubernur Untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) lantaran tidak mampu mengurai persoalan-persoalan yang ada di sekeliling Anies.
Seharusnya, kata dia, ketika Anies diserang, atau mendapatkan serangan, seperti yang pernah dilakukan PSI soal anggaran lem aibon, tim tersebut bisa segera bertindak untuk memberi klarifikasi.
Namun demikian, Uchok memandang wajar jika Anies kerap mendapatkan serangan, sebab menurutnya ada penilaian Anies adalah Gubernur rasa Presiden.
"Anies ini selalu dikatakan Gubernur rasa Presiden. Makanya banjir di mana-mana salah Anies," kata Uchok.
Menurut Uchok, Anies seorang pemimpin yang punya sopan santun, namun itu tidak cukup, karenanya dia berharap Anies bisa tegas kepada para bawahannya agar tidak ada yang berani macam-macam.
Sebelumnya, Anies disebut berada di bawah Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Joko Widodo dalam penanganan banjir dan kemacetan oleh lembaga survei Indo Barometer. Namun Jakarta turun peringkat sebagai salah satu kota termacet menurut TomTom Traffic Index.