Jakarta (ANTARA) - Setelah kabar tentang 15 juta data pengguna Tokopedia bocor, pakar keamanan siber dari Vaksin.com, Alfons Tanujaya, justru memperkirakan ada 91 juta data pengguna yang disebarkan dan di jual di dark web.
"Menurut pantauan Vaksin.com, sebenarnya malah ada 91 juta databased yang disebarkan di dark web dan berusaha dijual dengan harga 5.000 dolar AS," kata Alfons saat dihubungi Antara di Jakarta, Minggu.
Menurut Alfons, jumlah tersebut bahkan sesuai dengan penyataan Tokopedia belum lama ini yang menyebut memiliki lebih dari 90 juta pengguna aktif bulanan. "Kalau ditawarkan sebanyak itu, harusnya memang benar. Itu juga terkonfirmasi dengan pernyataan Tokopedia," ujar Alfons.
Lebih lanjut, dia mengatakan informasi yang bocor adalah username, alamat email, tanggal lahir dan nomor telepon. Kebocoran nomor telepon, menurut Alfons, cukup mengkhawatirkan, sebab dapat digunakan untuk rekayasa sosial, memalsukan diri sebagai Tokopedia misalnya, dengan iming-iming menang undian, lalu membohongi korban.
Di dalam data yang bocor, lanjut Alfons, password bentuk hash, yang telah dienkrip, sehingga tanpa mengetahui kunci dekrip cukup sulit untuk mendapatkan password.
Menurut Alfons, seharusnya semua layanan online yang mengelola database dan password memang telah melakukan fungsi hashing untuk menyimpan semua password agar jika terjadi kebocoran, maka password tetap aman.
Meski password telah dienkripsi, pembobolan dapat dilakukan dengan metode brute force, upaya serangan dengan menggunakan algoritma yang menggabungkan huruf, angka dan simbol untuk menghasilkan password.
"Brute force itu bisa terjadi kalau dari Tokopedianya tidak memblokir proses brute force, jadi kalau diblokir, login gagal sekali tahan dulu 10 menit, gagal dua kali tahan 20 menit, gagal tiga kali tahan satu jam, dan seterusnya, jadi secara teknis sangat sulit jika ada proteksi brute force untuk melakukan brute force dengan password ini," ujar Alfons.
Untuk mengantisipasi kemanan pengguna, Alfons menyarankan Tokopedia untuk memberikan perhatian ekstra pada pengamanan infrastruktur khususnya yang berhubungan dengan kredensial dan database pengguna, terlebih dalam masa Work From Home (WFH) seperti saat ini.
"Karena meningkatnya user dan aktivitas selama WFH, otomatis meningkatkan beban kerja admin dengan luar biasa," kata Alfons.
Sementara itu, dalam keterangan tertulisnya, Minggu siang, VP of Corporate Communications Tokopedia, Nuraini Razak, menjamin tidak ada kebocoran data pembayaran.
"Tokopedia memastikan tidak ada kebocoran data pembayaran. Seluruh transaksi dengan semua metode pembayaran, termasuk informasi kartu debit, kartu kredit terjaga keamanannya," ujar Nuraini.
Baca juga: Tokopedia gelar kampanye Ramadhan untuk dukung pedagang lokal
Baca juga: Hal paling dicari di Tokopedia
Baca juga: Tokopedia bebaskan biaya kirim
"Menurut pantauan Vaksin.com, sebenarnya malah ada 91 juta databased yang disebarkan di dark web dan berusaha dijual dengan harga 5.000 dolar AS," kata Alfons saat dihubungi Antara di Jakarta, Minggu.
Menurut Alfons, jumlah tersebut bahkan sesuai dengan penyataan Tokopedia belum lama ini yang menyebut memiliki lebih dari 90 juta pengguna aktif bulanan. "Kalau ditawarkan sebanyak itu, harusnya memang benar. Itu juga terkonfirmasi dengan pernyataan Tokopedia," ujar Alfons.
Lebih lanjut, dia mengatakan informasi yang bocor adalah username, alamat email, tanggal lahir dan nomor telepon. Kebocoran nomor telepon, menurut Alfons, cukup mengkhawatirkan, sebab dapat digunakan untuk rekayasa sosial, memalsukan diri sebagai Tokopedia misalnya, dengan iming-iming menang undian, lalu membohongi korban.
Di dalam data yang bocor, lanjut Alfons, password bentuk hash, yang telah dienkrip, sehingga tanpa mengetahui kunci dekrip cukup sulit untuk mendapatkan password.
Menurut Alfons, seharusnya semua layanan online yang mengelola database dan password memang telah melakukan fungsi hashing untuk menyimpan semua password agar jika terjadi kebocoran, maka password tetap aman.
Meski password telah dienkripsi, pembobolan dapat dilakukan dengan metode brute force, upaya serangan dengan menggunakan algoritma yang menggabungkan huruf, angka dan simbol untuk menghasilkan password.
"Brute force itu bisa terjadi kalau dari Tokopedianya tidak memblokir proses brute force, jadi kalau diblokir, login gagal sekali tahan dulu 10 menit, gagal dua kali tahan 20 menit, gagal tiga kali tahan satu jam, dan seterusnya, jadi secara teknis sangat sulit jika ada proteksi brute force untuk melakukan brute force dengan password ini," ujar Alfons.
Untuk mengantisipasi kemanan pengguna, Alfons menyarankan Tokopedia untuk memberikan perhatian ekstra pada pengamanan infrastruktur khususnya yang berhubungan dengan kredensial dan database pengguna, terlebih dalam masa Work From Home (WFH) seperti saat ini.
"Karena meningkatnya user dan aktivitas selama WFH, otomatis meningkatkan beban kerja admin dengan luar biasa," kata Alfons.
Sementara itu, dalam keterangan tertulisnya, Minggu siang, VP of Corporate Communications Tokopedia, Nuraini Razak, menjamin tidak ada kebocoran data pembayaran.
"Tokopedia memastikan tidak ada kebocoran data pembayaran. Seluruh transaksi dengan semua metode pembayaran, termasuk informasi kartu debit, kartu kredit terjaga keamanannya," ujar Nuraini.
Baca juga: Tokopedia gelar kampanye Ramadhan untuk dukung pedagang lokal
Baca juga: Hal paling dicari di Tokopedia
Baca juga: Tokopedia bebaskan biaya kirim